Masih Dipengaruhi Perang Dagang Amerika-Tiongkok

Tahun 2019, Pertumbuhan Ekonomi Diprediksi Diangka 5 Persen

PENGANUGRAHAN. BI Kalbar memberikan Penganugrahan Bank Indonesia Award 2018 di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia dan Diskusi Outlook dan Tantangan stabilitas Sistem Keuangan tahun 2018 di aula Keriang Bandong BI Kalbar, Kamis (13/12). Nova Sari-RK

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalimantan Barat memprediksi menjelang tahun 2019 pertumbuhan ekobnomi Kalbar berada pada kisaran 5,1-5,5%  years on year (Yoy). Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi tersebut.

Kepala BI Kalbar, Prijono mengatakan, kebijakan makroprudensial bagaimana dapat menciptakan stabilitas sistem keuangan atau agar kondisi keuangan yang stabil. Sehingga ini akan membuat ekonomi tumbuh dengan lebih yakin dan cepat. “Sebab tanpa kestabilan tentu akan sulit untuk menciptakan ekonomi tumbuh dengan cepat,” ujarnya saat pertemuan Tahunan Bank Indonesia serta Doskusi Outlook dan Tantangan stabilitas Sistem Keuangan Tahun 2018 di aula Keriang Bandong BI Kalbar, Kamis (13/12).

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Kalbar akan jauh lebih baik kedepannya. Akan tetapi tidak begitu cepat. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cepat, tidak hanya mengandalkan dari kinerja konsumsi semata. Tetapi perlu didorong dari yang lainnya. “Seperti dari investasi dan ekspor,” ujarnya.

Selama ini kata dia, Kalbar masih bergantung pada ekspor Sumber Daya alam (SDA). Seperti sawit dan karet. Sebaiknya Kalbar mulai dengan sumber baru. “Tidak berdasarkan hal yang itu-itu saja,” sarannya.

Namun begitu, jangan juga mengabaikan dengan sektor yang sudah ada. Misalnya dengan terus meningkatkan sektor pertanian, industri pengolahan, infrastruktur dasar dan lainnya juga perlu menjadi perhatian. “Sehingga bisa lebih cepat partumbuhannya,” imbuh Prijono.

Ekonom UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja yang menjadi pemateri di pertemuan tersebut mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 tidak jauh dari angka 5 persen. Ini terjadi lantaran masih belum membaiknya ekonomi dunia. “Terlebih adanya perang dagang antara Amerika dengan Tiongkok, sehingga bedampak pada negara lain di dunia,” jelasnya.

Untuk itu, hal yang harus menjadi perhatian adalah dengan meningkatkan daya saing. Seperti penguatan industri yang dapat diberikan melalui pembiayaan.

“Dengan demikian ini akan merangsang investasi dan menekan defisit transasksi berjalan karena ketergantungan pada impor yang tinggi,” tutupnya.

Dalam pertemuan itu, BI Kalbar juga memberikan Penganugrahan Bank Indonesia Award 2018. Selain kategori Bank Pengelola Uang Tunai Terbaik 2018, juga memberikan award untuk kategori Penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB). (nov)