eQuator – Booming batu akik di Indonesia belakangan memang mulai meredup. Karenanya tidak ada salahnya, para pemain batu berancang-ancang untuk menjual batu perhiasan itu ke luar negeri alias ekspor.
Sebagai negara dengan bermacam kondisi wilayah, Indonesia menyimpan banyak potensi batu akik yang indah. Beberapa negara di kawasan Eropa, Taiwan dan Korea Selatan (Korsel) adalah contoh negara yang kepincut dengan batu Indonesia. Sayang, pasar ekspor belum tergarap baik.
Ketua Asosiasi Batu Mulia Indonesia (Abami) Indra Fahrizal menjelaskan, potensi ekspor bagi perajin batu lokal masih terbuka lebar. Namun, minimnya pemahaman soal pasar batu internasional, termasuk kurangnya keterampilan perajin membuat pintu ekspor seolah tertutup. ”Yang menguasai itu Thailand,” ujar Indra, Rabu (11/11).
Dia lantas mencontohkan kemampuan perajin batu akik Indonesia yang umumnya hanya bisa satu macam potongan. Yakni, setengah bulat atau cabochon. Padahal, masih ada jenis potongan lain, misalnya, brilliant cut, jenis datar atau step cut, potongan campuran atau bergaya mewah alias fancy cut. “Di luar negeri, kurang suka yang bulat-bulat cabochon gitu,” terangnya.
Nah, kurangnya kemampuan itulah yang membuat ekspor batu akik atau agate berbentuk setengah jadi. Maksudnya, dalam bongkahan kecil yang siap diolah perajin negara lain.
Padahal, kalau perajin lokal bisa menggarap permintaan luar negeri, pendapatan bisa bertambah di tengah lesunya pasar dalam negeri.
Selain itu, pedagang batu di luar Indonesia kurang suka menjual dalam bentuk cincin. Karena itulah, batu dalam berbagai potongan sangat dibutuhkan. ”Batu Indonesia sudah punya ciri khas. Tinggal bagaimana mengemasnya supaya laku diekspor,” jelasnya.
Dia menyarankan, pemain batu akik yang ingin melebarkan sayap ekspor harus membenahi beberapa hal. Terutama, soal pemahaman model kesukaan di negara tujuan.
Lantas, upgrade alat pembentuk batu akik atau lapidary dan perajinnya. Sebab, ahli lapidary di Indonesia, menurut dia, masih jarang. Begitu juga dengan lembaga yang menyertifikasi para perajin.
Sementara itu, Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro juga mengatakan bahwa pasar ekspor batu perhiasan terbuka lebar. Hanya, dia mengingatkan eksportir agar tetap mengikuti aturan yang berlaku. Misalnya, data harus lengkap dan batu yang diekspor sudah diolah di Indonesia. ”Untuk mengembangkan perajin dalam negeri,” katanya.
Menteri Perindustrian, Saleh Husin saat membuka pameran batu akik beberapa waktu lalu mengatakan hal yang sama. Malah, pemerintah siap mendorong ekspor batu mulia. ”Permintaannya terus meningkat. Akik bisa menambah jenis produk ekspor Indonesia,” terangnya. (jpnn)