eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Hujan yang mengguyur Kota Pontianak, Selasa sore (9/4), belum mampu menyingkirkan kabut asap karena kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Makanya, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) berdasarkan Air Quality Monitoring System (AQMS), alat pemantauan kualitas udara masih dalam kategori baik.
“PM10 nya kategori tidak sehat, tapi S02 dan O3 serta semuanya masuk kategori baik. PM 10 ini mengatakan masih ada asap,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Pontianak, Tinorma Butar Butar, Selasa (9/4).
Tinorma menjelaskan, sehatnya udara berdasarkan dengan angka yaitu apabila 0-50 masuk kategori baik, sedangkan 50-100 tidak sehat. Sementara untuk sekarang, masuk dalam angka 60. Namun, Tinorma memprediksi itu akan berkurang. Sebab, turunnya hujan kemarin. Sehingga kemungkinan mengalami penurunan dan akan masuk kategori baik. “ISPU tidak hanya disebabkan oleh daerah kita sendiri. Melainkan bisa saja disebarkan oleh daerah tetangga. Karena apabila terjadi kebakaran asapnya, lalu terbawa angin dan sampai ke Kota Pontianak. Akhirnya alat AQMS kita menangkapnya, itu sangat mengganggu, dan kita juga mengimbau daerah tetangga,” jelasnya.
Sekarang sebut Tinorma, hotspot di Kota Pontianak tidak signifikan. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi pencemaran udara solusi yang dilakukan DLH, yaitu melakukan pengawasan berkerjasama dengan BPBD Pontianak. Dan melakukan patroli dan sosialisasi agar masyarakat tidak membakar lahan atau sampah. “Anggota kita tetapi melakukan pengawasan,” pungkasnya.
Terpisah, Kepala BPDB Kalbar, TTA Nyarong mengungkapkan, karhutla di sejumlah wilayah Kalbar memang terus bertambah. Cuaca panas menjadi pemicu kebakaran semakin menjalar. Data terbaru, karhutla di wilayah Pontianak terjadi di Perumahan Taman Anggrek dan Metro Sungai Raya Dalam.
Kemudian, di wilayah Perumahan Bali Agung 3, dan Perdana Residence. Selanjutnya Jalan Karya Tani, Parit Demang Dalam, Sepakat 2 ujung, Purnama 2 ujung. Dan beberapa titik di Batulayang, Kecamatan Pontianak Utara. “Upaya kita di Satgas Darat baik provinsi, kabupaten/kota sedang bekerja melakukan pemadaman,” katanya.
Proses pemadaman, kata dia, dilakukan sebagian menggunakan helly dengan melakukan pengeboman air lewat udara untuk wilayah yang sulit dijangkau. “Untuk diwilayah yang mudah dijangkau, kita lakukan dengan cara manual, dengan semprotan air, dan melibatkan anggota pemadam kebakaran swasta,” katanya.
Nyarong berharap, upaya pemadaman yang dilakukan Satgas yang terdiri dari BPBD, Manggala Agni, Polri dan TNI bisa berjalan efektif. “Selain itu saya mengimbau masyarakat agar tak melakukan pembakaran dilahan gambut. Sebab sekarang sudah mulai musim kemarau,” pungkasnya.
Sebagian besar wilayah Kota Pontianak diguyur hujan, seperti Jalan 28 Oktober, Kecamatan Pontianak Utara hujan lebat disertai angin mengguyur lebih dari satu jam. “Iya, beberapa daerah sudah hujan dengan intensitas ringan dan tidak merata, hanya wilayah yang tidak luas,” ujar Kepala Seksi Stasiun Metereologi Supadio Pontianak Sutikno ketika dihubungi Rakyat Kalbar.
Ia menuturkan, curah hujan ini diprakirakan hingga Mei nanti. Secara umum curah hujan masih cukup banyak. Di bulan Juni nanti curah hujan mulai rendah hingga Agustus. “Diprakirakan hujan secara meratanya sudah akan terjadi pada tanggal 12 April 2019 nanti untuk wilayah Kota Pontianak dan sekitarnya,” jelasnya.
Hujan lebat ini pun dirasakan langsung oleh wartawan koran ini. Warga Kota Pontianak tampak lalu lalang dengan menggunakan jas hujan. Ada juga yang membiarkan tubuh mereka basah.
Sementara itu, Kepala Stasiun Metereologi Supadio Pontianak, Erika Mardiyanti mengatakan, berdasarkan model prakiraan terjadinya hujan di sebagian besar wilayah Kalbar akan mulai hujan pada tanggal 10 April 2019. Intensitas hujan diprakirakan bervariasi mulai ringan, sedang hingga lebat. “Hujan intensitas sedang hingga lebat diprakirakan akan terjadi mulai tanggal 10 April 2019 di Kalbar bagian tengah hingga timur, mulai Kabupaten Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi dan Kapuas Hulu,” ungkapnya.
Ia menuturkan, hujan sedang hingga lebat diprakirakan juga akan terjadi di Kabuapaten Ketapang bagian selatan seperti di Kecamatan Kendawangan, Manis Mata dan sekitarnya. Kalimantan Barat bagian pesisir barat diprakirakan terjadinya hujan sedang hingga lebat akan mulai tanggal 12 April 2019.
Dengan adanya situasi ini, BMKG Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak menyampaikan beberapa imbauan pada masyarakat. Yakni Kalimantan Barat bagian pesisir barat diprakirakan curah hujannya masih cukup rendah hingga tiga hari kedepan. Agar mewaspadai masih berpotensinya kemudahan terjadi kebakaran hutan dan atau lahan hingga tiga hari ke depan. “Peningkatan suhu udara yang bisa membuat dehidrasi, disarankan masyarakat agar minum air putih secara cukup,” tuturnya.
Kalimantan Barat bagian timur seperti Kabuapten Sintang, Melawi, dan Kapuas Hulu diprakirakan lebih sering terjadi hujan sedang hingga lebat mulai tanggal 10 April 2019. Agar mewaspadai potensi terjadinya genangan, banjir maupun tanah longsor. “Masyarakat juga harus mewaspadai potensi terjadinya hujan sedang hingga lebat yang bisa disertai petir, guntur dan angin kencang berdurasi singkat,” pungkasnya.
ISPA dan Diare
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Sidiq Handanu menyebutkan, masuknya musim kemarau di Kota Pontianak yang disebabkan hujan tidak turun kurang lebih satu minggu dampak asap yang ada belum tampak. “Dikarenakan waktu yang masih awal, biasanya kelihatan setelah dua minggu. Sehingga laporan yang masuk akan muncul pada minggu depan,” ujarnya.
Biasanya dampaknya dari cuaca seperti ini adalah ISPA, kemudian diare yang harus diwaspadai. Dari itu agar tetap sehat, dia menyarankan yang paling penting adalah perbanyak minum air putih karena panas lalu menyebabkan dehidrasi. Lalu banyak makan buah-buahan dan sayuran. “Yang beresiko tinggi jangan beraktivitas di luar rumah, sebab panas dan asap menyebabkan penambahan dehidrasi dan infeksi pernapasan. Anak-anak lebih rawan, lalu masyarakat yang mempunyai asma. Untuk lebih hati-hati,” tutupnya.
Laporan: Rizka Nanda, Abdul Halikurrahman, Maulidi Murni
Editor: Yuni Kurniyanto