eQuator.co.id – Banyak yang punya helikopter dan pesawat terbang pribadi. Tapi hanya satu yang punya bandaranya.
Beruntung saya pekan lalu bisa berkenalan dengan Bagas Adhadirga. Kebetulan, Bagas mempercayai perusahaan saya untuk membuat video profile-nya.
Pengusaha muda itu menemukan bisnis sebagai pengelola bandara swasta. Dan, sudah 10 tahun ia menjadi satu-satunya operator bandara swasta di Indonesia.
Berawal dari hobi jadilah bisnis. Begitulah perjalanan bisnis Bagas, pengusaha bidang kedirgantaraan kelahiran tahun 1984 itu.
Sejak kanak-kanak Bagas tertarik dengan dunia penerbangan. Mungkin karena ia tiap hari melihat pesawat terbang. Harap maklum, ayahnya tentara. Anggota TNI AU.
Saat remaja, ia mulai menyalurkan hobinya dalam kegiatan aeromodelling.
Ternyata hobi yang satu itu membutuhkan duit banyak. Bagas harus memutar otak. Ia berusaha menemukan bisnis yang tidak jauh dari lapangan terbang dan bisa dijalankan sambil menyalurkan hobi.
Jasa perawatan lapangan terbang. Itulah peluang pertama yang diperoleh Bagas. Jangan membayangkan perawatan itu berteknologi canggih. Yang diperoleh Bagas kali pertama hanya pekerjaan menyabit rumput di lapangan.
Karena lapangannya sangat luas, ongkosnya lumayan juga. Lebih dari cukup untuk membiayai hobi.
Dari mengurus rumput, Bagas menemukan peluang bisnis untuk mengelola bandara berkategori special purpose. Bandara jenis ini berbeda dengan bandara umum. Bandara special purpose tidak melayani penumpang. Yang dilayani adalah korporasi-korporasi pemilik pesawat non airline.
Selain itu, ia juga mendapat bisnis menyediakan hangar untuk menyimpan dan merawat pesawat-pesawat non airline.
Pasarnya jelas: para pemilik pesawat gantole, pesawat pribadi dan helikopter pribadi. Pesawat berukuran kecil itu dulunya diparkir di bandara umum. Karena jumlah pesawat berbadan besar makin banyak, pesawat-pesawat kecil itu akhirnya tersisih.
Bagaslah yang kejatuhan durian.
Gagasan untuk menjadi operator bandara khusus pesawat kecil mulai terwujud tahun 2010 lalu. Ia pun mendirikan PT Asia Aero Technology (AAT). Bermarkas di sebidang lahan seluas 12 hektar di kompleks bumi perkemahan pramuka (Buperta) Cibubur.
Kehadiran AAT disambut positif. Para pemilik helikopter dan pesawat pribadi merasa sangat terbantu karena tahu di mana harus menyimpan dan merawat pesawatnya. Tidak hanya di dalam negeri. Tapi juga dari luar negeri.
Pertumbuhan usahanya pun terus melesat seiring dengan semakin banyaknya kelas menengah di Indonesia. Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan, Bagas saat ini mempersiapkan lokasiĀ bandara baru di Jawa Barat dan Bali.
Tak terbayangkan. Sembilan tahun lalu, Bagas memulai bisnis hanya dengan satu karyawan. Sekarang 200 orang pun masih kurang.
Perjalanan bisnis calon Ketua Umum HIPMI 2019 – 2022 itu adalah contoh nyata bisnis yang dijalankan dengan passion. Sangat penting bagi semua orang untuk memahami passion-nya agar bisa menjalankan bisnis dengan penuh rasa cinta.(jto)