Modal Asing Mengalir Deras Pasca Pemilu

Ilustrasi : Internet

eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Dua pekan pasca Pemilu, modal asing mengalir deras. Bahkan Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing yang masuk ke Indonesia atau capital inflow hingga Kamis (2/5) mencapai Rp132,4 triliun.

 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, aliran dana tersebut berasal dari berbagai instrumen pasar keuangan dan portofolio saham. Perinciannya, transaksi surat berharga negara (SBN) Rp66,3 triliun dan pasar modal Rp66,1 triliun.

 

’’Total aliran modal yang masuk pada awal Mei ini bahkan melebihi inflow pada keseluruhan tahun lalu,’’ jelas Perry di kompleks BI, kemarin.

 

Pada 2018 besaran inflow dari SBN mencapai Rp57,1 triliun. Dari pasar saham, justru terjadi outflow Rp51,9 triliun. Menurut Perry, besarnya aliran modal asing tahun ini menunjukkan besarnya tingkat kepercayaan investor terhadap Indonesia.

 

Pihaknya berharap kepercayaan pasar tersebut akan tetap terjaga dan bahkan meningkat hingga akhir tahun ini. ’’Jadi menunjukkan confident investor terhadap pertumbuhan ekonomi,’’ ungkapnya.

 

Nilai tukar rupiah juga menunjukkan pergerakan stabil. Menurut Perry, pelemahan kurs yang sempat terjadi beberapa waktu lalu disebabkan seasonal factor. Pada April hingga Juni, permintaan dolar AS tinggi karena musim pembagian dividen dan pembayaran utang luar negeri swasta.

 

Ekonom BCA David Sumual mengatakan, aliran modal masuk itu tidak lepas dari faktor eksternal. Sejak November 2018, aliran modal asing kembali masuk ke emerging market, termasuk ke aset-aset rupiah.

 

’’Ditambah The Fed yang tidak jadi menaikkan suku bunga,’’ ungkapnya kemarin.

 

Kondisi eksternal yang cukup baik tersebut membuat BI leluasa mengatur kebijakan moneter Indonesia ke depan. Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa ada kemungkinan BI menurunkan suku bunga. Dengan syarat, defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) bisa ke arah 2,5 persen dari PDB.

 

’’Pasar juga melihat perkembangan politik dan keamanan menjelang pengumuman hasil pilpres,’’ ucapnya.

 

Aliran modal asing tersebut diperkirakan masih deras hingga akhir semester I.

 

Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira menuturkan, salah satu yang dilihat investor adalah cukup amannya Pemilu. Tidak ada bentrokan fisik di masyarakat. Faktor lain adalah tingginya suku bunga di atas 7 persen sehingga membuat investor membeli SBN.

 

’’Kemarin banyak laporan keuangan emiten di bursa yang menujukkan tren positif sehingga investor melihat fundamental beberapa korporasi di Indonesia masih terjaga baik,’’ jelasnya.

 

Bhima juga memprediksi derasnya aliran modal itu masih akan berlangsung hingga akhir semester I. Pada semester II kemungkinan ada penurunan suku bunga.

 

’’Bisa jadi aliran modal asing keluar,’’ tuturnya.

 

Derasnya arus modal asing ini sebelumnya juga sudah diprediksi PT Schroders Investment Management Indonesia. Mereka memandang arus modal asing akan tetap deras masuk ke Indonesia terlepas siapapun yang akan menjadi pemenang Pilpres.

 

“Sebab hal yang diperlukan investor saat ini adalah stabilnya kondisi perekonomian dan politik di Indonesia,” kata Executive Vice President Intermediary Business Schroders Investment Management Indonesia, Renny Raharja.

 

Dia menjelaskan, sejak awal tahun 2019, investor asing sudah mulai masuk ke Indonesia. Mereka melihat kondisi ekonomi Indonesia mulai solid, ditandai dengan nilai tukar rupiah yang stabil dan pertumbuhan ekonomi yang positif.

 

Stabilisasi ekonomi yang berkelanjutan ini yang menurut Renny, lebih diperhatikan investor asing terhadap strategi alokasi modal mereka pasca Pemilu.

 

“Jadi, masalah utamanya bukan siapa yang akan memenangkan Pemilu, namun bagaimana kondisi setelah Pemilu, stabil atau tidak,” jelasnya.

 

Laporan : Nova Sari/Jawa Pos

Editor : Andriadi Perdana Putra