eQuator.co.id – Saya dapat kiriman naskah bagus. Dari teman di Singapura. Dulu pemilik perusahaan sekuritas di Jakarta.
Penulis naskah itu John R Malott. Mantan duta besar Amerika Serikat di Malaysia. Isinya: soal buku. Yang baru terbit minggu ini di Amerika.
Buku itu ditulis dua wartawan Wall Street Journal. Namanya: Tom Wright dan Bradley Hope.
Saya bayangkan sang duta besar. Pasti kenal dua wartawan itu. Bahkan mungkin akrab. Dua wartawan itulah yang sering mengungkap kasus 1MDB. Korupsi mega miliar di BUMN Malaysia itu. Di forum dunia.
”Waktu lihat buku baru ini saya mengira tidak akan dapat info baru,” tulis sang duta besar. ”Ternyata begitu banyak yang baru,” tambahnya.
Malott tentu berhak merasa sudah tahu banyak. Tentang kasus itu. Ia mengaku terus membaca malaysiakini.com. Yang selalu kritis pada pemerintahan Najib Razak. Juga selalu membaca serawakreport.com. Yang selalu mengungkap skandal korupsi di Malaysia.
Maka wajar Malott mengira buku itu hanya berisi kumpulan liputan mereka. Yang sudah sering ia baca.
Ternyata saya salah. Katanya. Begitu banyak yang baru ia tahu. Dari buku itu.
Saya tidak bisa segera membelinya. Saat buku itu terbit. Selasa lalu. Saya masih sibuk mengejar matahari.
Memang. Saya bisa membelinya lewat online. Tapi hampir tiap hari saya pindah alamat.
Saya bisa membelinya di toko buku. Tapi seminggu terakhir saya lebih banyak di kota-kota kecil. Tepatnya di desa-desa. Dalam perjalanan darat pula. Dari St Louis di Missouri ke Memphis di Tennessee. Dari Memphis ke Little Rock di Arkansas. Dari Little Rock ke Marshall di Texas.
Tapi saya pasti membelinya. Minggu ini.
Saat di Marshall saya lihat Wall Street Journal. Edisi hari Minggu kemarin.
Di halaman depan (section EXCHANGE) terpampang foto besar. Tiga laki-laki duduk di sofa. Yang kiri kulit putih. Yang kanan kulit hitam. Dua-duanya bintang di Hollywood.
Yang duduk di tengah anak muda. Berwajah Asia. Dalam busana tuksedo: jas hitam dan dasi kupu-kupu.
Di sebelahnya seorang wanita sexy: juga bintang Hollywood. Sedang pegang gelas wine. Atau wiski.
Di belakang mereka tampak berdiri wanita muda lebih sexy. Dengan posisi tangan memegang lengan si wajah Asia muda. Terlihat juga berdiri beberapa bintang Hollywood lainnya.
Sofa itu tidak di dalam ruangan. Sofa itu ditata di alam terbuka. Di padang pasir. Di Nevada. Di Las Vegas.
Terlihat gemerlap Las Vegas di latar belakangnya. Termasuk ferrie weel yang terkenal itu. Dan hotel-hotel Casino di dekatnya.
Itulah pesta ulang tahun ke 31.
Yang berwajah Asia itu.
Anak muda bertuksedo itu.
Di sepotong padang pasir.
Yang sengaja disediakan di dekat Palazzo.
Hotel casino yang top itu.
Yang harga kamarnya USD 25.000/malam. Yang berarti Rp 375 juta/malam. *)
Di situlah si wajah Asia bertuksedo bermalam.
Di kamar yang disebut The Chairman Suite.
Lebih mewah dari kamar President Suite.
Lepas tengah malam, pestanya pindah ke hotel itu.
Si wajah Asia bertuksedo lantas menghabiskan malamnya di meja casino. Di ruang khusus. Terbatas untuk pemain berkelas tuksedo.
Judul besar di bawah foto itu yang lebih memikat saya: LAKI-LAKI MISTERIUS MILIARAN DOLAR.
Disebut misterius karena memang penuh misteri: siapa dia. Namanya tidak pernah beredar di dunia orang kaya Amerika. Juga tidak dikenal di Hollywood. Tapi tiba-tiba saja muncul orang yang royalnya bukan main.
Misalnya: Membelikan ferrary putih untuk bintang Kim Kadarsian.
Ingin dibikinkan film dengan bintang Leonardo DiCaprio. Yang di malam ulang tahun itu juga tampak hadir.
Pun dalam pesta-pesta Hollywood mulai jadi bisik-bisik: siapa dia ya.
Siapa dia ya…
Siapa dia ya…
Nyebut namanya pun sering salah: Jey Law.
Padahal, namanya adalah: Jho Low.
Itulah aktor utama di balik Najib Razak. Di balik mega skandal 1MDB.
Yang kini dalam status buron.
Mungkin di Hongkong.
Mungkin di Macau.
Mungkin di Tiongkok.
Masyarakat Malaysia mulai geram.
Pemerintahan baru mulai dianggap lambat.
Menanganinya.
Buku baru ini bisa membantu.
Judulnya bisa bikin masyarakat Malaysia kian geram:
Billion Dollar Whale, Si Laki-laki yang memperdaya Wall Street, Hollywood dan Alam Semesta. (dis)