Angkuts, Aplikasi Ojek Sampah Pertama di Kalbar

Raih Banyak Prestasi hingga Diundang ke Amerika

OJEK ONLINE SAMPAH. Driver Angkuts menjalankan tugas mengambil sampah dari rumah warga, kemarin. Muhammad Hafiz Waliyuddin for RK

Angkuts, sebuah aplikasi startup pertama di Kalbar yang mengusung tema ojek sampah. Hadir dalam upaya untuk memberi sebuah solusi alternatif dalam membuang sampah.

Bangun Subekti, Pontianak

eQuator.co.id – Sampah menjadi sebuah masalah tersendiri bagi Pemerintah Kota Pontianak. Masyarakat terkadang masih membuang sampah di sembarang tempat walau pun sudah ada bak Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Keberadaan TPS pun turut serta menyumbang suasana kumuh kota. Sementara volume sampah semakin hari kian meningkat.

CEO Angkuts, Muhammad Hafiz Waliyuddin menjelaskan, tentang bagaimana cara kerja Angkuts. Menurutnya, Angkuts berusaha menjembatani antara masyarakat dengan para pengangkut sampah. Dengan aplikasi ini, masyarakat bisa memesan driver Angkut untuk mengangkut sampah. “Nantinya sampah ini akan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” ujarnya disambangi Rakyat Kalbar di kantor Angkuts di Jalan Wahid Hasyim No 1 beberapa waktu lalu.

Sebelum Angkuts hadir, masyarakat lebih memilih untuk membuang sampahnya di lahan kecil atau besar. Seolah-olah lahan itu sebagai TPS. Seiring bertambahnya orang, sampah pun turut meningkat.

Tidak masalah bila warga langsung membuang sampah di TPA. Namun bagi yang malas atau tak punya waktu, alternatifnya membuang sampah di TPS. “Padahal indikator kumuhnya sebuah kota adalah banyaknya TPS di dalam kota itu,” ujarnya.

Wali Kota Sutarmidji kala itu juga tidak menginginkan adanya suasana kumuh di Bumi Khatulistiwa. Ketika aplikasi Angkuts diluncurkan pada 22 Mei 2016, sosok yang saat ini sebagai Gubernur Kalbar sangat mengapresiasi. “Bahkan siap membantu kami untuk operasional,” kata Hafiz.

Angkuts memiliki tenaga pengangkut sampah. Semuanya memberdayakan para pemulung. Sebelum menjadi driver Angkuts, para pemulung dilatih mengendarakan motor jenis Tossa untuk mengangkut sampah. Namun yang paling penting pemulung tersebut paham menggunakan teknologi android.

Sayangnya, karena para pemulung yang berasal dari warga tak mengenyam pendidikan serta kurang paham teknologi tersebut, hanya mendapat enam orang calon driver. Padahal sebelumnya pihaknya menyeleksi empat puluh orang pemulung. “Dari enam ini akhirnya kami hanya mendapat satu orang yang lolos menjadi driver,” jelasnya.

Untuk penggajian para driver, diberikan gaji pokok serta fasilitas motor. Bahkan para driver diberi jaket khusus. Layaknya driver ojek online lainnya. Tak hanya itu, Angkuts juga membentuk sebuah tempat pembuangan sampah terpadu. Salah satunya berada di kawasan Kota Baru.

Tempat pembuangan sampah terpadu untuk mempermudah warga. Ketika akan membuang sampah. Nantinya sampah-sampah itu diambil oleh trashpicker (sebutan untuk tenaga pengangkut sampah). “Bisa juga mengambilnya dengan sistem order seperti order Gojek,” jelasnya.

Dalam kegiatannya, Angkuts tidak hanya berkutat di masalah pengangkutan sampah. Namun hingga pada masalah bagaimana mengolah sampah menjadi rupiah. Hal ini selalu Hafiz sampaikan dalam kegiatan-kegiatan berupa seminar kewirausahaan dan sejenisnya. “Kami telah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mensosialisasikan cara mengolah sampah menjadi rupiah,” ungkapnya.

Seperti yang sudah dia lakukan di salah satu UKM di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak. Yaitu bagaimana mengolah sampah organik menjadi kompos. “Nantinya bisa dijual dan menghasilkan keuntungan bagi mahasiswa,” tuturnya.

Dengan segala kegiatan dan ide-idenya dalam menangani sampah, Angkuts mendapat berbagai penghargaan. Baik di tingkat nasional bahkan internasional. Diantaranya peringkat ketiga Sociodigileader 2016 oleh Telkom Indonesia. Lalu The Most Favourite Apps of THE NEXTDEV 2016 oleh Telkomsel.

Kemudian Finalis Astra Startup Challenge 2017 oleh Astra International. Selanjutnya Finalis Central BIG at Geo-Innovation 2017.

“Kami juga belum lama ini mengunjungi Amerika Serikat dalam rangka kegiatan Creative Economy and Entrepreneurship Incubators pada 30 Juli sampai 17 Agustus 2018,” paparnya.

Hafiz sedikit menceritakan tentang apa saja yang ia lakukan dalam kunjungannya di Amerika. Di sana ia menemukan bahwa pengolahan sampah sudah sangat maju. Di negara bagian pun tengah berkembang mengenai pengolahan sampah. “Sangat tertata rapi. Ada kantor sendiri yang memang menangani sampah dan pengolahannya,” ungkapnya.

Salah satu produknya adalah gelas Starbuck. Bila melihat pada bagian tertentu, ada tanda recycle alias daur ulang. Walau daur ulang, tapi bisa didesain sehingga terlihat masih baru.

“Di negara bagiannya pun kini sudah berkembang metode ini. Setiap negara bagian telah menyiapkan mobil unit pengangkut sampah yang datang ke setiap rumah untuk mengambil sampah,” ceritanya.

Di akhir perbincangan, Hafiz berharap suatu saat pemerintah terutama kota dan provinsi bisa lebih mendukung upaya masyarakat untuk mengolah sampah. Ia juga ingin agar masyarakat kreatif dalam menangani masalah sampah. (*)

 

Editor: Arman Hairiadi