Ayam dan Telur (Masih) Mahal

Diduga Berlanjut Hingga Natal dan Tahun Baru

Ilustrasi.NET

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Pasca-Ramadan dan Idul Fitri, harga daging ayam dan telur cenderung masih mahal. Hal ini dikarenakan dalam waktu dekat perayaan Idul Adha.

“Hal ini akan menambah tingkat konsumsi masyarakat. Khususnya komoditi telur ayam dan daging ayam broiler,” kata Plt. Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri dan Perlindungan Konsumen pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kalbar, Busran Said di kantornya, kemarin.

Disinggung kemungkinan permainan spekulan, Busran mengatakan itu tidak ada. Ia menyebutkan kenaikkan tersebut tidak ada unsur kesengajaan. Lagipula secara logika, komoditi ayam dan telur tidak dapat ditimbun.

“Hal ini lantaran kedua komoditas tersebut bukan barang yang tahan lama dan membutuhkan biaya untuk menahannya di dalam peternakan atau gudang,” terangnya.

Pemangkasan parent stock (PS) dan pelarangan impor bibit ayam pada 2016-2017 dinilai menjadi faktor terjadinya kelangkaan. 12 perusahaan breeding farm yang disidang dan dinyatakan kalah. “Harus bayar denda mencoba patuh dan membiarkan kelangkaan ini,” ulasnya.

Di sisi lain, faktor cuaca ekstrem di sejumlah wilayah sentra peternakan ayam juga memperngaruhi produktivitas. Akhirnya berdampak pada penurunan jumlah ternak yang dihasilkan.

“Stok ayam dipeternak belum siap umur untuk dipotong/dijual karena habis untuk kebutuhan pada Idul Fitri 1439 Hijriyah kemarin itu juga salah satunya,” katanya.

Peternak juga mendapat surat edaran dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengenai larangan menyuntik antibiotik terhadap ayam. Sehingga hasil ternak ayam menurun.

“Akibat produksi Day Old Chicken (DOC) layer berkurang, dapat mengakibatkan kelangkaan telur dan ayam ini, kemungkinan terus berlangsung sampai Natal dan tahun Baru 2019,” bebernya. (Riz)