eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Tim Disaster Victim Identification (DVI) Karumkit Bhayangkara Polri R. Said Sukanto kemarin kembali mengidentifikasi tujuh korban jatuhnya Lion Air PK-LQP. Mereka menggunakan identifikasi berdasar sidik jari dan DNA. Di sisi lain, kemarin Lion Air juga telah mengantar Pramugari Lion Air yang masih sekolah Endang Sri Bagus Nita.
Tujuh korban yang sudah teridentifikasi adalah Dodi Junaidi, M. Nasir, Janry Efriyanto, Karmin, Harwinoko, dan Verian Utama. Kepala Operasi DVI Polri Kombespol Lisda Cancer menuturkan, hanya satu dari tujuh korban yang teridentifikasi dengan sidik jari. Yakni, Rohmanir Pandi Sagala. Dengan tujuh korban ini berarti sudah 14 penumpang Lion Air JT 610 yang diketahui identitasnya. ”Mereka segera diserahkan ke keluarga,” ujarnya.
Dia menuturkan, untuk korban lainnya saat ini masih dalam proses identifikasi. Setiap hari akan diumumkan hasil identifikasinya. ”Kami berupasa keras menuntaskan semuanya,” papar polisi dengan tiga melati di pundaknya.
Sementara Kepala Laboratorium DNA Pusdokkes Polri Kombespol Putut Cahyo Widodo menjelaskan bahwa dari enam yang teridentifikasi menggunakan tes DNA itu berasal dari 24 body part pertama kali masuk ke Laboratorium DNA. ”Jadi, body part untuk satu individu digabungkan,” ujarnya.
Dengan masih banyaknya korban yang belum teridentifikasi, ada peluang korban yang tidak teridentifikasi. Untuk korban yang tidak teridentifikasi, maka surat kematiannya akan melalui proses yang berbeda.
Karumkit Bhayangkara Polri R. Said Sukanto Kombespol Musyafak menjelaskan bahwa bila ada korban yang tidak teridentifikasi, maka nantinya penentuan kematiannya melalui proses sidang. ”Dengan proses sidang itu jadi dasar mengeluarkan surat kematian. Tapi, kalau yang bisa diidentifikasi, dasarnya ya dari RS,” ujarnya.
Di sisi lain, jenazah almarhumah Endang Sri Bagus Nita dimakamkan di kota asalnya Kebumen, Jawa Tengah kemarin. Jenazah diterbangkan pukul 05.45 WIB menuju Bandar Udara Internasional Adisutjipto, Yogyakarta dari. ”Almarhumah Endang Sri Bagus Nita merupakan salah satu siswi yang sedang menjalani pendidikan dan pelatihan pramugari (flight attendant training) Lion Air,” kata Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro.
Pada Sabtu lalu (3/ 11), tim DVI telah memberikan konfirmasi hasil identifikasi jenasah Endang. ”Atas nama Lion Air, mengucapkan turut berduka cita sedalam-dalamnya kepada seluruh keluarga dan handai taulan,” ujarnya. Danang menambahkan bahwa pihaknya juga akan memberikan uang kedukaan senilai Rp 25 juta dan uang santunan sesuai PM 77 tahun 2011 sebesar Rp 1,25 miliar.
Pencarian dan evakuasi korban kecelakaan pesawat Lion Air register PK-LQP diperpanjang tiga hari mulai hari ini (5/11). Fokus utama adalah mencari jenazah korban yang berada tak jauh dari lokasi utama puing-puing pesawat yang kecelakaan pada Senin (28/10) itu. Jenazah korban juga dicari di pantai dari Tanjung Pakis sampai Pantai Sedari, Karawang sepanjang 20,24 kilo meter.
Kepala Basarnas Marsekal Madya M. Syaugi menuturkan perpanjangan masa pencarian dan evakuasi tiga hari itu karena diduga masih banyak jenazah yang belum ditemukan. Sepanjang pagi hingga Sabtu malam total ada 31 kantong jenazah yang dibawa ke dermaga JICT. Kemarin hingga pukul 18.00 ada tambahan 32 kantong jenazah lagi. Selain itu juga dari hasil evaluasi dan peninjauan langsung di lapangan.
”Target utama adalah evakuasi korban. Itu yang utama. Setelah itu baru CVR (cocpit voice recorder) untuk menambah kelengkapan, untuk menguak peyebab (kecelakaan) itu,” ujar Syaugi.
Saat disinggung soal anggaran yang telah dihabiskan untuk sepekan terakhir, dia enggan menjelaskan dengan detail. ”Saya tidak berbicara anggaran kita dukung operasi ini sampai tuntas. Negara bertanggung jawab untuk pelaksanaan ini,” tambah dia.
Syaugi mengungkapkan hari ini mereka untuk menemui keluarga korban yang menginap di hotel Ibis Cawang. Pertemuan itu juga akan melibatkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono serta manajemen Lion Air. ”Besok (hari ini, Red) saya akan sampaikan lagi apa yang sudah dilakukan tim SAR gabungan supaya memahami apa yang sudah dilakukan,” kata dia.
Hingga kemarin (4/11) pukul 18.00 total ada 136 kantong jenazah yang telah diserahkan ke tim disaster victim investigation (DVI) Mabes Polri sejak Senin (28/10). Jumlah tersebut dipastikan masih akan bertambah terus hingga tiga hari kedepan. Selain itu ada juga tim di Pantai Tanjung Pakis, Karawang yang mencari sepanjang pantai dan perairan. Pada Sabtu malam, setidaknya ada 27 kantong jenazah dibawa ke JICT.
”Menyisir Pantai Tanjung Pakis baik ke barat maupun ke timur. Kita kerahkan tim dari TNI dan Basarnas untuk menyapu pantai temasuk di daratan,” imbuh dia.
Pencarian di Tanjung Pakis dibagi dalam tiga sektor. Yakni pencarian darat ke timur sepanjang 20,24 kilometer dari posko Tanjung Pakis, Pantai Sarakan, dan Pantai Sedari dengan jumlah pencari 110 orang. pencarian juga dilakukan di barat Pantai Tanjung Pakis yakni di sekitar Cagar Batavia sampai pantai Muara Bungin sepanjang 1,5 kilometer.
Di wilayah perairan luas pencarian 13,62 nautical mile. Lokasinya di Muara Gembong, Muara Bungin di Bekasi sampai posko di pantai Tanjung Pakis, Karawang. Jumlah anggota yang menyapu wilayah laut sebanyak 31 orang.
“Korban itu bisa di atas air bisa di bawah air. Mengingat kejadian sudah tujuh hari lalu. yang di dasar saja bisa bergeser apalagi di atas,” kata Syaugi. Fokus pencarian korban di dasar laut bertempat di lokasi utama temuan puing-puing yang banyak berserakan, termasuk ban dan engine pesawat.
Kondisi pesawat Lion Air yang jatuh di perairan Karawang dipastikan hancur berkeping-keping. Itu bisa dilihat dari puing-puing sisa badan pesawat yang sudah tidak utuh lagi. Termasuk mesin pesawat yang sudah hilang semua turbin plit atau kipas pada mesin.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengungkapkan mesin pesawat dipastikan juga tidak meledak. Tapi hancur saat masuk ke dalam air lantaran berkecepatan sangat tinggi. Mesin pun masih dalam kondisi masih menyala normal.
”Dan masih menyala high RPM. Istilahnya tadi (mesin yang tersisa, Red) itukan seperti bonggolnya jagung. Jagungnya sudah dipipil istilahnya, sudah hilang semua,” ujar Soerjanto di dermaga JICT 2 kemarin.
Dia bersama dua orang petugas lain melihat kondisi engine. Dalam penelitian kecelakaan pesawat itu, KNKT memang dibantu oleh Boeing dan KNKT Amerika Serikat. Mereka memeriksa kondisi engine yang sudah tidak utuh itu sebelum dimasukan ke dalam truk untuk dibawa ke kantor KNKT.
Selain dari mesin, hancurnya body pesawat itu juga terlihat dari bagian yang diangkat dan dibawa ke dermaga tersebut. Menurut Soerjanto bagian pesawat yang sudah seperti terkoyak itu adalah tempat bahan bakar pesawat.
”Itu yang ada yang ijo itu paling tebal, paling kuat saja sudah pecah. Itu bagian tangki tengah sayap. Itu bagian paling kuat. Yang kuat saja seperti itu,” ungkap dia.
Memang hingga kemarin, tim SAR gabungan hanya menemuikan puing-puing. Meskipun sudah dijelajah dengan ROV sampai radius 250 meter, tapi tidak juga ditemukan badan pesawat yang lebih besar.
”Radius kalau 250 meter itu sudah cukup. Karena kita keluarkan sedikit sudah tidak ada barang. Lebih kecil-kecil lagi. Jadi wasting time lah. Jadi kita memanfaatkan waktu dan personil yang ada,” kata Kepala Basarnas Marsekal Madya M. Syaugi.
Sementara pada hari keenam kemarin, tim SAR gabungan belum berhasil mengangkat body pesawat. Pencarian dan penyelaman yang dilakukan hanya berhasil mengangkat sepasang roda pendaratan (main landing gear) kedua. Roda pendaratan yang hancur tersebut dinaikkan dengan balon pelampung lantas diangkat dengan crane milik KM Baruna Jaya 1. Belum ada pengangkatan badan pesawat seperti yang direncanakan sebelumnya.
Salah satu rekaman penting pesawat Lion Air, yakni cocpit voice recorder (CVR) belum ditemukan hingga kemarin. Meskipun sinyal salah satu dar black box itu sudah sempat terdeteksi. Sedangkan flight data recorder (FDR) sudah bisa diunduh dan sedang dalam proses penelitian di KNKT.
Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT M. Ilyas menuturkan hingga petang kemarin sebenarnya masih terdeteksi ping dari CVR itu. Penyelam yang membawa ping locator masih mendengarkan suara tersebut. namun, kesulitan untuk memastikan lokasinya.
”Kemungkinan besar itu penyebabnya karena dasar berlumpur, banyaknya reruntuhan, dan arus yang cukup kuat pada jam-jam tertentu,” kata Ilyas kepada Jawa Pos melalui pesan pendek.
Dia mengungkapkan bahwa mereka sedang menyusun rencana lanjut dengan tim gabungan Basarnas, KNKT, dan TNI AL. Pencarian CVR itu masih akan menggunakan ping locator, penyelaman, dan dibantu dengan operasi ROV dan penggunaan transponder dari Kapal Riset Baruna Jaya I. ”Selalu optimis (tiga hari selesai, Red),” ungkap dia.
Ilyas menambahkan bahwa lemahnya sinyal bisa disebabkan oleh banyak hal. Bisa karena terbenam di lumpur, atau tertimpa oleh reruntuhan pesawat yang lainnya. “Maka dari itu, kami angkat satu persatu bagian-bagian yang besar. Harapannya sinyal ping bisa didengar dengan lebih jelas,” katanya.
Sementara itu Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kemarin (4/11) melakukan tinjauan ke Bandara Soekarno Hatta untuk melihat langsung proses rampcheck. Kemarin Ditjen Perhubungan Udara memang menjadwalkan untuk melihat pesawat Boeing 737 – 8 Max yang dimiliki oleh maskapai Lion Air.
”Rampcheck untuk yang Boeing 737 – 8 MAX sudah kita lakukan, setelah itu kita akan intensif lakukan kepada yang lain,” katanya kemarin. Kemenhub memang mendapat intruksi dari Presiden untuk melakukan rampcheck pada seluruh pesawat. Budi menegaskan bahwa rampcheck sebenarnya reguler dilakukan. ”Yang sekarang ini kita memang lakukan lebih intensif. Jadi contohnya seperti ini, kalau dulu misalnya sebulan sekali yang akan datang jadi 3 minggu sekali,” bebernya.
Selain melakukan special inspection terhadap 11 pesawat Boeing 737 – 8 MAX, Menteri Perhubungan juga menginstruksikan kepada PLT Dirjen Perhubungan Udara untuk melakukan spesial audit kepada maskapai Lion Air berkaitan dengan Standard Operational Procedure (SOP), kualifikasi awak pesawat, dan koordinasi dengan stakeholder terkait. Audit sudah dilakukan beberapa hari lalu. ”Dalam waktu dekat ini akan kita dapatkan laporannya,” tutur mantan Direktur Utama PT Angkasa Pura II itu.
Kementerian Perhubungan saat ini juga sudah berkomunikasi dengan beberapa lembaga terkait aviasi seperti European Union (EU), International Civil Aviation Organization (ICAO), Federal Aviation Administration (FAA) untuk berkoordinasi membantu proses audit. Koordinasi dengan semua stakeholder terkait ini dilakukan untuk konsisten memastikan bahwa kelaikan dari seluruh bandar udara dan maskapai di Indonesia terjaga dengan baik. ”Unsur operator bandara, operator navigasi, otoritas bandara dan juga beberapa operator airlines berkaitan untuk memastikan bahwa Kemenhub konsisten memastikan bahwa kelaikan udara dari semua bandara-bandara di Indonesia itu terjaga dengan baik,” ucapnya. (Jawa Pos/JPG)