Human Trafficking Tak Terlepas dari Sindikat Orang Dalam

ilustrasi.net

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Lapangan kerja yang terbatas, ditambah upah yang kurang sesuai dengan kebutuhan, membuat masyarakat Kalbar memilih alternatif lain dalam memenuhi kebutuhan hidup. Salah satunya dengan menjadi Tenaga Kerja Asing (TKA) di negara tetangga Malaysia.

Lantaran tidak sedikit masyarakat Kalbar menjadi TKA, momen ini tak jarang dimanfaatkan sejumlah oknum yang tidak bertanggung jawab dengan menyalurkan tenaga kerja tanpa dilengkapi dokumen resmi. Artinya Human Tricking masih terjadi di provinsi ini, pasalnya cukup banyak kasus yang terjadi.

“Dengan kasus yang muncul artinya harus ada upaya yang dilakukan terhadap pengawasannya,” kata Subhan Nur, Anggota DPRD Kalbar, Jumat (24/4).

Subhan menyebut hal ini turut pula didukung dengan banyaknya pintu masuk perbatasan yang ada di Kalbar. sehingga tidak sulit bagi pelaku human trafficking bisa meloloskan masyarakat yang hendak mengundi nasib ke Malaysia.

“Tak jarang mereka yang masuk tidak dilengkapi dengan persyaratan atau dokumen resmi untuk bekerja di Malaysia itu,” tukasnya.

Sebenarnya, tambah Subhan, banyak faktor membuat masyarakat Kalbar lebih memilih menjadi TKW ketimbang bekerja di tempat sendiri. Terutama persoalannya adalah pekerjaan yang sulit bagi mereka serta upah yang relatif lebih kecil.

“Tidak terlepas dari kondisi ekonomi, kemudian pendidikan masyarakat yang kurang sehingga mereka lebih memilih bekerja ke Malaysia,” tuturnya.

Melihat persoalan ini secara serius lantaran melibatkan kedua negara bahkan tidak sedikit kasus yang miris menimpa tenaga kerja Indonesia, Subhan meminta pengawasan di perbatasan menyangkut mereka yang hendak bekerja ke Malaysia lebih diketatkan terutama pemeriksaan soal dokumen resmi dan tujuan bekerja.

“Edukasi saya rasa sangat penting. Karena tidak semua yang bekerja di sana (Malaysia, red) mendapat perlakuan baik. Maka tujuan bekerja ke mana harus jelas, dokumen mereka juga harus jelas saat diperiksa itu,” tegasnya.

Lebih ironis lagi, dikatakan Subhan sekalipun tidak memiliki dokumen resmi lantaran yang membawa mereka yang hendak bekerja memiliki pengalaman banyak lantaran kenal dengan petugas, sehingga ada main mata dan dapat lolos dengan begitu mudahnya. “Karena ini tidak terlepas dari sindikat dengan orang dalam,” katanya.

Salah satu yang tak kalah penting menurut Subhan adalah kemudahan regulasi yang bagi mereka yang hendak menjadi TKA. “Karena kalau regulasinya mudah, tidak berbelit-belit saya yakin mereka lebih mau mengurus dokumen itu,” tutupnya. (agn)