eQuator.co.id – Pontianak-Rk. Buku ‘Pribadi yang Menginspirasi’ resmi dilaunching oleh penulisnya langsung Dahlan Iskan di Convention Centre Pontianak (PCC), Kamis (14/2). Launching itu disiarkan langsung lewat live streaming dan disaksikan ribuan orang di seluruh Indonesia.
Sesuai judul buku, sejumlah tokoh inspiratif turut dihadirkan dalam kegiatan yang dirangkai dengan seminar online (webinar) itu. Dihadiri pula oleh para perwakilan kepala daerah se Kalbar. Bahkan Bupati Kubu Raya terpilih Muda Mahendrawan yang tinggal dua hari lagi akan dilantik menyempatkan diri untuk hadir.
Di awal-awal, Dahlan menceritakan penyakit dideritanya. Yang nyaris merenggut nyawanya. Terserang aorta dissection. Sampai-sampai Dahlan harus transplantasi hati.
Saat itu, Dahlan sempat memanggil pimpinan PT Cahaya Niaga Nusantara, Rusliansyah D. Tolove mendampinginya di depan. Pasalnya, Rusli juga pernah mengalami penyakit yang sama dengan dirinya.
“Pak Rusli ini masih sigap untuk segera berobat. Saat itu kankernya masih menggerogoti sepertiga liver (hati). Kalau saya sudah semuanya. Tidak bisa dioperasi lagi. Harus diganti,” terang Dahlan.
Rusli mengiyakan. Kala itu ia berobat di salah satu rumah sakit di Jepang. Dikatakannya, penyakit liver itu tidak terdeteksi begitu saja secara fisik. “Tidak terasa saat itu. Tapi setelah menjalani beberapa diagnosa, ternyata ketahuan saya terkena kanker liver. Saya pun segera memilih untuk operasi di Jepang. Padahal banyak pilihan lainnya,” jelas Rusli.
Tak sekedar jadi panggung Dahlan. Pria yang kecanduan menulis itu juga memanggil Muda Mahendrawan dan Amin Suwarno untuk maju ke depan. Amin merupakan putra Kubu Raya dan pencipta alat Konverter Kit.
Produknya diberi nama ABG (Amin BenGas). Amin menciptakan alat itu atas permintaan Muda Mahendrawan. Yang kala itu menjabat sebagai Bupati Kubu Raya.
Dahlan meminta Muda bercerita. Bagaimana bisa terpikir menyuruh Amin membuat alat konverter itu. Muda mengatakan, semua berawal dari keluhan nelayan Kubu Raya yang sulit dapat BBM. “Saat itu, saya sering nemui di lapangan nelayan sulit dapat BBM untuk bahan bakar kapalnya,” kata Muda.
Kebetulan ia punya teman sekolah. Ahli elektronik. Itu lah Amin. Lantas Muda meminta Amin berpikir bagaimana membuat alat konverter. Untuk solusi nelayan supaya tak bergantung dengan BBM. “Saya minta ke Amin. Coba pikirkan bagaimana membuat alat konverter BBM ke gas. Kebetulan ketika itu, bahan bakar lagi naik,”ucapnya.
Akhirnya, lewat keahlian Amin, terciptalah alat konverter biodisel ke LPG 3 kg. “Saya yang lakukan uji coba sendiri,” kata Muda.
Hasil uji coba, ternyata alat konverter tersebut cukup berhasil. Meski belum begitu sempurna. Amin terus melakukan penyempurnaan. Hingga berhasil mengeluarkan konverter generasi ke 3. “Itu ditahun 2011,” ujarnya.
Setelah generasi ke 9, Konverter Kit ini dinilai cukup sempurna. Pihak Institut Teknik Bandung (ITB) langsung menghubunginya. Seiring berjalan waktu, konverter itu diaplikasikan secara luas.
Penggunaan Konverter Kit itu pun mendapat dukungan Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Bahkan Kementerian ESDM mengubah regulasi untuk melegalkan elpiji 3 kg dijadikan alat konverter biodisel. Khusus keperluan nelayan kecil.”Hasilnya, sekarang ada sekitar 70 kabupaten yang ikut menggunakan produk hasil karya anak Kubu Raya. Terakhir, nelayan di Lombok Utara yang juga ikut memakai produk kita,” ungkap Muda. Sekarang hak paten sudah dikantongi. Namun dirinya bersama Amin berkomitmen tidak menjual secara bebas produk tersebut.
Setelah bertanya dengan Muda, Dahlan beralih kepada Amin. Dahlan menanyakan kerja apa sebelum menciptakan ABG?
“Saya itu disturbutor elektronik. Waktu beliau jabat Bupati, di tahun ke tiga, beliau meminta bantu saya,” ujar Amin.
Dahlan lanjut bertanya. tentang kesulitan saat menciptakan konverter itu. Menurut Amin, pemasangan Konverter Kit tidak sulit. Hanya, waktu itu pemasangan konverter biodisel ke LPG 3 kg berbenturan regulasi. Sebab pemanfaatan gas bersubsidi itu hanya untuk kebutuhan rumah tangga. Itu pun pemakainya juga dibatasi. Khusus warga miskin. Sehingga saat itu, dirinya sempat di buru-buru polisi.
“Saya juga pernah diundang ke istana zaman SBY. Akhirnya keluarlah regulasi soal penggunaan LPG 3 kg untuk konverter itu,” ungkap Amin.
Sekarang produk tersebut sudah dipakai banyak nelayan. Bahkan sudah menyebar ke luar Kalbar. “Sekarang sudah generasi ke 9,” pungkas Amin.
Selain itu, ada pula sosok inspiratif bernama Ujang. Juga memberi testimoni. Dia adalah pencipta lampu led: lampu hemat energi. “Kang ujang ini lulusan ITB,”ujar Dahlan memperkenalkan.
Ujang membina anak-anak pesantren di wilayah Kubu Raya. Agar bisa merakit sendiri lampu led berbaterai yang hemat energi tersebut.
Di sesi berikutnya, Dahlan memberikan motivasi kepada seluruh peserta. Terutama dalam mengembangkan bisnis. Menurutnya, bisnis yang dikerjakan bersama hanya boleh dipertahankan maksimal empat tahun. Selebihnya harus bisa lepas. Usaha sendiri. “Karena kita bisa lepas dari tanggung jawab toleransi. Bisnis bersama itu bagus, tapi maksimal empat tahun saja,” katanya.
Dahlan juga mengatakan, masyarakat memandang dirinya setelah ia berhasil. Banyak yang tidak melihat bagaimana dirinya pada usia 24 hingga 34. Pada masa itu, ia banyak jatuhnya. Tapi ia ingatkan, pada usia 30 sudah cukup kuat. Fisik, mental serta latar belakang pendidikan. “Sudah bisa merasakan jatuh bangun dalam hidup. Hanya saja, jangan terlalu lama jatuh bangunnya,” jelasnya.
Laporan: Abdul Halikurrahman, Bangun Subekti
Editor: Arman Hairiadi