eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Partai Gerindra meminta pemerintah tidak menebar isu yang memunculkan ketakutan terhadap kegiatan reuni akbar 212. Kegiatan tersebut akan dibalut dengan Maulid Nabi Muhammad SAW di Silang Monas, Jakarta Pusat, Minggu pagi (2/12).
Anggota Badan Komunikasi Partai Gerindra Andre Rosiade menegaskan, reuni 212 merupakan silaturahmi dari aksi dua tahun sebelumnya. “Berikan saja ruang kepada umat untuk berekspresi,” kata Andre kepada wartawan kemarin (30/11).
Dia mengingatkan, aksi 212 pada 2016 silam berjalan damai. Karena itu, dia optimistis aksi yang berlangsung besok itu tidak akan kalah damai. “Ini silaturahmi umat Islam. Memperkuat ukhuwah Islamiyah. Bahkan rundown acaranya jelas, ada salat subuh berjamaah, lalu tablig akbar, doa bersama, bahkan ada hiburan,” jelasnya.
Andre menambahkan, reuni 212 juga ibarat wisata religi. Menurut dia, tidak jarang peserta yang hadir juga membawa keluarga. Apalagi, kata dia, Presiden Jokowi dan KH Maruf Amin juga diundang.
“Kami minta pemerintah jangan seolah menakut-nakuti masyarakat, membuat reuni 212 ini menjadi sesuatu yang menakutkan. Pak Jokowi dan Kiai Ma’ruf juga diundang. Ini kan menunjukkan bahwa Reuni 212 ini jauh dari unsur politik,” ujarnya.
Ditemui terpisah, calon wakil presiden Sandiaga Uno berharap momen reuni 212 menjadi ajang pertemuan Prabowo dengan Jokowi. Sandi berharap pertemuan dua capres itu bisa menurunkan tensi politik saat ini.
“Saya dengar Pak Presiden dan Pak Prabowo akan hadir. Alangkah baiknya mereka bisa berpelukan di atas panggung dalam balutan zikir dan berdoa untuk negeri kita, seperti saat pencak silat kemarin,” kata Sandi di kawasan Kapuk, Jakarta Barat.
Sandi sepakat bahwa reuni 212 merupakan ajang silaturahmi. Aksi 212 dua tahun silam juga banyak menjadi perhatian masyarakat dunia. “212 ini sangat damai ya, menjadi legenda di seluruh dunia,” tambahnya.
Sementara itu, Polda Metro Jaya menyiagakan 20 ribu pasukan untuk mengamankan kegiatan reuni akbar 212 besok. Penyiagaan pasukan ini merupakan respon pihak Kepolisian atas surat pemberitahuan panitia kegiatan reuni Akbar 212. “Kami juga akan melibatkan unsur lain seperti TNI dan pemerintah DKI Jakarta . Pemprov mempersiapkan lokasi untuk mengawal dan mengamankan jalannya kegiatan reuni,” terang Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombespol Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya.
Selain itu kata Argo, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya juga telah melakukan berbagai persiapan untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas pada pelaksanaan reuni akbar tersebut. Salah satu antisipasi untuk mengurai kemacetan ialah dengan rekayasa lalu lintas mengunakan kontra flow.
“Sifatnya masih situasional. Apakah diperlukan kontra flow atau tidak, nanti ahlinya adalah Direktorat Lalu Lintas,” ucap dia.
Sementara itu, Dirlantas Polda Metro Jaya Kombespol Muhammad Yusuf menyebutkan tidak ada persiapan khusus untuk pengamanan lalu lintas pada kegiatan reuni Akbar 212 di Monas. Sebab, kegiatan tersebut berbarengan dengan Car Free Day (CFD) yang memang menjadi agenda rutin pada tiap pekannya. “Kegiatan untuk rekayasa lalin, ini juga kegiatan rutin karena di situ ada CFD dan memang kita rekayasa juga, nggak ada hal-hal yang khusus untuk kegiatan hari Minggu,” terangnya.
Kegiatan reuni Akbar juga diyakini dia, tidak akan mengganggu kegiatan CFD. “CFD ada, semuanya tetep ada, tak ada kegiatan pun CFD tetap ada, seperti biasa. Memang setiap ada kegiatan hari Miinggu kan memang kita laksanakan kegiatan rekayasa lalin,” terang dia.
Bagitupun dengan jumlah personel Ditlantas Polda Metro Jaya yang kata dia, juga tidak mengalami penambahan karena ada aksi Reuni Akbar tersebut. “Tidak ada penambahan (personil). Kayak biasa saja. Termasuk juga antisipasi kantong parkir yang paling ada penambahan di lokasi yang memang termasuk kawasan parkir,” ungkap dia.
Bawaslu Larang Kampanye
Bawaslu mengimbau tidak ada unsur kampanye dalam Reuni 212. Bawaslu mengatakan kampanye tidak boleh dilakukan, baik oleh peserta maupun panitia acara. ”Iya semua peserta reuni 212 nggak boleh berkampanye, baik panitia dan peserta,” ujar Rahmat Bagja, komisioner Bawaslu saat dihubungi kemarin.
Bagja mengatakan, kampanye dilarang, baik kampanye Pilpres maupun caleg. Selain itu, peserta atau panitia reuni 212 dilarang menghina atau menyampaikan ujaran kebencian. ”Pertama, dilarang kampanye, baik capres, parpol, caleg dan calon anggota DPD, semua nggak boleh. Kedua, menghina atau menyampaikan ujaran kebencian. Kemudian, mengganggu ketertiban juga nggak boleh,” paparnya.
Menurut dia, kampanye bisa dilakukan apabila peserta aksi telah meminta izin kepada KPU dan mendapatkan surat tanda terima pemberitahuan (STTP). Namun, kampanye ini juga hanya bisa dilakukan dengan metode tertutup. ”Izinnya ke KPU kemudian ada surat tanda (STTP, Red). Kemudian ya mereka melakukan pertemuan terbatas. Kalau di arena terbuka jangan, kalau tertutup di gedung boleh silakan,” ujar dia.
Dia menjelaskan, metode kampanye dengan cara rapat terbuka baru dapat dilakukan pada 23 Maret-12 April 2019.
Senada, Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU, Robikin Emhas. Dia mengatakan, pihaknya tak mempersoalkan penyelenggaraan Reuni 212 selama kegiatan tersebut menjadi ajang silaturahmi umat. Yang tak boleh terjadi adalah Reuni 212 diwarnai dengan ujaran kebencian, adu domba dan menjadi arena politisasi agama.
Menurutnya, sebagai ajang silaturahmi, reuni 212 tentu diperkenankan karena bagian dari upaya mempererat persaudaraan di antara sesama umat Islam (ukhuwah islamiyah). Karena, silaturahmi merupakan perintah agama.
”Tentu hal itu harus dilakukan dengan tetap menjujung tinggi adab dan tata cara bersilaturahmi. Karena itu, tolong jaga ucapan dan tindakan, jaga ketertiban dan jangan mengungkapkan kalimat yang dapat dimaknai sebagai ujaran kebencian, serta jangan ada adu domba,” tuturnya melalui keterangan tertulis, kemarin.
Robikin mengingatkan, sebagai upaya memperkokoh ukhuwah islamiyah Reuni 212 juga tidak boleh diciderai dengan tindakan-tindakan yang berpotensi merusak harmoni sosial sebagai sesama warga negara (ukhuwah wathaniyah) maupun warga dunia dan sebagai sesama anak manusia (ukhuwah insaniyah). (Jawa Pos, Indopos/JPG)