eQuator.co.id – Pontianak-RK. Kondisi Kalimantan Barat saat ini tengah berada dalam segala aspek sangat tidak menguntungkan. IPM berada peringkat 29, Daya saing 28, tingkat kebahagiaan 28 dan infrastruktur urutan 33.
“Saya ingin memberikan dulu gambaran mengenai Kalbar saat ini. Kalbar juga mempunyai perbatasan sepanjang 968 km dengan Malaysia. Lamanya orang bersekolah di Kalbar juga baru mencapai 7,3 tahun,” terang Gubernur Kalbar Sutarmidji di hadapan mahasiswa Kuliah Kerja Dalam Negeri (KKDN) Fakultas Teknologi Pertahanan (FTP) Universitas Pertahanan (Unhan) Bogor di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar, Senin (25/2).
Berkaitan dengan pendidikan, Indonesia ingin mencontoh negara Finlandia. Tapi apa yang dilakukan Finlandia dengan sistem pendidikannya tidak diikuti utuh Indonesia. Di Finlandia, yang boleh menjadi guru lulusan universitas rangking 1 sampai 5.
“Tapi apakah kita pernah mendorong lulusan cum laude untuk meneruskan pendidikannya ke tingkat berikutnya dengan dibiayai negara? Tidak ada yang seperti itu. Kalau pun ada, hanya 1-2 orang,” tukasnya.
Mantan Wali Kota Pontianak dua periode yang karib disapa Midji ini mencontohkan industri pesawat yang dahulu menjadi andalan Indonesia. Industri itu mandeg karena tidak adanya konsistensi. Padahal saat peluncuran pesawat CN-235, peringkat Indonesia meningkat. Bahkan melebihi Korea Selatan.
“Padahal pada masa itu, mesin tik saja bukan buatan Indonesia. Belum lagi komputer. Tapi kita sidah mampu membuat pesawat. Harusnya itu menjadi lompatan-lompatan yang harus dibuat. Tapi karena ganti pemerintahan maka ganti pula kebijakan,” tuturnya.
Dalam dunia pertahanan, tidak bisa seperti itu. Dunia pertahanan harusnya bebas dari berbagai intervensi. Harus diatur dengan satu undang-undang tersendiri. Membangun industri pertahanan tanpa konsistensi akan sangat mahal.
“Membuat riset untuk peluru saja sudah mahal. Bukan sembarangan main buat saja. Kekuatan ledaknya juga diperhitungkan. Semakin kecil, semakin kuat ledakannya. Kita sudah riset tapi kadang tak mau menindaklanjuti hasilnya,” jelasnya.
Berkaitan dengan teknologi deteksi, Midji menghubungkannya dengan perbatasan Kalbar yang memiliki panjang 968 KM. Sehebat apa pun teknologi yang dimiliki, takkan baik bila tanpa koordinasi seluruh pihak.
“Kelemahan kita adalah koordinasi. Revolusi ke 4 bicara mengenai kecepatan. Bila tidak bisa mengikutinya, maka kita akan tergilas. Kita akan kalah. Tidak mampu menjadi yang terdepan,” ujarnya.
Gubernur memberikan sebuah alternatif solusi dalam permasalahan ini. Yaitu bhakti TNI. Terobos saja perbatasan bila memang merupakan kebutuhan. Midji juga membicarakan wilayah Kapuas Hulu yang menjadi paru-paru dunia berkat 51 persen wilayahnya merupakan konservasi.
“Tapi masyarakat di sana tidak diperhatikan. Untuk apa kita bicara paru-paru dunia bila masyarakatnya sengsara? Belum lagi yang lainnya,” tuturnya.
“Semua yang terbaik ada di Indonesia. Tapi sistem yang ada membuat semuanya tidak diakui sebagai yang terbaik,” timpal Midji.
Midji mengatakan pertahanan akan terbangun dengan solid. Asalkan dibangun berlandaskan kepada keberagaman budaya yang ada di Indonesia. “Orang Batak tak bisa dipaksa menjadi orang Jawa. Maka perbedaan budaya harus menjadi landasan menyatukan pertahanan. Tidak perlu dipaksakan harus satu,” lugasnya.
Kalimantan Barat berbatasan langsung dengan Malaysia sepanjang 960 KM. Sehingga perlu strategi untuk menjaga keamanan wilayah tersebut.
“Yang dari Pontianak itu ada ahli IT sehingga bisa menciptakan bagaimana deteksi jarak jauh untuk memantau keamanan di perbatasan,” ujar Gubernur Kalbar Sutarmidji saat memberikan pembekalan kepada mahasiswa Fakultas Teknologi Pertahanan Universitas Pertahanan yang akan berangkat Kuliah Kerja Dalam Negeri (KKDN) di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar, Senin (25/2).
Dengan pembekalan ini dia berharap dapat mempersiapkan para pemimpin negara yang tidak akan berubah karakter dasarnya. Yaitu berasaskan budaya Indonesia. Walau memang tidak mudah untuk menyatukan perbedaan kultur. Harus dididik sejak dini. Mulai SD, SMP, dan SMA. “Untuk melahirkan pemimpin yang berkualitas bagaimana menyusun strategi pertahanan negara. Itu harus dimulai sejak dini,” katanya.
Dia menilai, mendoktrin dan membangun kejiwaan bermental budaya Indonesia harus dilakukan secara bertahap. Bahkan bila perlu menjadi bagian dari pencarian bakat oleh Universitas Pertahanan. “Kan di SMP dan SMA bisa ada lab khusus pertahanan kalau perlu universitas pertahanan ini punya S1,” tuturnya. Menurut Midji, menciptakan pemimpin harus dengan sistematis yang jelas. Jangan sampai melahirkan pemimpin yang tidak punya bekal dan ilmu kepemimpinan.
Wakil Rektor 2 Bidang Umum dan Keuangan Universitas Pertahanan Brigjen TNI Lasmono mengatakan, secara umum tujuan KKDN untuk melaksanakan penelitian seminar dan kegiatan mengajar sebagai wujud tri darma perguruan tinggi. Yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. “Pelaksanaan kegiatan ini akan mengangkat tema tentang pemberdayaan teknologi ketahanan sebagai penangkal ancaman guna mendukung pertahanan negara di Pontianak,” katanya.
Sedangkan tujuan khususnya untuk menangkap potensi kemampuan serta persiapan teknologi ketahanan pada unsur pertahanan negara di Pontianak. Dalam menghadapi ancaman baik dari dalam maupun luar negeri. “Ada 4 prodi yang melaksanakan KKDN yaitu Industri Pertahanan, Teknologi Penginderaan, Teknologi Persenjataan, dan Daya Gerak,” paparnya.
KKDN diikuti 58 mahasiswa. Terdiri dari 16 orang Prodi Industri Pertahanan, 18 Teori Penginderaan, 14 Teori Persenjataan, dan 10 Teori Daya Gerak.”Hasil KKDN yang akan dilaksanakan mahasiswa ini nantinya akan diseminarkan dengan mengundang para pejabat yang hadir di sini,” jelasnya.
Hasil akhir seminar akan dilaporkan ke Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Nantinya diharapkan dapat menjadi masukan Menteri Pertahanan (Menhan). Mahasiswa tentunya akan dapat mengambil manfaat dan pengalaman dalam pelaksanaan KKDN sebagai wujud penerapan keilmuan yang telah diterima di bangku kuliah.
“Harapan kepada mahasiswa yang sekarang sedang semester 2 tentunya bisa melaksanakan pengayaan terhadap ilmu pengetahuan dihadapkan dengan kondisi yang ada di Kota Pontianak ini,” demikian Lasmono.
Sementara Dekan Fakultas Teknologi Pertahanan Universitas, Pertahanan Romie Oktovianus Bura memberi paparan mengenai Unhan. Ia mengatakan bahwa Unhan didirikan tahun 2009. Tujuannya meningkatkan keilmuan mengenai pertahanan dalam satu perguruan tinggi.
“Saat ini Unhan memiliki empat fakultas. Yaitu Fakultas Strategi Pertahanan, Fakultas Manajemen Pertahanan, Fakultas Keamanan Nasional dan Fakultas Teknologi Pertahanan,” tutur Romie.
Fakultas Teknologi Pertahanan (FTP) didirikan untuk menjawab tantangan dalam mencapai kemandirian dalam teknologi dan industri pertahanan. Sekaligus untuk menjawab kebutuhan operasi TNI. Diharapkan FTP dapat menjadi landasan keilmuan bagi pengembangan teknologi industri dan pertahanan dalam negeri.
“Fakultas ini didirikan pada 2017 dan tahun lalu kami sudah melaksanakan KKDN di Lampung. Saat itu kami diminta untuk melakukan kajian mengenai industri pertahanan di luar Pulau Jawa,” ujarnya.
Romie berharap, kapasitas penguasaan dan pemanfaatan teknologi maupun industri pertahanan dapat dilakukan bukan hanya di pulau Jawa. Tapi juga di luar Jawa. Maka sangat penting bagi FTP Unhan untuk melakukan KKDN di luar Jawa. “Di Pontianak ini, kami berharap dapat berperan dalam meningkatkan kemampuan pertahanan. Khususnya di Kalbar,” ucapnya.
FTP juga didirikan untuk mencetak magister dan doktor dalam bidang industri dan teknologi pertahanan (tekinhan) militer dan sipil yang berpengalaman. Juga memahami tata kelola tekinhan dan wawasan nasional serta internasional. “Lalu mampu mengaplikasikannya untuk bangsa dan negara,” katanya.
FTP juga memiliki tujuan untuk membentuk karakter bela negara yang menjunjung tinggi etika moral berlandaskan nilai-nilai Unhan. Yaitu identitas, nasionalisme dan integritas.
“Saat ini, FTP Unhan memiliki 4 program magister dan 1 program doktoral. Yaitu program studi industri pertahanan serta program studi teknologi penginderaan,” jelasnya. Maksud dari program studi penginderaan ini tidak hanya pada nomenklatur penginderaan jarak jauh. Tapi juga penginderaan terkait dengan sensor instrumen elektronika komputer bahkan cyber.
Berikutnya adalah program studi teknologi persenjataan dan program studi teknologi daya gerak. Paradigma yang dibangun adalah jika ada sebuah ancaman maka harus mampu untuk melakukan deteksi. Ini merupakan tugas dari teknologi penginderaan. Jika deteksi sudah dilakukan, maka harus mampu memilih senjata untuk mengatasi ancaman.”Itulah peran dari prodi teknologi persenjataan,” ujarnya.
Jika persenjataan sudah dibeli, maka senjata itu harus bisa dikirim kepada ancaman tersebut. Sehingga itu menjadi tugas dari prodi teknologi daya gerak.
“Namun FTP tidak hanya bicara pengembangan teknologi saja. Bagaimana teknologi itu dapat dimanfaatkan dalam wujudnya di industri pertahanan kita. Untuk mendukung operasional TNI dan kemandirian kita dalam teknologi pertahanan,” tukasnya.
Romie juga memberikan sedikit gambaran mengenai prodi teknologi pertahanan. Dikatakannya, saat ini industri pertahanan merupakan prodi yang pertama dibentuk di dalam FTP. Saat ini adalah angkatan kedua. Mahasiswa dari prodi industri pertahanan dan prodi teknologi-teknologi pertahanan lainnya berasal dari unsur TNI, sipil bahkan dari industri pertahanan. “Jika melihat kurikulum pada prodi industri pertahanan, dapat dilihat bahwa pengembangan keilmuan di industri pertahanan memiliki banyak aspek,” ucapnya.
Aspek itu adalah manajemen, teknologi, maupun sistem dan permodelan. Hal ini juga sama bila melihat prodi teknologi pertahanan lainnya. Yaitu teknologi penginderaan, teknologi persenjataan dan teknologi daya gerak.
“Prodi di FTP dibentuk untuk membentuk pemahaman tentang koseptualisasi dan permodelan sistem teknologi pertahanan. Mau pun mewujudkannya dalam industri pertahanan,” tuturnya.
Lama pendidikan hanya satu tahun. Mahasiswa dituntut untuk memahami tentang konsep teknologi. Termasuk bagaimana wujud realisasi teknologi tersebut dalam produk-produk industri pertahanan.
Ke depan, ia berharap akan terjalin kerja sama yang erat antara FTP dengan Provinsi Kalbar. Sebagai mahasiswa pasca sarjana, seluruh mahasiswa Unhan diharapkan mampu melakukan kajian-kajian dalam keilmuan pertahanan.
“Khususnya untuk FTP, mampu untuk mendukung Pemerintah, baik pusat dan daerah, dalam menjawab tantangan-tantangan yang berkembang saat ini. Menteri Pertahanan memberi contoh mengenai ancaman nyata saat ini. Yaitu bencana alam, terorisme dan cyber,” tutup Romie.
Laporan: Bangun Subekti, Rizka Nanda
Editor: Arman Hairiadi