Sawiyah Tutup Usia Sepulang Umrah

Diduga Tertular Virus MERS-CoV

ilustrasi.net

“Pemeriksaan suapnya, lalu serum, dan harus dikirim dengan media transpor ke Litbankes Jakarta. Perlu waktu 7 hari, sehingga kita bisa mengetahui positif atau bukan”

Plt Kadinkes Provinsi Kalimantan Barat, Hary Agung Tjahyadi

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Setelah pulang dari Arab Saudi, salah satu jemaah umrah asal Kalimantan Barat, Sawiyah binti Abdul Kadir diduga (suscpect) tertular virus MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus). Dia meninggal dunia, Jumat malam (8/3).

Sebelumnya, Sawiyah sempat dirawat di IGD RSUD Soedarso, Pontianak, Kamis (7/3). Padahal, begitu pulang umroh, hasil skrining Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) tidak menunjukkan Sawiyah mengalami demam tinggi. Dia tergabung dalam rombongan umrah PT Mitra Mediatama Sejahtera Perwakilan Pontianak yang berjumlah 37 orang asal Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Mempawah, Kapuas Hulu, Kayong Utara, Landak, dan Kabupaten Sintang.

“Itu baru diduga tapi kalau bicara soal kesehatan harus koordinasi ke Dinkes Provinsi, karena kita berbagi peran disitu. Disana ada lab yang memastikan,” ujar Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Kalimantan Barat, Ridwansyah saat dikonfirmasi, Senin (11/3).

Ridwan mengaku, sebetulnya Kanwil Kemenag Kalbar belum mendapatkan laporan resmi dari jemaah umrah asal Kalbar. “Kita sebetulnya belum mendapatkan laporan resmi ada jemaah umroh asal Kalbar yang meninggal akibat suscpect MERS-CoV. Tetapi kalau meninggal sepertinya benar,” ucapnya.

Oleh karena itu, Kemenag Kalbar terus mensosialisasikan kepada jemaah umrah dan haji. Untuk menghindari foto dan memegang onta. Begitu juga untuk tidak meminum susu onta secara langsung. Hal itu yang harus dihindari. “Ini baru praduga. Memastikannya di Dinkes Provinsi. Jadi kami sifatnya mengimbau dan bersosialisasi kepada seluruh jemaah untuk memperhatikan kesehatannya,” tukas Ridwan.

Begitu pula Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Pontianak di Jalan Supadio Ayani II, hingga saat ini belum bisa memberikan keterangan terkait hal tersebut.

Awalnya para pewarta, ingin melakukan konfirasi terkait suscpect MERS-Cov kepada pihak KKP, melalui prosedur dengan melapor terlebih dahulu ke petugas jaga yang berada di lokasi tersebut. “Ijin pak, bisa ketemu dengan kepela KKP,”tanya wartawan dengan petugas.

Petugas langsung menanyakan dengan pewarta dan meminta menunjukkan identitas dan surat tugas untuk memastikan kebenaranya. “Kami hanya ada id card,”ucap wartawan.

Spontan petugas meminta izin membawa id card untuk memperlihatkan keatasanya. “Ooo yang suspect MERS itu ya,”ucap petugas sambil membawa id card ke atasnya.

Tak lama kemudian, petugas KKP mengatakan kepada para pewarta, agar keteranganya melalui satu pintu, yakni langsung dari keterangan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Provinsi Kalbar. “Katanya hasil kesepakan kemarin, keterangan diserarahkan ke kadis Kesehatan Provinsi. Ini yang disampaikan Pj Kepala KKP,”ucap petugas menyampaikan dengan pewarta.

Ditemui di kantornya, Plt Kadinkes Provinsi Kalimantan Barat, Hary Agung Tjahyadi, menyebutkan persolan ini masih dalam tahap investigasi. “Bahwa ada dugaan atau suscpect terhadap pasien yang baru pulang dari tanah suci, sebab ada beberapa gejala klinis radiologi terkait kemungkinan adanya inveksi MERS-CoV,” ujar Hary Agung, Senin (11/3).

Hary menjelaskan, MERS-CoV ini adalah  virus yang masih belum diketahui  dari apa, tapi ada kemungkinan berasalnya dari hewan onta.

“Kalau ada pasien yang diindikasikan gejala klisnis ini akan menujukkan beberapa gejala seperti inveksi MERS, harus dilakukan penegaan diagnosa, bisa dilakukan pemeriksaan suapnya, lalu serumnya, dan harus dikirim dengan media transpor ke Litbankes Jakarta, dan ini perlu waktu 7 hari, sehijngga kita bisa mengetahui positif atau bukan,”katanya

Sehingga sampai saat ini, kata Hary, pihaknya masih melakukan tahapan investigasi, dimana dalam tahapan ini ada kegiatan-secara tata laksana yang harus dilakukan. Seperti dengan kegiatan surveylen, yang sesuai dengan penyelidikan epidomologi yang melakukan pemeriksaan edukasi obeservasi kepada kontak orang-orang yang diduga dapat terjangkit virus yang sama. “Kita lakukan pemeriksaan kepada orang-orang yang terkontak langsung, seperti rombongan jamaah kemarin, ini kita lakukan selama dua masa atau dua minggu, ini terus kita pantau,” jelasnya

Hary menyebutkan, apabila dari para Jemaah lain yang kita lakukan pemeriksaan mengalami gejala virus MERS-CoV ini seperti batuk, demam , diare menggigil perlu dilakukan pemeriksaan di faskes yang ada. “Kalau ada gejala atau didiagnosa positif ini akan dilakukan penanganan khusus, kalau negative bisa saja inveksi penyaluran pernafasan atau pneumonia, yang bisa menyebabkan kematian,” terang Hary.

Untuk itu, karena masih dalam tahap pemeriksaan, Hary berharap masyarakat tidak perlu panik menanggapi hal tersebut, bahkan pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk lebih menjaga daya tahan tubuh, sehingga tidak mudah terserang penyakit. “Mayarakat tidak perlu panik apalagi sampai takut mau berangkat umrah atau haji, yang terpenting adalah bagiamana menjaga kondisi tubuh, dengan makanan yang sehat, tidur yang cukup dan menjaga kebersihan diri, sebab kita ketahui di tanah suci ada jutaan manusia yang datang, tentu ini juga akan membawa berbagai jenis penyakit yang berbeda, namun bagaimana cara kita agar tidak terjangkit dan membawanya ke negara kita, ini yang perlu menjadi perhatian kita,” imbaunya

Apalagi saat ini, kata Hary, masyarakat khususnya di Indonesia juga sudah sangat banyak melakukan perjalanan ibadahnya ke tanah suci, baik haji maupun umrah.

Namun memang yang perlu menjadi perhatian adalah jemaah umrah, sebab menurutnya perlu perhatian khusus, bahkan pada Jumat (8/3) lalu, pihaknya melakukan pertemuan kepada sejumlah pihak terkait seperti travel yang membawa rombongan jamaah, kemudian Kanwil Kemenag untuk membahas khusus travel yang melayani jasa perjalanan umrah. “Dimana sebagai tindak lanjutnya Dinkes memberi surat ke Kementerian Agama, agar menyampaikan kepada seluruh travel umrah harus ada manasik bidang kesehatan, artinya tidak hanya haji saja, tapi umrah juga harus ada,” pungkasnya.

 

Laporan: Rizka Nanda, Syamsul Arifin, Nova Sari

Editor: Yuni Kurniyanto