Jemput Istri, Panji Kumbara Dibekuk Densus 88

Terafiliasi dengan Kelompok Jamaah Ansharut Daulah

TERDUGA TERORIS Petugas memeriksa kesehatan Panji Kumbara alias Salim Salyo, terduga teroris. Polisi for Rakyat Kalbar

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Mengendarai sepeda motor, Minggu (10/3), Panji Kumbara alias Salim Salyo, 38, menjemput istrinya yang bekerja di rumah makan. Perjalanan mereka dihentikan Tim Datasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri. Panji dibekuk. Dia diduga terafiliasi dengan Kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD), teroris yang merencanakan amaliah atau merampok bank di Surabaya, Jawa Timur.

Salim diamankan tidak jauh dari rumahnya di Gang Usman Husin, Jalan Parit Sembin, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Pasca penangkapan, Senin (11/3), rumah tersebut tampak sepi.

Rakyat Kalbar bertemu dengan istri Salim, Syamsiah ditemani kakak iparnya, Maimunah dan anak bungsunya.

Perempuan 38 tahun ini mengaku terkejut dengan penangkapan yang dilakukan aparat kepolisian terhadap suaminya. Dia memberberkan, penangkapan terjadi pukul 15. 30 WIB, tepat di depan Jalan Parit Sembin. Jalan yang sehari-hari ia lalui ketika pergi bekerja. “Saat itu saya dalam perjalanan pulang kerja, sebagai tukang masak di Rumah Makan Sambal Colek di Jalan Dipenogoro, Pontianak,” ungkapnya.

Pulang dari tempat kerjanya, dia dijemput sang suami, yang baru sembuh setelah dua minggu terbaring di rumah.  “Suami menggunakan sepeda motor bebek Revo hitam,”katanya.

Dalam perjalanan pulang ke rumah, ungkap dia, tiba-tiba saja, di depan Jalan Parit Sembin ada polisi yang langsung menjemput dan membawa pergi suaminya.

Syamsiah, kala itu terkejut bukan kepalang. Ia mengaku tak diberikan informasi apa pun, dari pihak kepolisian terkait penangkapan tersebut. “Tak tau. Saya tidak dikasi tau soal apa,” ujarnya singkat.

Dirinya melanjutkan, usai peristiwa penangkapan itu, pihak kepolisian juga turut menggeledeh seisi rumah. “Habis membawa bang Salim. Polisi juga datang ke rumah bersama pak RT. Mereka menggeledah seisi rumah,” ujarnya.

Dalam penggeledahan itu, dirinya menjelaskan, petugas juga turut mengamankan barang-barang yang berada di dalamnya. “Mereka geledah sendiri bersama pak RT. Mereka membawa kaset, foto anak,  KTP, HP suami. Seingat saya, karena kita pun tak terlalu memperhatikan,” ceritanya.

Dimata Syamsiah, Salim dikenal baik dan menyayangi keluarga. Dirinya tidak manaruh curiga sedikit pun kepada sang suami tentang hal-hal yang tidak baik. “Dia baik. Biasa-biasa jak. Dan sering bersosialisasi dengan tetangga,” jelasnya.

Selain dikenal baik, Salim juga dikenal suka bermain game. “Biasanya kalau setelah pulang kerja main game biasanya,”ungkap dia.

Dia berujar, sehari-hari suaminya bekerja sebagai tukang bangunan. “Dia bekerja sebagai buruh bangunan,” imbuhnya.

Syamsiah mengenal Salim ketika keduanya sama-sama bekerja di perusahaan plywood milik PT Bumi Raya. “Kita kenal saat  sama-sama bekerja sebagai buruh di plywood,” ceritanya.

Dari perkenalan itu, dirinya akhirnya memutuskan menikah pada tahun 2000 dengan Salim, pria kelahiran Semarang. Dari perkawinananya, ia dan sang suami dikaruniai tiga orang anak. “Yakni laki-laki dua dan satu perempuan,” paparnya.

Syamsiah mengaku, orangtua Salim saat ini sudah meninggal. “Di Kota Pontianak hanya ada adiknya yang bernama Hany,” jelasnya.

Salim, kata dia, diketahui tidak berada diluar kota beberapa minggu ini. “Tidak ada. Dia demam dua minggu ini. Jadi di rumah jak. Setelah agak mendingan itulah dia ngantar saya kemarin,” terangnya. “Kalau seandainya ada kerja baru lah kadang keluar kota. Tapi setelah selesai balik lah,” tutup ya.

Senada, Abdullah, yang tinggal berdampingan dengan rumah Salim menuturkan hal yang sama. Dia mengatakan, selama ini Salim dikenal sebagai pribadi yang baik dan tidak memiliki masalah apapun. “Dia baik, dengan tetangga apa baik. Hobinya tu main game,” jelasnya.

Abdullah mengaku tidak menagih curiga sedikit pun kepada Salim, karena selama ini dia bersosialisasi kepada masyarakat. “Kalau ada panggilan-panggilan apa dia selalu datang, dan suke bersosialisasi juga bersama tetangga,” terangnya.

Dia mengaku sempat bertanya kepada pihak kepolisian terkait penangkapan, namun tidak mendapatkan jawaban terkait kasus apa.
” Jadi kite pun tak tau lah, “jelasnya

Sementara itu, Iskandar, sepupu dari Salim pelaku mengaku, saat kejadian dirinya dan warga tengah bergotong royong di masjid, tak jauh dari lokasi penangkapan. “Tiba-tiba saja dia, istri dan anaknya melintas mengendarai sepeda motor, di Jalan Parit Sembin, namun dihentikan  polisi dengan mobil penjinak bom menghadang jalan,” paparnya.

Selain itu, kata dia, ada juga anggota yang bersenjata lengkap. “Tanpa perlawanan, Salim kemudian dibawa pihak kepolisian,” jelasnya.

Saat itu anak Salim juga sempat menangis. Sehingga mengundang perhatian warga. “Kita semua yang ada disitu kaget, kemudian saya melihat anaknya menangis jadi saya datangi, saya juga sempat bertanya kenapa dia ditangkap tapi tidak diberikan jawaban,” katanya.

Diakui Iskandar, Salim kesehariannya sebagai kuli bangunan dan biasa ikut ia bekerja. Bahkan belum lama ini terduga juga baru pulang dari pekerjaan bangunan di daerah Tayan. “Selama ini dia ini biasa ikut saya kerja borongan bangunan, belum lama ini dia juga baru dari Simpang Ampar, Tayan ikut teman saya kerja borongan,” ungkapnya.

Diakui pula selama ini Salim bersikap seperti masyarakat biasanya dan berbaur dengan yang lain. Bahkan, diakuinya Salim sering mengunjungi cafe miliknya, sebelum kejadian penangkapan tersebut. “Selama ini dia orangnya biasa saja, berbaur dengan masyarakat dan berbincang seperti biasanya,” kata dia.

Namun memang tidak ia pungkiri, beberapa bulan terakhir ada tingkah terduga sedikit berbeda dari biasanya. “Dia ini beberapa bulan terakhir memang lebih sering ibadah, saya tawarin kerja bangunnya juga baru-baru ini sedikit ragu untuk menerima. Padahal, biasanya kalau saya tawari kerjaan dia ini tidak pernah menolak,” tuturnya.

Fatimah yang juga tetangga Salim, mengaku  melihat langsung kejadian itu. Saat penangkapan, polisi ramai datang ke lokasi. “Polisi ramai. Kita tak tau tiba-tiba polisi sudah ramai jak. Namun kita tak dia amankan karena kasus apa,” katanya.

Saat penggeledahan di rumah Salim, kata dia, banyak warga yang mencoba mendekat, namun tak dibolehkan petugas.

Dimata Fatimah, Salim itu memang dikenal kurang bersosialisasi.” Dia jarang berkumpul sama orang, jadi kite kurang tau gak, “jelasnya.

Terpisah, Sulyo, Ketua RT 01/RW 14 mengaku terkejut melihat aparat kepolisian yang  ramai mendatangi rumah Salim. “Awalnya saya terkejut juga. Saya pikir ada apa ni,” ucapnya.

Sebelum kedatangan pihak kepolisian, Sulyo mengaku sedang  bersama warga lain melakukan aktivitas gotong royong di masjid yang tak jauh dari rumah Salim.

Setelah itu, dirinya kemudian diminta menjadi saksi saat penggeledahan. Dia mengaku tidak mengetahui  kasus apa yang menjerat tetangganya itu. “Kita tidak dikasi tau,” jelasnya.

Dirinya pun mengaku heran, mengenai kasus apa  yang menimpa tetangganya itu, Pasalnya menurut dia, saat itu polisi ramai mendatangi  TKP, tak seperti kasus kasus yang lain yang pernah terjadi di wilayahnya. “Kalau kasus yang pernah terjadi di RT sini sih seperti narkoba, dan lain sebagainya pihak kepolisian tak seramai ini,” terangnya.

Menurutnya, tidak tampak sama sekali gelagat dari Salim yang mencurigakan sehari-hari. “Salim ini sosoknya biasa-biasa saja. Orangnya ramah dan tidak tertutup kepada warga lainnya,” ujar Sulyo saat ditemui dirumahnya, Senin (11/3) siang.

Dia mengaku dalam penggeledahan di rumah Salim, pihak kepolisian yang dibantu dirinya hanya menemukan beberapa bukti berupa identitas tersangka. “Tak banyak yang disita, cuma KTP dan HP milik tersangka. Selain itu tidak ada yang mencurigakan. Tidak ada senjata api atau sebagainya, yang dibawa hanya surat-surat identitas tersangka saja,” timpalnya.

Lebih lanjut, Sulyo mengungkapkan pekerjaan sehari-hari tersangka adalah sebagai buruh bangunan. Ia juga menjelaskan, rumah yang ditinggali oleh tersangka saat ini adalah milik pribadi, dan ditempati bersama istrinya dalam kurun waktu yang sudah cukup lama. “Sudah bertahun-tahun tinggal disini, bersama istrinya. Sementara sehari-hari PK ini bekerja sebagai buruh bangunan, bahkan biasanya kerjanya sampai keluar kota,” terangnya.

Dia menegaskan, semenjak mengetahui warganya tersebut tersandung  masalah, dia turut ikut serta dalam pengusutan kasus hingga saat ini. Sulyo juga berkomitmen akan membantu semaksimal mungkin dalam melakukan penyelidikan sampai semua masalah diwilayahnya tersebut benar-benar dinyatakan selesai. “Kalau memang ada yang bermasalah kita akan bantu beri keterangan sampai pengusutan hingga selesai. Kemarin dari pihak kepolisian juga sudah datang dan minta berkas-berkas milik tersangka, dan sudah saya serahkan semua yang dipunya,” lanjutnya.

Sebagai ketua RT, dia berharap, apabila  yang bersangkutan terbukti bersalah, agar diusut dan diselesaikan sesuai ketentuan hukum yang berlaku. “Semoga saja bisa cepat terselesaikan, kalau memang dibutuhkan kita pasti bantu sampai masalah ini benar-benar selesai,” pungkasnya.

Sementara itu, Kades Parit Baru, Musa mengaku belum mengetahui secara pasti warganya yang ditangkap pihak kepolisian. “Ya, benar ada warga kami yang ditangkap. Mengenai kasusnya saya kurang tau. Katanya teroris,” ujarnya ditemui di kantornya.
Dia mengatakan warganya yang telah tinggal di Parit Sembin 2 sejak 1987- an, kesehariannya sebagai kuli bangunan. Bahkan Musa mengaku sebelum tertangkap, pernah menggunakan jasa Salim. “Dia inikan ahli ngaci bangunan, jadi sebelum ditangkap polisi, saya ada niat mau minta tolong lagi ama dia(Salim, red) untuk ngaci dikantor desa. Tak yakin kami, PK jadi teroris,” katanya.
Diakui Musa, warganya tersebut tidak menunjukan ciri-ciri yang mencurigakan bahkan cukup berbaur dengan masyarakat sekitar. “Dia ini tidak terlibat dalam jemaah apapun dilingkungannya, seperti masyarakat biasa, suka bergaul dengan yang lainnnya. Orangnya juga tidak tertutup,” pungkasnya
Informasi yang dihimpun Rakyat Kalbar, penangkapan terhadap Salim lantaran merencanakan amaliah atau merampok bank di Surabaya, Jawa Timur. Salim beranggapan bahwa amaliah itu merupakan modal melakukan jihad kepada thogut.

Uang hasil rampasan itu, diduga digunakan pelaku untuk membeli senjata dan merakit bom. Barang barang itu selanjutnya nanti akan dikirim kepada sesama anggotanya yang saat ini berada di Poso, Sulawesi Tengah.

Usai ditangkap, kemarin, informasinya Salim diterbangkan ke Jakarta menggunakan pesawat komersial Sriwijaya Air sekitar pukul 13.40 WIB.

Sementara itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Dedi Prasetyo mengatakan, dalam penangkapan tersebut tim menemukan barang bukti yang diduga akan dijadikan bom rakitan.

Alat yang ditemukan polisi berupa potongan paku, potasium serta sejumlah kaleng. Barang bukti itu diduga untuk melakukan amaliyah atau aksi teror. Terduga teroris itu merencanakan amaliah atau merampok bank di Surabaya, Jawa Timur.  “Barang bukti mengarah ke indikasi bom rakitan, bom ini biasa digunakan oleh kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD),” ujar Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta.

Selain itu, ada bahan yang telah dirakit untuk jadi bom, ada yang akan dirakit. Pihak Densus 88 saat ini masih memeriksa terduga di Mako Brimob Polda Kalbar.  “Ada juga yang telah dibongkar oleh tim. Sedang kami dalami berkaitan dengan jaringan dan rencana mereka. Dia diduga melakukan aksinya secara individu,” ungkapnya.

 

Laporan: Andiridwansyah, Syamsul Arifin, Jawapos

Editor: Yuni Kurniyanto