eQuator.co.id – Sintang-RK. Sentra-sentra penghasil rotan di Sintang mendapat angin segar. Bupati Jarot Winarno telah menawarkan produk rotan Sintang untuk didistribusikan secara teratur kepada Pemkab Cirebon.
Hal tersebut buah dari kunjungan kerja bupati ke Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Industri Pangan, Olahan, dan Kemasan di Satuan Pelayanan (Satpel) Pengembangan Industri Rotan Cirebon, Jawa Barat, Rabu (7/11).
Jarot melihat hasil kerajinan tangan rotan. Baik yang sudah diolah maupun saat proses pengerjaannya. Olahan rotan di sana dibuat menjadi kursi, meja, dan kerajinan lainnya.
“Jadi kami tanya jawab, audiensilah ya, tentang apa yang mereka lakukan, tentang pembinaan industri rotan, kemudian kami melihat workshopnya bagaimana,” ungkapnya.
Dari situ, bupati mengetahui bahwa industri rotan Cirebon harus memenuhi permintaan ekspor ke Rusia. Juga negara-negara lainnya.
Jarot menyimpulkan bahwa suplai bahan baku rotan untuk industri kecil dan menengah di Cirebon sebenarnya sangat tidak teratur. Sebab, harus mengambil bahan baku rotan dari Tegal. Yang tidak ada ketentuan harganya.
Sehingga, diperlukan campur tangan pemerintah melalui Dirjen Perindustrian dan Perdagangan. Yang sudah berdiskusi dengan pemerintah Cirebon untuk tetap menjaga bahan baku rotan tersebut.
Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Cirebon sendiri telah melakukan MoU atau kesepahaman dengan salah satu kabupaten di Aceh. Untuk berusaha memenuhi kebutuhan bahan baku rotan untuk industri tersebut.
Nah, mendengar semua pemaparan tersebut, Jarot kemudian menawarkan rotan kepada Pemkab Cirebon. Untuk pemenuhan bahan baku industri mereka.
“Kita tidak mau bahan baku yang asalnya dari hutan langsung diekspor, tetapi bahan baku yang sudah kita olah setengah jadilah,” tuturnya.
Kalau rencana MoU dengan Pemkab Cirebon ini sudah terlaksana, ia melanjutkan, otomatis hal tersebut membantu program Pemkab Sintang. Yang dikerjakan melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Sintang.
Program itu adalah peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat (P2-Emas) yang berada di bawah koordinasi Wakil Bupati Askiman. Dimana setiap desa harus menentukan atau memilih salah satu produk unggulannya.
Di Sintang, yang sudah memilih produk unggulan rotan yaitu Desa Mentajoi di Kecamatan Serawai. Separuh hasil rotan di sana bisa dijadikan bahan baku setengah jadi yang nantinya dikirim ke Cirebon.
“Separuhnya untuk pengembangan industri rotan di Desa Mentajoi sendiri, kita berharap mampu bersainglah, seperti di Cirebon,” pinta bupati.
Jarot menyampaikan, sebenarnya potensi bahan baku rotan di Kabupaten Sintang tidak hanya di Desa Mentajoi saja. Ada juga di desa-desa lain. Sehingga potensi bahan baku rotan ini cukup banyak.
“Tapi yang menjadi kendalanya adalah belum adanya penampung, serta belum ada yang memasarkannya juga, sehingga tidak diolah dengan baik,” bebernya. Nanti, ia berharap, kalau sudah MoU dengan Pemkab Cirebon, industri rotan Sintang bisa berkembang.
Dalam kesempatan tersebut, bupati didampingi Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Sintang, Inosensius, Sekretaris Dinas Perkebunan dan Pertanian Sintang, Juwita, dan sejumlah pihak terkait lainnya.
Juwita sangat berharap kerja sama dua Pemkab ini dapat terwujud. “Industri rotan akan lancar dan mata pencaharian masyarakat bertambah, sehingga kita bisa meningkatkan perekonomian masyarakat Sintang,” tuturnya. (ben)