Hijrahnya Bankir Menjadi Pebisnis Wakaf

Launching Buku ‘Mungkin Saya Radikal’

HIJRAH Dari menjadi seorang bankir, Imam T Saptono menjadi penulis. Sabtu malam (30/3), Imam merilis buku pertamanya berjudul ‘Mungkin Saya Radikal’ dalam acara Yok Ngupi (Ngumpol-ngopi-Diskusi) di Ruang Rapat VIP Yayasan Mujahidin, Komplek Masjid Mujahidin. Nova Sari/Rakyat Kalbar.

Menulis merupakan hobi bagi Imam T Saptono, seorang mantan bankir dari bank konvensional hingga bank syariah yang hijrah. Kini dia mengembangkan bisnis dibidang wakaf.

Nova Sari, Pontianak

eQuator.co.id – Tidak membutuhkan waktu lama Imam menulis buku ‘Mungkin Saya Radikal.’ Dibuat berdasarkan pengalaman pribadi. Imam sadar untuk hijrah dan mengembangkan bisnisnya saat ini.

Dalam buku ini, ada dua tagline besar yang dibuat Imam. Pertama, Dakwah fisrt Bussiness Follows atau apapun kegiatan manusia, semua itu harus berkaitan dengan dakwah. Dakwah yang artinanya luas, intinya mengajak orang lain untuk lebih baik.

“Dakwah bagiamana kita mengundang orang menjadi lebih baik, mengajak apapun yang bisa menginspirasi,” ungkap Imam dalam acara Yok Ngupi (Ngumpol-ngopi-Diskusi) di di Ruang Rapat VIP Yayasan Mujahidin, Komplek Masjid Mujahidin, Sabtu malam (30/3).

Tagline kedua adalah Lillah, yaitu manusia harus sadar segala sesuatu yang dimiliki berasal dari Allah dan untuk Allah. “Baik itu teman, harta benda, institusi, perusahaan yang kita miliki, semua dari Allah dan untuk Allah,” katanya

Kemudian Fillah, yakni dalam usaha yang dijalankan harus dilakukan dengan cara Allah. “Kalau tidak boleh riba, jangan riba. Kalau tidak boleh ghoror jangan ghoror,” jelas Imam

Prinsip yang terakhir adalah Billah, yaitu apapun hasil yang diperoleh, maka hal itu atas kehendak dan pertolongan Allah. “Artinya apakah bisnis atau usaha yang kita lakukan menimbulkan kerugian, itu semata-mata pertolongan Allah. Keuntungan yang kita dapat juga semata-mata  dari Allah. Sehingga detik demi detik, kita inginkan adalah kita semakin mendekat kepada Allah,” ungkapnya

Terkait judul buku yang dibuat sendiri, kata Imam, judul itu dibuat lantaran ia merasakan, bahwa dirinya yang masih awam. Bahkan, dia mengakui apakah dirinya adalah seorang yang radikal atau tidak. “Jadi terserah para pembaca menilainya. Namun begitu, saya berharap ada sebuah kesadaran dan semangat baru bagi masyarakat atau praktisi ekonomi syariah, bahwa jangan semata-mata kita memilih karena syariah, sebab disitu ada peluang mendapatkan keuntungan, tapi kita menyuarakan bisnis syariah, sebab ini juga bagian dari dakwah,” lugasnya

Setelah menulis buku kedua, Imam memastikan dirinya akan segera merilis buku keduanya. Judulnya adalah ‘Matinya Ekonomi Otak’. “Yang pada prinsipnya adalah semua dibagi berdasarkan iman, barulah pikiran,” pungkas Pres Comm Global Wakaf Corp.

 

Editor: Yuni Kurniyanto