Tak Putus Asa Wujudkan Obsesi, meski Tiga Kali Gagal Ujian Masuk Polisi

Mengenal Kompol Syarifah Salbiah, Polwan Senior di Polresta Pontianak

PENGABDIAN SEORANG POLWAN. Kompol Syarifah Salbiah memberikan pertolongan kepada seorang ibu yang jatuh dari motor, akibat bajunya melilit di ban motor, di Jalan Arteri Supadio, Kubu Raya, Agustus 2018. Polisi for RK

Perjalanan Syarifah Salbiah menggapai asanya, menjadi polisi wanita (Polwan) tak begitu mulus. Dia berkali-kali gagal ketika menempuh ujian masuk polisi.

Andi Ridwansyah, Pontianak

eQuator.co.id – Namun, bukan Salbiah namanya kalau cepat menyerah. Perempuan 54 tahun ini tak patah arang. Terus mencoba.

“Saya bukan sekali gagal, saya tiga kali gagal masuk (pendidikan,red) Bintara Polwan, namun saya tidak putus asa,” ujarnya ditemui Rakyat Kalbar, Selasa (4/9), sekitar pukul 15.30.

Sosok polisi baginya sesuatu yang unik. Sebab, lebih menekankan pendekatan preventif atau pencegahan.

“Di samping mengutamakan pendekatan humanis, tetapi dalam penegakan hukum tetap tegas, di situlah saya melihat apabila ditekuni dengan betul-betul, tugas polisi itu mulia, karena selalu menyampaikan kepada masyarakat apa yang dibolehkan dan yang dilarang,” paparnya.

Hal tersebut lah yang membuatnya terobsesi menjadi polisi. “Sehingga itu yang membuat saya terkesan pada profesi polisi dan memiliki keinginan menjadi polisi dibanding profesi yang lain,” ungkap Salbiah.

Untuk menggapai cita-cita, banyak rintangan yang harus dihadapi Salbiah. Salah satunya penolakan orangtua. Sang Ayah dan Bunda pengin Salbiah menjadi guru. Atau bekerja di bank.

“Terus terang, dahulu orangtua tidak mau saya menjadi seorang polisi, karena orangtua saya bukan polisi, namun om saya adalah seorang polisi,” bebernya.
Dukungan datang dari abangnya. Yang pernah gagal ketika mendaftar Akademi Kepolisian (Akpol).

“Kakak saya berpesan kepada saya, jika dia tidak bisa menjadi pria ABRI (dulu TNI lebih dikenal sebagai Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/ABRI), adiknya harus bisa menjadi wanita ABRI, itu jugalah yang makin memotivasi,” terang Salbiah.

Setiap harinya, sore hari sepulang sekolah, Salbiah digembleng Sang Abang. Mempersiapkan fisik menghadapi segala tes yang akan dilalui dalam tahapan seleksi Polwan.

“Diajak lari sore sama kakak saya,” tukasnya.

Hingga akhirnya, berkat kerja keras dan usaha yang dilakukan ibu satu anak ini kala itu, hati kedua orangtuanya luluh. Yang awalnya tak setuju kemudian justru memberikan restunya untuk Salbiah.

Perjuangan Salbiah memang tidak mudah. Jauh sebelum mencapai cita-citanya, ia selalu memegang prinsip bahwa untuk menjadi seseorang yang besar harus memiliki kemampuan individu yang baik.

“Untuk itu sejak kecil saya juga sudah aktif, menjadi patroli keamanan polisi yang dilatih oleh polisi, saya juga aktif di organisasi Pramuka, karate, silat, voli,” jelasnya.

Nah, sejak tahun 1985, Salbiah aktif menjadi polisi. Dari bawah, kini ia menjabat Kasat Lantas Polresta Pontianak. Dengan pangkat Komisaris Polisi.

Setelah cita-citanya tercapai, kini dia terus berupaya menepis cibiran miring masyarakat atas profesinya itu. “Polisi makin hari semakin terbuka, dan berupaya mendekatkan diri dengan masyarakat, meskipun belum sempurna, namun polisi terus berupaya memberikan yang terbaik,” tegas Salbiah.

Polwan senior yang pernah menjadi Kapolsek Pontianak Timur ini memang dikenal loyal. Dekat dengan masyarakat, maupun jajaran polisi di Polresta Pontianak.

Tak mengenal waktu, ia selalu  siap sedia untuk turun melaksanakan tugas pengaturan lalu lintas. Di bawah kepemimpinannya, kerap kali anak buahnya di Satuan Lantas mendapatkan penghargaan.

“Kalau memang dia berprestasi kita berikan reward yang tidak hanya uang pembinaan dan piagam Kapolresta, namun kita siapkan reward yang lain, itu atas kerja sama saya dengan pihak terkait yang sudah saya rintis sejak menjadi Kasat Lantas, namun apabila mereka melakukan kesalahan maka kita berikan punishmen,” ucapnya.
Di Hari Jadi Polwan, Salbiah menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat Kota Pontianak dan Kubu raya. Maupun rekan-rekan media yang selalu mengekpose kegiatan polisi.

“Kalau seandainya ada yang masih melakukan pelanggaran ayo kita tertib, karena kita harus menunjukkan bahwa kita kota berbudi, apalagi kota Pontianak banyak juga predikat yang disandang, yakni kota layak anak, kota teraman se Indonesia, itu bukan mengalir begitu saja namun perlu perjuangan kita semua,” ajaknya.

Ia juga berpesan kepada generasi muda, jika ingin mencapai cita-cita harus mempersiapkan segala sesuatunya sejak dini. Karena cita-cita perlu usaha dan kerja keras.

“Setelahnya kita serahkan kepada Sang Pencipta,” pungkas Salbiah. (*)

 

Editor: Mohamad iQbaL