eQuator.co.id – Tidak. Saya tidak akan bisa. Apa yang pantas saya banggakan dari tulisan saya setahun terakhir. Yang terbit setiap hari itu.
Justru saya merasa bersalah. Begitu banyak yang tidak saya tulis. Soal politik dalam negeri. Soal ekonomi Indonesia. Soal caleg. Dan banyak lagi. Itu dosa kejurnalistikan saya.
Seharusnya jurnalis memberitahu masyarakat tentang siapa caleg kita. Latar belakangnya. Prestasinya. Kekurangannya. Secara netral. Jurnalis menulis prestasi tanpa menjilat. Menulis cela tanpa menghujat. Seharusnya.
Saya juga merasa bersalah. Beberapa kali menulis prestasi bupati Banyuwangi. Azwar Anas itu. Tapi belum pernah menulis prestasi walikota Surabaya. Bu Risma. Yang luar biasa itu. Yang jadi Capres pun sangat layak.
Mestinya saya tidak boleh berasumsi seperti ini: kan semua orang sudah tahu prestasi bu Risma”.
Mengapa saya juga belum menulis prestasi walikota Singkawang. Wanita Tionghoa itu. Bupati Kulon Progo. Yang dokter itu. Dan banyak lagi.
Untuk menulis semua itu rasanya hari perlu ditambah. Jangan tujuh hari seminggu. Jangan 30 hari sebulan.
Besok memang ulang tahun DisWay. Yang pertama. Tentu saya ingin menebus dosa itu. Kalau harinya bisa ditambah. Dan kalau keadaan sudah lebih baik.
Kok aneh. Saya menjadi kurang happy dengan ulang tahun besok pagi itu. Padahal saya sudah sempat berpikir pengembangan.
Sudah waktunya ada daya tarik lain. Entah apa itu. Yang sesuai dengan kapasitas saya. Yang sesuai pula dengan sifat DI’s Way.
Misalnya rubrik bisnis untuk pemula. Untuk anak muda.
Ide ini saya dapat minggu lalu. Dari forum mahasiswa Indonesia di Taiwan. Yang mengundang saya mampir ke kampus mereka: National Central University. Satu jam dari hotel saya di Taipei.
Di forum itu saya sudah siap ditanya soal politik. Pilpres. Pemilu. Pilih satu atau dua. Seperti kalau saya menghadiri forum mahasiswa di kampus-kampus. Di berbagai kota.
Tapi di Taiwan itu beda. Semua pertanyaan ternyata mengenai bisnis. Memulai bisnis. Apa yang salah dengan bisnis baru mereka. Dan bagaimana mengembangkan usaha.
Padahal studi mereka tidak di bidang bisnis. Yang paling banyak ilmu komputer. Tehnik mesin. Elektro. Hanya satu yang studi filsafat. Mungkin pengin jadi seperti Rocky Gerung.
Begitu banyak yang hadir. Melebihi yang di Lebanon, Turki maupun di beberapa kota di Amerika. Mereka juga kompak. Salat asar berjamaah dulu. Baru acara. Mereka membanggakan NCU: Islam friendly. Ada mushala di tiap departemennya.
Saya lantas mikir bagaimana bentuknya. Mungkin saja bentuk rubrik baru itu berupa tanya jawab bisnis. Bagi pemula. Atau membahas kasus bisnis kecil. Terserah saja.
Taiwan adalah contoh negara maju yang berbasis usaha kecil. Dan menengah. Yang membuat Taiwan berbeda dengan Korea. Atau Jepang.
Tapi di ultah besok mungkin saja saya berubah pikiran. Bisa terbawa emosi Stand UP Sharing besok.
Mungkin juga tidak usah ada rubrik baru itu. Mungkin yang lain lagi saja. Ada sumbangan ide? Dan aspirasi?
Tetap saja di ultah besok saya harus bersyukur. Alhamdulillah. Bisa konsisten. Satu tahun tanpa absen.
Oh DI’s Way. Lahir tanpa disengaja. Ulang tahun bisa tanpa kejutan apa-apa. (Dahlan Iskan)