eQuator – Cukup ramai yang menganggap liburan sebagai suatu keharusan. Di saat ada kesempatan untuk libur, maka bersegeralah mereka mencari tempat-tempat rekreasi yang menyenangkan bersama keluarga atau rekan-rekannya.
Tetapi tidak kalah ramai yang beranggapan, kalau liburan tidak terlalu penting. Lantaran hanya menghabiskan uang, serta tidak menghasilkan apapun selain rasa lelah dan cucian yang menumpuk.
Pada dasarnya, secara psikologis semua orang membutuhkan liburan, baik yang bekerja maupun penggangguran, baik yang menempuh pendidikan maupun yang putus sekolah.
Liburan menjadi kebutuhan, lantaran dengannya seseorang menemukan hal baru dan bisa bersenang-senang. Sehingga energi terisi kembali untuk menghadapi rutinitas selanjutnya.
Dengan liburan yang pas dan menyenangkan, seseorangakan bisa selalu segar dalam menjalani berbagai aktivitas memusingkan dan menguras energi, baik di kantor maupun di rumah.
Suatu penelitian dalam Journal Applied Research in Quality of Life menyebutkan, mereka yang liburan, merasakan kebahagiaan atau kesenangan meningkat tajam. Berbanding terbalik dengan mereka yang tidak liburan.
Ketua tim penelitian tersebut, Jeroen Nawijn menyebutkan, tidak ada orang yang lebih bahagia selain mereka yang menikmati liburan. Satu kali liburan dapat membuat seseorang bahagia selama delapan bulan.
Patut dipahami, perempuan yang hanya satu kali liburan dalam enam tahun, berisiko terhadap serangan jantung koroner. Sedangkan pria yang tidak pernah liburan dalam satu tahun berisiko kematian 20 persen lebih tinggi dan terkena serangan jantung 30 persen lebih tinggi.
Menurut penelitian The Global Commission on Aging and Transamerica Center di Amerika Serikat, liburan dapat membuat awet muda, atau setidaknya lebih awet muda.
Liburan juga bisa membantu memuluskan kulit, karena dengannya, stres hilang, senang pun datang. Hal ini dapat menunda munculnya masalah kulit seperti keriput dan gejala penuaan dini.
Patut diingat, liburan bukan sekedar pergi ke tempat-tempat rekreasi, tetapi suatu masa untuk meluangkan waktu yang bebas dari pekerjaan atau dunia persekolahan.
Tidak dapat dimungkiri, beberapa orang kesulitan untuk liburan, apalagi bagi mereka yang sudah tidak bisa ‘memisahkan’ diri dengan profesinya.
Untuk orang-orang seperti ini, yang dibutuhkan hanya sedikit waktu liburan, tetapi berkualitas. Banyak cara yang bisa dilakukan. Di antaranya dengan tidak ‘melibatkan’ alat komunikasi selama liburan. (mordiadi)