Prabowo Minta Maaf

Gara-gara Ratna Sarumpaet Hoax

Aktivis Ratna Sarumpaet memberikan keterangan kepada wartawan mengenai kasus dugaan penganiayaan terhadap dirinya di Jakarta, Rabu (3/10). Dalam keterangannya Ratna Sarumpaet menyanggah adanya penganiayaan terhadap dirinya dan meminta maaf atas kehebohan yang sempat ramai sejak kemarin.FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS

eQuator.co.idJakarta–RK. Gara-gara menyebar berita bohong soal penganiayaan dirinya, Ratna Sarumpaet kini di ujung tanduk. Dia terancam dipolisikan oleh pasangan calon presiden-wakil presiden (capres-cawapres) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Ancaman tersebut disampaikan langsung oleh Sandiaga Uno setelah menuntaskan kunjungannya di Bogor kemarin. Ditemui di Media Center Prabowo-Sandi, Sandiaga menegaskan bahwa pihaknya akan melaporkan Ratna ke kepolisian karena kebohongannya itu.

”Saya pernah memberikan pernyataan, statement, bahwa anggota badan kita yang melakukan hoax akan dilaporkan ke polisi,” tegas Sandi.

Dia menegaskan, seharusnya para anggota BPN mampu menjadi pencegah munculnya hoax, bukan malah menciptakan hoax. ”Kami sendiri yang akan melaporkan,” tegasnya.

Ratna Sarumpaet adalah salah seorang tim pemenangan Prabowo-Sandi. Dia salah seorang juru kampanye di Badan Pemenangan Nasional (BPN).

Tadi malam, Capres Prabowo Subianto meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia gara-gara Ratna Sarumpaet berbohong. Sebab, gara-gara mempercayai Ratna, ia ikut mengabarkan hal tak benar.

“Saya di sini atas nama pribadi dan sebagai pimpinan tim kami, meminta maaf ke publik, bahwa saya telah ikut menyuarakan sesuatu yang belum diyakini kebenarannya,” ujar Prabowo saat menggelar konferensi pers di Jalan Kertanegara, Jakarta, Rabu (3/10) malam.

Meski demikian Prabowo mengaku bersyukur lantaran Ratna tak dianiaya. “Kami berpikir positif, saya bersyukur tak terjadi (penganiayaan, red),” tutur Prabowo yang dalam kesempatan itu didampingi adiknya, Hashim Djojohadikusumo, Amien Rais dan Sandiaga S Uno.

Hanya saja, mantan Danjen Kopassus itu tetap mengaku salah karena langsung percaya pada pengakuan Ratna. “Saya mohon maaf, saya akui agak grasah-grusuh. Tapi tak ada alasan, kalau salah kami akui salah,” pungkas Prabowo.

Kasus ini bermula saat Ratna mengadu ke Prabowo Subianto, Amien Rais, dan beberapa petinggi BPN. Dia mengaku menjadi korban penganiayaan pada 21 September lalu. Pengakuan tersebut direspons Prabowo dengan mengadakan jumpa pers. Prabowo mengutuk aksi kekerasan yang menimpa Ratna. Dia juga meminta polisi mengusut kasus tersebut.

Beberapa pendukung Prabowo-Sandi lantas menyebar informasi tersebut ke berbagai media sosial. Informasi tersebut disertai dengan foto-foto Ratna yang wajahnya bengkak. Pro-kontra pun bermunculan.

Namun, berdasar hasil penelusuran polisi, Ratna tidak dianiaya siapapun. Wajah bengkak yang terlihat dalam foto bukan karena penganiayaan, melainkan efek sementara dari operasi plastik. Dalam jumpa pers kemarin, Ratna akhirnya membenarkan tidak ada penganiayaan. Dia juga membenarkan telah menjalani operasi plastik sedot lemak di bagian pipi.

Ketua DPP Partai Gerindra, Ahmad Riza Patria, mempersilakan orang-orang dari kubu Jokowi yang akan melaporkan Ratna Sarumpaet ke polisi. Sebab, hal itu merupakan hak untuk mendapatkan keadilan. Siapapun yang melanggar hukum harus menerima  konsekuensinya.

”Yang penting hukum ditegakkan secara adil, secara baik, tidak membeda-bedakan satu sama lain, semua warga negara punya kedudukan yang sama di mata hukum,” ujar dia.

Bagi Gerindra, posisi Ratna sebagai salah satu tim sukses di tim BPN Prabowo-Sandi sedang dikaji. ”Kita pertimbangkan, terus dalam tim atau tidak,” imbuh dia.

Pengakuan bohong Ratna Sarumpaet membuat BPN Prabowo-Sandi langsung melakukan pembenahan dan evaluasi internal. Ratna kemungkinan besar akan kehilangan posisinya sebagai salah satu juru kampanye nasional (jurkamnas) untuk Prabowo-Sandi, setelah keputusan resmi pemecatan itu muncul.

Pernyataan itu disampaikan Koordinator Juru Bicara Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak, kemarin (3/10). Dahnil menyatakan, kebaikan yang dilakukan oleh Prabowo, Amien Rais, maupun Djoko Santoso yang menemuinya untuk memberi support, ternyata dibalas kebohongan. BPN akan segera melakukan evaluasi terhadap posisi Ratna.

”Kami mempertimbangkan untuk memberhentikan beliau dengan hormat,” kata Dahnil.

Menurut ia, dari pernyataannya, jelas bahwa Ratna telah melakukan kebohongan yang masif. Dahnil menilai situasi ini merupakan seleksi alam yang positif untuk BPN Prabowo-Sandi. Sebab, mereka yang tidak mampu menjaga integritas telah terseleksi secara tidak sengaja.

”Ini adalah seleksi alam yang positif buat kami. Mereka yang punya sifat jelek dan buruk seolah-olah dibukakan Allah SWT untuk dianulir dari tim,” terangnya.

Dahnil belum mengetahui reaksi Prabowo terkait pengakuan Ratna. Namun, ditegaskannya, sikap yang disampaikan Prabowo, Amien, maupun Ketua BPN Djoko Santoso yang mendukung Ratna sebelumnya, merupakan prasangka baik terhadap para anggotanya.

”Akhirnya kami harus evaluasi. Jangan sampai prasangka baik kami dimanfaatkan untuk melakukan kebohongan seperti Bu Ratna,” ujarnya.

Pengakuan Ratna atas kabar bohong penganiayaan yang menimpa dirinya, disampaikan di kediamannya di kawasan Kampung Melayu, kemarin. Didampingi sejumlah aktivis perempuan, Ratna mengakui bahwa tanggal 21 September dirinya mendatangi Rumah Sakit Bedah Bina Estetika, untuk bertemu Dr Sidik. Ratna mempercayakan proses sedot pipi kiri dan kanannya kepada Dr Sidik, yang telah melakukan proses itu sebanyak tiga sampai empat kali.

Setelah operasi dijalankan tanggal 21, tanggal 22 pagi Ratna bangun, dan mendapati mukanya lebam-lebam secara berlebihan. Hal tersebut tidak seperti yang dia alami. Namun, Dr Sidik menyebut gejala itu adalah hal yang biasa.

”Jadi, apa yang saya katakan ini menyanggah bahwa ada penganiayaan,” kata Ratna, yang mengenakan baju warna ungu saat konferensi pers.

Keputusannya untuk berbohong muncul karena merasa membutuhkan alasan, mengapa mukanya lebam-lebam. Ratna mengaku dipukuli orang. Jawaban yang disebut berasal dari bisikan setan itu dalam satu minggu ke depan terus dikorek oleh anggota keluarganya.

”Saya nggak pernah membayangkan saya akan terjebak kebodohan seperti ini. Saya terus mengembangkan ide pemukulan itu dengan beberapa cerita,” ujarnya.

Setelah sakit kepalanya mereda, Ratna menyebut mulai berhubungan dengan pihak luar. Dari situ, ternyata Ratna kembali melanjutkan rangkaian kebohongannya, sampai dirinya bertemu dengan Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Cerita itu terus berlanjut saat Ratna dikunjungi Prabowo yang didampingi Amien Rais dan Djoko Santoso.

”Bahkan di depan Pak Prabowo, orang yang saya perjuangkan, orang saya cita-citakan memimpin bangsa ini ke depan, mengorek apa yang terjadi pada saya, saya juga masih melakukan kebohongan itu,” bebernya.

Dia sudah tidak sanggup membendung kebohongan, setelah muncul gelombang dukungan kepada dirinya. Mulai dari pertemuan para aktivis di Cikini, sampai Prabowo melakukan konferensi pers resmi terkait situasi dirinya.

Ratna kemudian memutuskan memanjatkan salat malam, dan ingin agar polemik ini segera berhenti. ”Saya panggil anak-anak saya, saya minta maaf kepada anak-anak, termasuk kepada orang-orang yang membantu saya di rumah ini,” tuturnya, mulai menangis.

Dia juga meminta maaf kepada Prabowo, yang dengan tulus membela dirinya. Termasuk kepada Amien, dan para anggota di BPN Prabowo-Sandi.

”Saya melukai hati kalian, saya membuat kalian marah,” ucapnya.

Demikian pula, kepada para emak-emak yang selalu mendukung dirinya. Termasuk juga meminta maaf kepada semua pihak yang selalu dia kritik, yang kemudian kritik itu akhirnya berbalik pada dirinya.

”Kali ini saya pencipta hoax terbaik ternyata, menghebohkan semua negeri,” tukas Ratna.

RS Bina Estetika pun angkat bicara. Pihak rumah sakit yang diwakili oleh Arrisman sebagai juru bicara membenarkan bahwa Ratna dirawat di rumah sakit tersebut.

”Dia (Ratna, Red) masuk ke sini tanggal 21 September jam sekitar jam 05.00 sore. Sebelumnya sudah datang tanggal 20, pemeriksaan awal atas nama RS,” ucap Arrisman yang ditemui Jawa Pos kemarin.

Arrisman menambahkan bahwa Ratna bukanlah pasien baru. Dia beberapa kali datang ke rumah sakit yang berada di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, itu. Sayangnya Arrisman enggan berbicara tindakan medis apa yang diberikan kepada Ratna.

”Dalam peraturan Permenkes nomor 269 tahun 2008 data Pasien itu adalah hak pasien. Jadi kami tidak bisa memberikan data apa tindakan apa yang dilakukan terhadap pasien yang bernama RS tersebut,” ujarnya.

Pada saat datang ke RS Bina Estetika, kondisi Ratna sehat. Arrisman menuturkan bahwa tidak ada kondisi yang menyulitkan langkah medis. Ratna dirawat di rumah sakit khusus yang menangani bedah estetik itu hingga 24 September sekitar jam 21.00.

Kasus Ratna ini membuat pihak rumah sakit kerepotan. Pasalnya pihak Kepolisian meminta datang untuk memberikan keterangan.

”Tadi siang kami juga dipanggil ke Polda, mungkin berita-berita selanjutnya untuk perkembangan sampai saat ini bisa ditanyakan ke Polda saja,” beber Arrisman. Selain itu pihak kepolisian juga meminta rekaman CCTV RS Bedah Estetika untuk dijadikan barang bukti.

Sementara itu, dokter bedah yang juga musisi beken Tompi mengapresiasi kejujuran Ratna. Sejak awal, dirinya sudah yakin jika Ratna melakukan tindakan medis, bukan korban pengeroyokan sebagaimana dikatakan sebelum.

Tompi menilai, secara kasat mata, kondisi muka Ratna sangat jelas bekas operasi. Pasalnya, kata dia, ada perbedaan mendasar antara luka lebam dengan luka operasi. Yakni dari sisi bentuk wajah. Secara teori, luka operasi, cenderung simetris. Sementara luka lebam sangat sulit untuk simetris.

“Kalau ditonjok pasti kanan kiri beda. Kalau mukul bersamaan kanan kiri juga intensitas tenaganya beda. Apalagi kalau dikerjakan tiga orang misalnya,” ujarnya di Beyoutiful Clinic, Jakarta Selatan, kemarin (3/10).

Tompi menambahkan, operasi bagi orang seusia Ratna terhitung wajar. Pasalnya, secara teori, tidak ada batasan umur untuk seseorang melakukan operasi bedah.

“Yang penting kondisinya dalam keadaan baik, usia tidak masalah mau 80 tahun juga,” imbuhnya.

Terkait wajah yang bengkak, dokter yang juga penyanyi jazz itu menilai sebagai wajar juga. Menurut dia, di awal-awal pasca operasi, pembengkakan cukup besar akan berlangsung selama tiga hari.

“Tampilan agak enak dilihat setelah 2-3 minggu. Kalau komplit tuntas enam bulan sampai setahun,” tuturnya.

Terpisah, Kepala Staf Kepresidenan Jenderal Purn Moeldoko meminta elit untuk tidak buru-buru dalam menilai sebuah peristiwa. Tak terkecuali terkait kasus Ratna Sarumpaet.

Pernyataan tersebut sebagai respons atas pernyataan Prabowo Subianto yang sebelumnya sudah menuduh ada campur tangan lawan politik atas apa yang menimpa Ratna. “Semua harus disikapi dengan tenang dan jernih sehingga kejelasan akan muncul,” ujar Moeldoko di Komnas HAM, Jakarta.

Menurutnya, sikap tersebut penting dilakukan untuk meminimalisir kegaduhan di tengah masyarakat. “Kalau kita buru-buru, akan buat situasi keruh,” imbuhnya.

Menanggapi pengakuan Ratna Sarumpaet atas kebohongannya, Polri akan melakukan proses hukum terhadap pihak-pihak yang mengunggah berita hoax bahwa Ratna dipukuli. Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto menjelaskan, pihaknya menghargai pengakuan dari Ratna. Namun, isu pemukulan yang ternyata bohong itu telah bergulir ke masyarakat.

”Menimbulkan keresahan karena informasi tersebut,” ujarnya.

Karena itu, Polri akan bersikap tegas dengan meminta pertanggungjawaban pihak yang mengunggah berita di media sosial. ”Yang pertama kali mengunggah itu yang harus bertanggung jawab, kami telusuri jejak digitalnya,” tutur jenderal berbintang dua tersebut.

Untuk kemungkinan proses hukum terhadap Ratna, Setyo belum bisa berkomentar banyak. Menurutnya, saat ini status dari Ratna masih saksi.

Bukankah Ratna berbohong kepada publik? Dia menuturkan bahwa belum tentu apa yang dilakukan Ratna itu merupakan kebohongan publik. Namun, bila ada yang kemudian melaporkan Ratna karena merasa dirugikan tentu akan diproses.

”Yang pasti, dengan kasus ini bijaklah menggunakan media sosial. Kalau tidak mengetahui fakta yang sebenarnya, jangan menyebarluaskan. Kecuali memiliki niatan tertentu,” ungkapnya.

Di sisi lain, Farhat Abbas melaporkan Prabowo Subianto, Fadli Zon dan Rachel Maryam ke Bareskrim Polri atas dugaan penyebaran berita bohong dan hate speech. Selain ketiganya ada 14 orang lain yang juga dilaporkannya.

Farhat menuturkan, ada konspirasi dan pemufakatan jahat untuk membuat seolah-olah dizalimi dalam kasus Ratna. ”Prabowo menggiring seolah-olah ini kasus HAM. Hingga seakan-akan ingin menunjukkan rezim diktator,” ungkapnya.

Senada, Sekretaris Tim Kampanye Nasional Koalisi Indonesia Kerja (TKN KIK) Jokowi–Ma’ruf Amin, Hasto Kristiyanto. Ia mengatakan, terbongkarnya pemalsuan kasus penganiayaan Ratna Sarumpaet tidak cukup hanya diselesaikan melalui permintaan maaf kepada Prabowo dan Amien Rais. Sebab, kata dia, kebohongan publik yang dilakukan telah menganggu konsentrasi bangsa yang sedang berduka akibat gempa.

Apalagi, tutur Hasto, dalam konferensi pers yang disampaikan Prabowo, secara langsung atau tidak langsung telah menuduh pemerintahan Jokowi melakukan kekerasan. Bahkan, penganiayaan terhadap seorang ibu berusia 70 tahun yang memperjuangkan demokrasi dan keadilan.

“Pak Prabowo juga menuduh telah terjadi pelanggaran HAM. Beliau juga melakukan manipulasi psikologis. Bahkan kudeta rasa,” terangnya.

Sekjen PDIP itu mengatakan, rasa kemanusian yang seharusnya untuk korban bencana alam, dikudeta menjadi rasa iba kepada Ratna dengan maksud menuduh Jokowi telah melakukan kekerasan. Dia menilai, pernyataan yang disampaikan Prabowo dalam keterangan pers terkait rekayasa penganiayaan sangatlah berbahaya.

“Bagi kami, ini sudah menyentuh aspek yang fundamental. Yaitu, memerdagangkan kemanusiaan untuk elektoral. Karena itulah Pak Prabowo sebaiknya meminta maaf ke publik” tegas Hasto.

Pria asal Jogjakarta itu bersyukur TKN KIK tidak terpancing dan tidak tergoda untuk membalas proyek emosi jiwa yang dilakukan tim kampanye Prabowo–Sandi. Menurut dia, Jokowi tetap tenang bekerja menolong rakyat. Meskipun diserang berbagai fitnah secara frontal dan diserang secara langsung melalui konferensi pers Prabowo.

Dunia pun dibuat terbalik. Jokowi yang tidak pernah melanggar HAM dituduh melakukan kejahatan kemanusian itu.

“Inilah cermin politik yang tidak berkeadaban dan meninggalkan tradisi nilai-nilai luhur bangsa,” urai Hasto.

Alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) itu mengatakan, timnya menyerahkan kasus penipuan tersebut kepada penegak hukum. Jika ada masyarakat yang melaporkan kasus itu ke pihak berwajib atau mengadukan ke MKD DPR RI, biarlah dilakukan secara bebas sesuai pedoman etik anggota dewan. Menurut dia, apa yang dilakukan Ratna telah menghasilkan drama terburuk dalam sejarah peradaban Indonesia. (Jawa Pos/JPG)