
eQuator.co.id – Sungai Raya-RK. Tebalnya kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sangat-sangat mengganggu. Tidak sekedar penderita inspeksi saluran pernapasan akut (ISPA) meningkat, dunia penerbangan pun jadi terganggu.
Dunia penerbangan terganggu terutama pagi dan malam. Jarak pandang hanya 200-400 meter. Akibatnya lima pesawat tidak bisa mendarat di Bandara Supadio Internasional Kubu Raya, Jumat malam (24/8). Pesawat hanya berputar-putar di angkasa hingga beberapa jam. Lantaran tidak memungkinkan dilakukan landing, pesawat terpaksa mendarat di Jakarta dan Batam.
“Hari Jumat (24/8) diperkirakan sekitar pukul 20.00 WIB ke atas. Lima maskapai tidak bisa landing di Bandara Supadio,” terang Manajer Operasional PT Angkasa Pura II, Bernard Munte via selular kepada Rakyat Kalbar, Sabtu (25/8).
Asap tebal akibat abu yang berterbangan setelah beberapa daerah dekat Bandara mengalami hujan gerimis. Debu atau api yang tersiram membuat asap semakin tebal. “Saat itu, sekitar sore hari terjadi gerimis,” ucapnya.
Lima pesawat yang tidak bisa landing di Bandara Supadio yaitu Citilink dari Surabaya-Pontianak, terpaksa diarahkan ke Bandara di Batam. Lion Air dari Jakarta-Pontianak terpaksa kembali ke Jakarta. Sriwijaya dari Jakarta-Pontianak kembali ke Jakarta. Garuda dari Jakarta-Pontianak kembali ke Jakarta.
Dijelaskan Bernard, info jarak pandang ini berdasarkan petugas AirNav yang diteruskan ke pesawat yang akan landing di Pontianak. Pesawat sempat holding. “Tadi malam saja kabut asapnya menebal. Tapi pagi ini, penerbangan tetap kembali normal,” ucap Bernard.
Sementara GM AirNav Cabang Pontianak, Wahyudi Zufka mengatakan, asap tebal sempat menyelimuti wilayah Bandara Supadio. Sehingga sempat menganggu penerbangan. “Saat itu, jarak pandang tidak sampai 800 meter. Hanya 400 meter,” jelasnya.
Menurutnya, pemandu Instrumen Landing Sistem (ISL) yang dimiliki mampu memandu proses take off dan landing dengan jarak pandang minimum 800 meter. Pesawat holding di udara merupakan keputusan maskapai dan pilot pesawat tersebut. Karena mereka yang mengetahui ketersedian jumlah bahan bakar. Apakah bisa holding atau tidak. “Jika tidak bisa holding biasanya akan mendarat di Bandara lain, terutama terdekat,” tutupnya.
Tebalnya asap malam itu diakui Janisa Radiani. Dia merupakan salah seorang penumpang Citilink tujuan Surabaya-Pontianak. Akibat tak bisa mendarat di Bandara Supadio, pesawat yang ditumpanginya landing di Batam. “Tebal asap di atas. Kami diberi tahu tak bisa landing. Dari kaca kelap-kelip kota agak redup,” katanya kepada Rakyat Kalbar, Sabtu (25/8).
Janisa menumpangi pesawat Citilink dengan flight number QG 318. Ibu dua orang anak ini boarding dari Bandara Internasional Juanda jam 17.30 waktu setempat. Seharusnya pukul 20.00 WIB pesawat tersebut sudah landing di bandara Supadio.
“Jarak pandangnya gak bisa nembus buat landing. Jadi nunggu 30 menit sampai 1 setengah jam. Ternyata sudah ditunggu belum bisa landing,” ceritanya.
Akhirnya pilot mengumumkan penerbangan dialihkan ke Bandara Internasional Hang Nadim Batam. Sudahlah lama menunggu holding, sekitar pukul 22.30 Janisa dan penumpang lainnya harus terdampar di Bandara Batam. “Alhamdulillah gak ada yang panik berlebihan. Karena cuaca diatas gak goyang. Hanya gak bisa landing aja,” tutur Janisa.
Penumpang hanya bisa pasrah. Puas menanti, akhirnya pukul 03.00 waktu Batam mereka diterbangkan kembali. Berhasil landing di Bandara Supadio 03.30 WIB. “Alhamdulillah aman,” ucapnya.
Wanita 29 tahun ini berharap kepada pemerintah untuk lebih peduli terhadap penanganan bencana kabut asap. Sebab sudah banyak memberikan dampak negatif. Seperti kejadian pesawat tak bisa landing. “Buat yang di sekeliling juga tidak baik. Semoga lebih peduli untuk pemadaman api,” harap Junisa.
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Krimatologi dan Geofisika (BMKG) Supadio Pontianak, Sutikno menuturkan, sebagian wilayah di Kalbar akan turun hujan. Namun tidak bertahan lama. Hujan hanya sekitar tiga hari hingga satu minggu. Setelah itu akan potensi curah hujan akan kembali berkurang. “Karena tipe hujan kita secara umum dalam satu bulan pasti ada hujannya walaupun sedikit,” jelasnya.
Hujan turun akibat sudah punahnya siklon tropis di laut sebelah timur Philipina. Akibat punahnya siklon ini, pola angin mendukung untuk terjadinya pembentukan awan hujan. “Kami berharap dengan hujan yang sedikit beberapa hari ke depan bisa mengurangi asap,” harapnya.
Dikatakan dia, curah hujan bulanan di Kalbar secara umum masih akan sedikit hingga September. Oktober curah hujan akan lebih banyak. Namun diprakirakan mulai banyaknya pada pertengahan Oktober. “Dan musim hujan di Kalbar diprakirakan pada dasarian III Oktober (mulai tanggal 21 Oktober),” ujarnya.
Berdasarkan peringatan dini cuaca Kalbar 25 Agustus 2018 pukul 14.20 WIB, berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang – lebat disertai kilat dan guntur pada pukul 14.50 WIB. Hujan tersebut terjadi di wilayah Kabupaten Melawi (Tanah Pinoh barat), Sintang, Kapuas Hulu (Bunut Hulu), Ketapang (Nanga Tayap), Sanggau (Beduai, Toba l), Landak (Jelimpo, Ngabang, Sengah Telima, Meranti). Kemudian dengan Kabupaten Kubu Raya (Sui Ambawang, Sui Kakap, Teluk Pak Kedai), Mempawah (Anjungan) dan Kayong Utara (Sukadana). “Perkiraan cuaca dini ini bisa diakses di Prakirawan-BMKG Pontianak
http://kalbar.bmkg.go.id,” pungkas Sutikno.
Pangdam XII/Tanjungpura Mayor Jenderal TNI Achmad Supriyadi mengatakan, sumber asap yang menyelimuti Kota Pontianak dan sekitarnya salah satunya berasal dari Dusun Sido Mulya Desa Limbung. Tepatnya dibelakang Bandara Supadio.
“Pasukan dari Kodam XII/Tpr, saya pimpin langsung di lapangan, akan berusaha meminimalisir seluruh asap-asap yang ditimbulkan oleh Karhutla ini sehingga masyarakat dapat menjalankan aktifitasnya dan dapat bernafas dengan lega,” kata Pangdam saat memimpin anggotanya mengendalikan lahan yang terbakar di kawasan tersebut, Sabtu (25/8).
Dia menuturkan, kabut asap yang merupakan dampak dari bencana karhutla sampai saat ini terbilang sangat luar biasa dan cukup luas. Sehingga menyebabkan lumpuhnya beberapa aktivitas masyarakat termasuk penerbangan di Bandara Supadio. “Titik api di Dusun Sido Mulyo saat ini sudah tidak ada lagi,” sebutnya.
Asap yang dihasilkan bekas karhutla besar sekali. Kepada para Komandan Satuan, Pangdam perintahkan agar bekas-bekas kebakaran dituntaskan dan memaksimalkan water bombing.
“Titik api sudah tidak ada, tapi bekas-bekas kebakaran yang menyebabkan tebalnya asap ini harus kita (Kodam XII/Tpr) selesaikan hari ini,” demikian Pangdam.
Laporan: Syamsul Arifin, Rizka Nanda, Ambrosius Junius
Editor: Arman Hairiadi