eQuator.co.id – KUBU RAYA-PONTIANAK-RK. Sudah sepekan lebih tak hujan. Kabut asap mulai terasa di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya. Terutama malam hari, asap mulai terasa pekat. Stasiun Meteorologi Kelas I BMKG Supadio memantau 53 titik api (hotspot) di Kalbar.
“Jumlah hotspot di Kalbar sebanyak 53. Sedangkan di Kubu Raya ada 25 hotspot, baik hotspot sedang maupun besar,”ungkap Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I BMKG Supadio, Sutikno.
Sutikno menambahkan, kondisi tersebut diperkirakan akan terjadi hingga minggu depan. Sedangkan suhu udara saat ini diperkiraan 29 derajat Celcius sampai 30 derajat Celcius. “Diprediksi potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) masih sangat tinggi di seluruh Kalbar,” terangnya.
Kabut asap akibat kebakaran lahan gambut. Kebakaran lahan di Kalbar selalu terjadi saat cuaca panas. Karhutla sulit sekali dicegah. Padahal, pemerintah sudah maksimal melakukan pencegahan lewat kegiatan preventif.
Bahkan, tindakan represif juga dilakukan dengan menangkap pelaku pembakar lahan. Tetapi, tetap saja tak mempan. Begitu musim panas datang, karhutla muncul. Petugas Maggala Agni, BPBD, Polisi dan TNI kembali dibuat lelah. Memadamkan api di lahan gambut yang ada di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya. “Sejak tiga hari, memang ada peningkatan titik panas,” kata Kepala Daerah Operasi Maggala Agni Pontianak, Sahat Irawan, Senin (8/4).
Sahat merinci, karhutla di wilayah Pontianak dan Kubu Raya saat ini terjadi di tiga lokasi. Lokasi pertama di sekitar Perumahan Metro, Sungai Raya Dalam. Kemudian, lokasi kedua di Desa Madu Sari, Kubu Raya. Dan lokasi ketiga di Desa Rasau Jaya Umum, Kubu Raya. “Kami (Maggala Agni, red) bersama anggota BPBD, Polri dan TNI telah melakukan upaya pemadaman,” katanya.
Total luas lahan yang terbakar di tiga titik itu, belum bisa dirinci. Sebab, potensi karhutla masih memungkinkan meluas. Terlebih, jika hujan tidak turun dalam waktu dekat.
Sahat mengatakan, sejauh ini proses pemadaman karhutla di tiga titik tersebut berjalan lancar. Sumber air masih relatif mudah untuk dijangkau. “Mudah-mudahan dalam waktu satu atau dua hari kedepan hujan turun. Sehingga kebakaran lahan tak bertambah,” harapnya.
Dia kembali mengimbau masyarakat, agar tidak membakar lahan secara sembarangan di musim panas seperti sekarang ini.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Pontianak, Saptiko menambahkan, kebakaran lahan di wilayah Kota Pontianak, sudah mulai terjadi sejak Maret lalu. “Tapi skala kecil,” katanya.
Kemarin, lanjut dia, ada lagi beberapa laporan kebakaran lahan di wilayah Kota Pontianak. Satu diantaranya terjadi di daerah Perumahan Taman Anggrek, Sungai Raya Dalam.
Sementara itu, Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan menyebut, 70 persen dari total luas wilayah Kubu Raya merupakan lahan gambut. Karena itu, Kubu Raya rentan terjadi karhutla. Muda menilai, perlunya mencari solusi yang inovatif, supaya bencana karhutla tidak selalu berulang setiap tahun. “Kita mengapresiasi Kapolresta Pontianak yang sudah menginisiasi kegiatan yang sinergis. Menyatukan pihak-pihak terkait, baik dari kabupaten maupun provinsi. Mudah-mudahan apa yang dilakukan bisa meminimalkan karhutla kedepannya,” harapnya.
Muda mengakui, masih banyak petani yang bekerja dengan pola pikir lama, yakni mengolah lahan dengan membakar. Diantara alasannya adalah untuk menghilangkan keasaman tanah. Namun, menurutnya, dengan aplikasi trichoderma masalah tersebut bisa teratasi. “Kita harus mencari metode yang bisa langsung dilakukan. Mudah-mudahan penyuluh kita bersama penyuluh masyarakat yang sudah paham, bisa segera diajak untuk ke masyarakat yang memang masih membakar lahan. Para petani dapat dilatih, atau diajak langsung learning by doing,” jelasnya.
Muda meminta masyarakat petani, segera mendaftarkan diri ke dinas terkait. Sehingga memudahkan Pemkab dan pihak terkait melakukan pelatihan metode pembelajaran langsung di lapangan. Ia menjelaskan, petani di sejumlah daerah terbukti berhasil membuka lahan tanpa membakar. “Kita minta disampaikan kepada para petani. Nanti harus diedarkan lewat semua desa,” pintanya.
Sedangkan Kapolresta Pontianak, Muhammad Anwar Nasir mengapresiasi teknologi aplikasi trichoderma. Ia menilai program tersebut sebagai terobosan yang sangat penting, agar langkah penanganan karhutla tidak jalan di tempat.
Karena itu, Anwar menyatakan perlunya pengawalan, sehingga program tersebut dapat dilaksanakan hingga tuntas. Menurutnya, pola pikir mengolah lahan dengan membakar harus diubah. Karena terbukti ada teknologi yang memungkinkan untuk mengolah lahan tanpa membakar. “Masyarakat juga butuh solusi, sehingga harus ada komitmen semua. Komitmen pemerintah dan petani untuk mengawal program membuka lahan tanpa bakar,” ujarnya.
Laporan: Syamsul Arifin, Abdul Halikurrahman
Editor: Yuni Kurniyanto