eQuator.co.id – SEKADAU-RK. Warga Desa Mungguk dan Desa Tanjung, Kecamatan Sekadau Hilir memiliki tradisi unik dalam merayakan lebaran. Tradisi dimaksud adalah perang bedil.
“Ini tradisi yang sudah turun-temurun dilakukan di daerah kami,” ujar Mauludin, salah seorang tokoh pemuda Desa Mungguk, Kamis sore (6/6).
Layaknya perang di medan tempur, kedua warga yang dipisahkan Sungai Sekadau itu, berperang dengan menggunakan bedil. Perang dilakukan di Sungai Sekadau dengan menggunakan sampan. Warga kedua desa saling serang dan saling memanah bedil ke lawannya masing-masing. Dentuman keras suara bedil, menjadi senjata ampuh untuk mengalahkan lawan. Saking kerasnya, banyak warga yang tidak tahan.
“Walaupun perang, tapi kita tetap melakukannya dengan suasana kekeluargaan,” ucap Mauludin.
Menurut Mauludin, jaman dahulu bedil yang digunakan terbuat dari bambu. seiring perkembangan jaman, kini bedil yang digunakan dibuat dari rakitan kaleng bekas. Ia menjelaskan, perang dilakukan sore hari dihari pertama lebaran hingga beberapa hari setelahnya. Biasanya dilakukan mulai pukul 15.30 atau sesudah sholat Ashar.
“Perang ini kita lakukan dalam rangka memeriahkan perayaan Idul Fitri. Ini hanya tradisi saja,” tutur Mauludin.
Untuk mengamankan jalannya tradisi warga tersebut, sejumlah personil kepolisian diterjunkan ke lokasi. Polisi bahkan menerjunkan speedboat. Pengamanan juga dibantu oleh tokoh pemuda dari kedua kubu peserta perang.
Selain tradisi perang bedil, warga kedua daerah juga melakukan tradisi perang karbit. Karbit yang digunakan ada yang dibuat dengan kayu maupun rakitan drum bekas. (bdu)