eQuator – Pelaku industri di Indonesia membutuhkan dukungan permodalan untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan produksi serta memperkuat daya saing. Untuk itu, bunga pinjaman perbankan seharusnya lebih kompetitif.
“Saat ini besaran bunga dari bank di Indonesia masih lebih tinggi dibanding negara lain, termasuk di kawasan Asean,” kata Menteri Perindustrian, Saleh Husin dalam siaran persnya, Sabtu (14/11).
Saat industri harus bersaing secara terbuka dan prospek industri serta investasi berhasil dijaga, bunga bank belum mendukung pengembangan industri. Bank-bank di Indonesia masih belum ramah dengan kalangan industri.
“Bunga bank yang tinggi juga merupakan beban keuangan tersendiri. Hal ini ikut menggerus daya saing dan mempengaruhi harga jual. Jika bunga diturunkan, cost-nya akan turun. Ini bukan hanya untuk industri besar tapi juga berpengaruh bagi industri kecil dan menengah,” beber Saleh.
Khusus untuk IKM, pemerintah melalui Paket Kebijakan Ekonomi III yang memperluas pemberian kredit modal kerja. Bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) diturunkan dari 22 persen per tahun menjadi 12 persen per tahun dan pada tahun depan menyusut menjadi 9 persen.
Selain menyoal pinjaman lembaga keuangan, Menperin juga menyebutkan faktor pemacu pertumbuhan industri. Yaitu ketersediaan energi dengan harga yang kompetitif, ketersediaan infrastruktur baik jalan, pelabuhan dan listrik serta biaya logistik yang juga bersaing. (jpnn)