The Turbo Lawan Petinju Thailand

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Ari Agustian, 23, putra daerah Kalimantan Barat kembali naik ring tinju. Melawan petinju asal Thailand, Suntorn Panhom dalam kejuaraan internasional, Indonesia Big Fight XII, Sabtu (6/4) pukul 19.00 WIB. Pertandingan digelar di Kampus IBM Azmi Kelapa Gading, Jakarta.

“Saya bertanding ini membawa nama Kalbar dan Indonesia,” ujarnya kepada Rakyat Kalbar, Jumat (5/4).

Petinju bergelar The Turbo ini mengaku, sudah mengikuti 50 kali pertandingan amatir dan berhasil menang 49 kali. Ia mulai berkarir sejak tahun 2017. Selain itu, dia juga pernah 7 kali bertanding dan menang. “Belum pernah kalah, semua dengan kemenangan. Saya menang tiga sabuk. Satu sabuk anak muda Indonesia, dua sabuk presiden dan tiga sabuk WBC Asia,” jelasnya.

Namun prestasi ini harus diraihnya melalui perjuangan sendiri. Bahkan, pada pertandingan kali ini dirinya harus berangkat dengan dana pribadi. Ia mengumpulkan uang dengan mengisi live music dari cafe ke cafe yang ada di Pontianak, kurang lebih satu tahun. “Saya juga biasa dibantu teman, buat beli vitamin dan makan. Saya pun kerja di toko kavling milik kawan, sebagai marketing untuk tambahan gizi,” ucapnya.

Ari menjelaskan, biaya untuk vitamin dan gizi yang diperlukan selama satu bulan kurang lebih Rp6 juta. Ia belum berani meminta bantuan kepada pemerintah, jika belum memberikan bukti juara. “Takut tak dibantu. Kalau udah menang pingin ngadap, karena ada bukti,” kata dia.

Ia berharap, jika kali ini kembali meraih gelar juara. Dirinya ingin diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) oleh walikota atau gubernur. Karena dirinya sudah meraih gelar juara dari tahun 2011. “Sampai sekarang raih gelar internasional belum dikasi ASN. Teman saya, juara daerah satu kali langsung dikasik ASN di Dishub. Kalau saya sudah ada pegangan pekerjaan, saya tidak akan telantar nantinya. Saat tidak jadi petinju lagi, saya akan melatih mencari bibit dan bekerja dengan pasti,” paparnya.

Kendati begitu, dia akan tetap semangat dalam setiap kejuaraan. Dia punya target bertahan sebagai petinju, ingin diangkat menjadi ASN. Apalagi dia merupakan tulang punggung keluarga. “Ayah saya bekerja di pelabuhan sebagai kuli buruh lepas, tak tentu kadang dapat uang Rp50 ribu. Kadang ndak. Ibu jualan sayur kangkung keliling. Saya harus membantu membiayai adik-adik saya sekolah, dan bantu  belanja mamak dan adik saya,” bebernya.

Ari mengaku, saat ini belum memiliki tempat tinggal tetap. Sehingga harus mengontrak dari satu tempat ke tempat lain. “Apabila diusir pemilik kontrakan, terpaksa pindah seperti burung,” ucapnya.

Kondisi tersebut memotivasi Ari setiap kali bertanding. Dia teringat wajah ayah, ibu dan adik-adikmya. “Saya semangat sampai saat ini. Target untuk menang dan berhasil, supaya mereka bisa makan dan tersenyum. Demi mereka semua saya rela berkorban, bertinju banting tulang dan dipukuli orang, walaupun sakit rasanya, tapi saya tidak peduli,” ujarnya.

Dia mengaku merasa lebih sakit jika melihat keluarganya tidak tersenyum dan kesusahan. “Biarla saya susah, asalkan mereka bahagia,” pungkas Ari.

 

Laporan: Rizka Nanda

Editor: Yuni Kurniyanto