Pahlawan, Pecundang, atau Sekedar Joker

Oleh Dahlan Iskan

Donald Trump

eQuator.co.id – Hampir dua minggu absen. Tidak menulis Trump. Terlalu banyak di jalan. Sudah melintasi lima negara bagian.

Begitu banyak perkembangan. Ternyata Trump lagi ngamuk-ngamuk. Atas artikel di New York Times. Edisi Selasa lalu. Penulisnya: Pejabat Senior di Pemerintahan. Tanpa menyebut nama.

Isinya: gawat! Misal: Kami, staf di Gedung Putih, terus berusaha untuk menggagalkan beberapa program Trump. Demi menyelamatkan Amerika. Misal: Tugas kami yang utama adalah menyelamatkan negara.

Rambut Trump langsung berdiri. Ibaratnya.

Artikel tanpa nama itu seperti menampar muka Trump. Yang belum lama sesumbar: Gedung Putih solid. Tidak seperti di zaman Nixon.

Sesumbar itu diucapkan setelah mantan pengacaranya mengaku bersalah. Membayar uang tutup mulut dari dana kampanye. Atas arahan Trump.

Mantan ketua tim kampanye Trump juga sedang jadi tersangka. Dengan banyak tuduhan. Di sekitar pajak dan pencucian uang.

Dari dua kasus itu lahirlah isu baru: Trump bakal jatuh. Seperti presiden Nixon.

Trump menampik kemungkinan itu. Ia sangat percaya diri. Tidak bakal seperti Nixon.

Trump bilang: Nixon jatuh gara-gara Gedung Putih tidak solid. Banyak tikusnya. Yang membocorkan keadaan di dalam Gedung Putih.

Bocoran itu sampai ke wartawan  Washington Post. Nama wartawan itu: Bob Woodward. Yang memang terus melakukan investigasi. Atas perkara Watergate.

Bocoran-bocoran itu begitu telaknya. Nixon tidak tahan. Mengundurkan.

Ternyata Gedung Putih tidak sesolid yang dibilang Trump. Artikel di New York Times itu begitu jelas. Menggambarkan bagaimana takutnya staf di Gedung Putih. Takut kalau Trump terus berbuat salah. Dan membahayakan negara.

Trump, seperti biasa, langsung twitt. Inilah twittnya:

“Apakah yang disebut Pejabat Senior Pemerintah itu benar-benar ada, atau itu hanya sumber palsu New York Time yang gagal? Kalau si pengkhianat itu benar-benar  orangnya ada New York Time harus menyerahkan orang itu sekarang juga demi alasan keamanan nasional”.

New York Time menjelaskan bahwa pejabat senior tersebut bukan palsu. Orangnya benar-benar ada. Tapi namanya harus disembunyikan. Untuk keselamatannya. Inilah cara New York Time untuk menyelamatkan negara.

NYT seperti Washington Post memang tidak henti-hentinya mengkritisi Trump. Begitu juga CNN dan CNBC.

Trump terus menyebut koran-koran itu sebagai produsen fake news –berita yang mengada-ada.

Tentu terserah publik. Percaya pada siapa. Trump atau media-media itu.

Yang jelas Trump sewot tidak hanya oleh artikel itu. Sehari sebelumnya Bob Woodward meluncurkan buku baru. Judulnya: FEAR. Alias TAKUT.

Isinya: mirip dengan artikel tersebut. Tentang kekhawatiran orang dalam Gedung Putih. Atas presidennya.

Dulu, buku pertama Bob Woodward juga menghebohkan. Judulnya: All The President’s Man. Orang-orang di sekitar Presiden Nixon.

Bukunya yang baru ini juga tentang orang-orang di sekitar Trump. Yang masih ia rahasiakan namanya.

Lalu: bagaimana nasib Trump berikutnya?

Tergantung hasil pemilu legislatif. Nopember nanti. Kalau Kongres tetap dikuasai partai Republik amanlah. Kalau Demokrat yang jadi mayoritas hampir pasti akan ada impeachment.

Yang jelas, ibarat panggung, Trump masih akan terus jadi bintang utama. Tinggal statusnya: pahlawan atau pecundang. Atau sekedar Joker. Joker juga bisa menguasai panggung. (dis)