Maling 4 Ribu Data Kartu Kredit

Seorang Mahasiswa Indonesia di Australia Dikelabui untuk Kirim Barang

HADIRKAN PENCURI DAN BARANG BUKTINYA. Kabareskrim Irjen Arief Sulistyanto (2 dari kiri) dan jajaran menghadirkan para tersangka dan barang bukti kejahatan siber pencurian 4 ribu data kartu kredit WN Australia, di kantor Bareskrim, Jakarta, Selasa (28/8). FEDRIK TARIGAN-JAWA POS
HADIRKAN PENCURI DAN BARANG BUKTINYA. Kabareskrim Irjen Arief Sulistyanto (2 dari kiri) dan jajaran menghadirkan para tersangka dan barang bukti kejahatan siber pencurian 4 ribu data kartu kredit WN Australia, di kantor Bareskrim, Jakarta, Selasa (28/8). FEDRIK TARIGAN-JAWA POS

eQuator.co.id – Jakarta—RK. Tersangka pencurian data kartu kredit DSC dan AR masih bisa tersenyum saat difoto polisi. Pascaditangkap. Sepertinya, nikmat menghamburkan uang USD 20 Ribu atau sekitar Rp 290 juta yang dicuri dari 1.500 warga negara Australia masih dirasakan keduanya. Karena kejahatan mereka, seorang mahasiswa asal Indonesia berinisial AS didenda AUD 500 oleh pengadilan di Australia.

Kabareskrim, Irjen Arief Sulistyanto, menuturkan bahwa awalnya keduanya mengirimkan email yang seakan-akan dikirim berbagai toko online atau e-commerce terkenal di Australia. Isi email itu dibuat menggiurkan dengan diskon tidak masuk akal hingga harganya begitu jauh.

Baca Juga: Fokus Kejar Tax Ratio dan Merestrukturisasi Kredit

”Saat penerima email mencoba membeli secara online, aplikasi SQLi Dumper yang telah disematkan dalam email otomatis berjalan,” ujarnya, saat memaparkan kejahatan siber tersebut di Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Selasa (28/8).

Aplikasi itu memunculkan halaman Paypal palsu. Saat penerima email memasukkan data kartu kredit itulah, data dikirim ke kedua pelaku. Hasilnya, kedua pelaku selama dua tahun bisa menguasai 4 ribu data kartu kredit milik WN Australia.

”Data-data ini digunakan membeli barang elektronik dari toko online sebenarnya, toko online di Australia,” tuturnya.

Untuk menghindari diketahui tempat tinggalnya, keduanya melakukan modus menjual tiket murah. Berjualan tiket murah ini untuk bisa menggaet mahasiswa asal Indonesia yang nantinya diminta tolong untuk menerima barang elektrobik hasil mencuri data kartu kredit.
”Mahasiswa yang diperdaya itu berinisial AS, yang sedang belajar di Australia,” paparnya.

Baca Juga: Komisi Akreditasi Survei 6 Puskesmas di Kapuas Hulu

Kasubdit I Dittipid Siber Bareskrim Kombespol Dani Kustoni menuturkan, tiket murah itu juga dibeli dengan data kartu kredit curian tersebut. Mereka memberikan diskon yang lumayan, agar pembeli tiket mau untuk dimintai tolong.

”Mereka berupaya mencari tiket promo juga, yang harganya murah. Ini bagian dari cara mereka memperdaya AS,” tuturnya.

Antara kedua pelaku dengan AS, selama ini tidak pernah bertemu muka. Keduanya hanya berkomunikasi via media sosial karena jual beli tiket.
”Sudah ada banyak barang yang dikirim AS ke kedua pelaku,” paparnya ditemui di kantor Dittipid Siber Bareskrim di Cideng, Tanah Abang, Jakarta.
Barang elektronik yang dibeli diantaranya, kamera, komputer dan handphone. Total kerugian dalam pencurian data kartu kredit ini mencapai USD 20 ribu.

”Ini kami ketahui setelah komunikasi dengan Konjen Indonesia di Australia,” terangnya.

Direktur Dittipid Siber Brigjen Rahmad Wibowo menjelaskan bahwa AS yang telah diperdaya keduanya menjalani proses hukum di Australia. Dia dituduh menjadi kaki tangan dalam pencurian data tersebut.

Baca Juga: Perang Dagang Sampai ke Caviar

”Saat kasus ini diungkap, AS masih menjalani sidang,” terangnya.
Arief menambahkan, karena pengungkapan kasus di Bareskrim ini, akhirnya AS tidak mendapatkan hukuman penjara di pengadilan Australia. AS hanya mendapatkan denda AUD 500.

”Ini bukti bahwa penegakan hukum di Indonesia bisa untuk melindungi warga negara Indonesia di luar negeri,” klaimnya.

Menurut mantan Kapolda Kalbar ini, dari kasus ini masyarakat Indonesia bisa belajar banyak. Untuk tidak sembarangan menyetujui promosi atau diskon toko online. Cara yang paling tepat adalah dengan menghubungi customer service toko online.

”Pastikan kebenaran diskon itu, tidak menyesal setelah klik,” ujarnya. (Jawa Pos/JPG)