eQuator.co.id – JAKARTA –RK. Kereta rel listrik (KRL) relasi Jatinegara – Bogor nomor KA 1722, Minggu (10/3) pukul 10.15 anjlok. 14 orang korban luka ringan karena benturan. Hingga kemarin pukul 19.10 kereta nomor enam sudah berhasil didudukan di rel.
”Hingga pukul 19.00 WIB tercatat dua pengguna jasa yang masih dalam perawatan di RS Salak Bogor dan RS Suyoto Bintaro,” VP Komunikasi PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Eva menurutnya seluruh pengguna yang menjadi korban maka akan mendapatkan perawatan kesehatan hingga selesai.
Selain evakuasi sarana KRL, Eva mengatakan bahwa tim juga melakukan perbaikan prasarana perkeretaapian seperti jaringan kabel Listrik Aliran Atas (LAA), jalur rel, dan penggantian tiang LAA. Seluruhnya dilakukan secara paralel. Hingga pukul 19.00, perjalanan KRL menuju Stasiun Bogor belum dilayani. ”Untuk operasional KRL lintas lainnya berlangsung normal,” bebernya.
Proses evakuasi cukup cepat lantaran pukul 17.54, kereta penolong bersama crane telah tiba di lokasi. Kereta yang sudah bisa diangkat oleh crane, selanjutnya dibawa ke Stasiun Cilebut. Proses evakuasi direncanakan bisa mencapai enam jam. ”Diharapkan, besok (hari ini, Red) operasional KRL dapat kembali berjalan dengan normal,” ujar Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kemarin juga meninjau lokasi anjloknya KRL KA 1722. Dia pun mengunjungi RS Salak untuk menemui korban. ”Tadi saya bicara dengan Dokter Sarah (Dokter RS Salak, Red). Dokter menyampaikan tidak ada luka yang parah, bahkan sudah ada yang pulang,” tutur Budi. Saat kunjungannya itu, Budi belum bisa menemui masinis. Sebab menurut keterangan yang diperolehnya, masinis masih mengalami trauma dan belum bisa diajak bicara.
Mantan Direktur Utama Angkasa Pura II itu menjelaskan penyebab anjloknya KRL masih dalam tahap identifikasi. Namun dia meminta agar proses penyelidikan dilakukan dengan cepat agar mengetahui dugaan awal.
Sementara itu, pengamat transportasi Djoko Setijowarno menuturkan, KRL merupakan moda transportasi penting bagi warga Jabodetabek. Bagi warga Bogor, KRL masih menjadi andalan untuk menuju ibu kota. Akses Jakarta-Bogor merupakan rute terpadat dengan melewati 25 stasiun. Rata-rata rute tersebut mengangkut 206,153 orang per hari. “Artinya, mitigasi harus segera diselesaikan oleh PT KAI dan PT KCI selaku operator. Saya yakin kalau hanya insiden seperti ini biasanya semalam bisa selesai dan besok pagi (Hari ini, Red) sudah bisa digunakan,” ujar Djoko.
Alat berat didatangkan untuk mengangkat tiang listrik aliran atas yang menimpa gerbong. Kemudian, gerbong yang ringsek ditarik dengan lokomotif untuk dibawa ke depo. Setelah itu, tinggal memperbaiki lintasan rel dan melakukan pengecekan akhir sebelum digunakan kembali. “Hanya mungkin butuh waktu lebih karena harus membangun LAA baru lagi,” katanya.
Djoko menyebut eskpektasi masyarakat terhadap KRL sangat tinggi. Mengingat, KRL menjadi satu-satunya moda transportasi yang menjangkau hampir seluruh Jabodetabek. Sehingga, harus ada peningkatan jumlah dan kecepatan perjalanan.
Namun, cita-cita tersebut sulit terwujud jika masih banyak perlintasan sebidang di sepanjang rel. Itu yang menghambat. “Kalau itu bisa ditutup, maka kapasitas angkut bisa meningkat. Dari semula 10 menit sekali bisa tiga menit sekali. Tapi itu jika perlintasan sebidangnya ilang semua,” terang pria yang merupakan anggota Masyarakat Transportasi Indonesia itu.
Selain itu, Djoko berharap pembangunan lintas rel terpadu (LRT) bisa dipercepat. Mengingat, tidak sedikit warga Bogor yang mencari nafkah di Jakarta. Saat ini, pembangunan perlintasan LRT baru sampai Cibubur, Jakarta Timur. Rencananya, perlintasan tersebut akan diteruskan melewati Sentul dan berakhir di stasiun Bogor.
Dengan begitu, nantinya masyarakat Kota Hujan tersebut akan memiliki alternatif pilihan menuju Jakarta. Mau naik KRL atau LRT. “Ya setidaknya menunggu sampai 2021 baru bisa beroperasi katanya,” kata Djoko.
Direktur Utama Jasa Raharja Budi Rahardjo S menjamin ada santunan dari lembaganya. ”Bahwa berdasarkan pada prinsipnya Penumpang yg menjadi Korban kecelakaan tersebut terlindungi berdasarkan UU Nomor 33 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan PMK No. 15 tahun 2017, “ ucapnya. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa Jasa Raharja telah menerbitkan surat jaminan biaya perawatan kepada rumah sakit dimana korban dirawat, dengan biaya perawatan maksimal Rp 20.000.000. Klaim lainnya yang dikeluarkan Jasa Raharja adalah manfaat tambahan biaya P3K Rp 1.000.000 dan Ambulance dari TKP ke rumah sakit sebesar maksimal Rp500.000. (Jawapos/JPG)