7 CJH Sanggau Berpotensi Gunakan Kursi Roda

124 Dirawat di Tanah Suci, Terbanyak ISPA dan Telapak Kaki Terbakar

CEK PERLENGKAPAN. Kasi Haji dan Umroh Kemenag Sanggau, H. Daljuli melihat kesiapan perlengkapan CJH yang akan segera diberangkatkan, kemarin. H. Daljuli for RK

eQuator.co.id – KALBAR. Sebanyak 109 calon jemaah haji (CJH) dari kuota 110 asal Kabupaten Sanggau siap menunaikan rukun Islam kelima di Tanah Suci. Kesiapan tersebut disampaikan Kasi Haji dan Umroh Kementerian Agama (Kemenag) Sanggau, H. Daljuli saat ditemui wartawan di Kantornya, Rabu (25/7).

Daljuli menjelaskan, kuota untuk Sanggau sebanyak 110 orang. Dari jumlah tersebut, satu CJH menyatakan mundur karena tidak mau pisah dengan mahromnya.

“Dia mundur supaya bisa berangkat dengan istrinya, karena tidak bisa digantikan otomatis yang berangkat nanti 109 orang dengan 57 perempuan dan 52 laki-laki,” jelasnya.

Daljuli menyampaikan, kemungkinan ada enam atau tujuh CJH yang berpotensi menggunakan kursi roda. Baik karena usia dan sakit. “Tapi semoga saja nanti di sana mereka dapat menjalankan ibadah dengan lancar,” harapnya.

Kondisi CJH asal Sanggau akan selalu dipantau Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD). CJH tertua bernama Marjuneb bin Ibrahim usia 78 tahun asal dari Dusun Kawat RT/RW 01/02 Kecamatan Tayan Hilir. Termuda bernama Meilani Nauli binti Sulpan Nauli Lubis usia 28 tahun asal Dusun Sengawan Hilir Desa Binjai Kecamatan Tayan Hulu. Untuk keberangkatan, dijadwalkan akan berangkat dari Sanggau pada 30 Juli 2018. “Mereka menginap semalam di Pontianak,” jelasnya.

Tanggal 31 Juli 2018, berangkat dari Pontianak menuju Embarkasi Batam. Dilanjutkan keesokan harinya menuju Jeddah, Arab Saudi. Dia pun mengucapkan terimakasih kepada Pemda Sanggau. Seperti tahun sebelumnya, kali ini per CJH asal Sanggau kembali mendapatkan uang saku sebesar Rp1,5 juta. Bantuan tersebut rencananya akan diserahkan sesaat sebelum berangkat.

Sebelumnya, Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Kalbar Ridwansyah menuturkan, persiapan panitia haji sudah mencapai 90 persen. “Insya Allah sebanyak 2527 jemaah akan diberangkatkan semua,” ujarnya.

Ridwansyah mengatakan, ada tiga kunci kesuksesan yang akan dicapai panitia dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Pertama,  pemberangkatan dan persiapan yang masuk dalam kuota 2018 tidak ada yang tertinggal, termasuk barang bawaan jemaah. “Jika sesuai waktu yang kita tetapkan, maka itu sukses,” ujarnya.

Kedua, jemaah bisa melaksanakan ibadah haji dengan baik. Untuk itu, sebelumnya panitia sudah melakukan pembinaan manasik haji kepada para CJH. Mulai dari tingkat kecamatan hingga tingkat kabupaten/kota.”Jemaah itu sendiri juga harus meningkatkan kemampuan dan pemahamannya,” tegasnya.

Untuk meningkatkan pemahaman CJH, panitia juga membuat program bimbingan ibadah haji bersama masyarakat. Dimana masyarakat sekitar juga berperan memberi bimbingan kepada CJH. Dengan pembekalan yang maksimal diharapkan akan membuat CJH memperoleh haji mabrur.

Terakhir, para CJH bisa pulang dengan selamat dan tepat waktu.

Ketiga kunci ini selalu diperkuat. “Ini adalah kerja bersama kita,” ucapnya.

CJH Kalbar mulai diberangkatkan Minggu (29/7). Ada empat kabupaten yang akan diberangkatkan pada hari pertama ini. Yaitu, Kabupaten Kubu Raya, Kapuas Hulu, Sekadau dan Kayong Utara. Empat kabupaten itu juga didampingi oleh 2 orang paramedis, 1 orang dokter, 1 orang Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI), serta 1 orang Tim Pembimbing Ibadah Haji (TPIHI).

Dikutip dari Jawa Pos, suhu panas yang terjadi di Arab Saudi mempengaruhi kesehatan jamaah haji. Hingga Selasa (24/7) ada 124 pasien yang dirawat di Klinik Kesehaatan Haji Indonesia (KKHI) di Madinah.

Menurut Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf Singka, penyakit terbanyak yang diderita pasien rawat jalan adalah insfeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Sedangkan mereka yang dirawat di KKHI kebanyakan karena dehidrasi dan luka bakar di telapak kaki. ”Adapun rinciannya adalah 41 orang dirawat inap, tujuh orang dirujuk ke RS King Fadh. Selebihnya diperbolehkan pulang,” katanya kemarin (25/7). Sedangkan jemaah haji yang meninggal hingga kemarin mencapai lima orang.

ISPA dipengaruhi oleh debu. Sedangkan dehidrasi dan luka bakar ini akibat suhu yang panasnya bisa mencapai 53 derajat. Ketiga penyakit tersebut sebenarnya telah diantisipasi oleh Kemenkes. Setiap tahun, Kementerian Kesehatan menyiapkan paket berbekalan kesehatan untuk jemaah. Paket terdiri dari dua lembar masker kain, satu kotak masker sekali pakai berisi 50 lembar, botol penyemprot air ukuran 500 mililiter, 10 sachet oralit, balsem, lima lembar  plester, dan empat lembar tisu basah. Semua barang-barang tersebut diberikan kepada jamaah di masing-masing embarkasi.

Penyakit lainnya yang dijumpai para jamaah haji adalah jantung, hemorroid, diabetes millitus, hipertensi, infeksi bakterial, asma, dan dispepsia syndrome (magh, Red). ”Pasien yang dirawat rata – rata berusia di atas 60 tahun dengan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki,” tutur Eka.

Selama dirawat di KKHI Madinah, jamaah tidak didampingi keluarga. Agar keluarga bisa khusyuk dalam beribadah haji. Lalu yang menemani pasien adalah para medis sudah ditugaskan. ”Keluarga harus bersabar dan mendoakan kesembuhan yang sedang dirawat,” ungkapnya.

Eka juga menjelaskan bahwa jemaah haji yang dirawat diberikan makan tiga kali sehari. Selain itu ditambah dengan dua kali snack plus buah-buahan sebagai upaya perbaikan gizi. ”Jemaah sama sekali tidak dipungut biaya perawatan,” tutur Eka.

Untuk persiapan obat-obatan, pada musim haji tahun ini Kementerian Kesehatan telah menyiapkan 70 ton obat-obatan untuk jamaah. Adapun pembagiannya sebanyak 20 persen untuk KKHI di Madinah dan 80 persen untuk KKHI Makkah termasuk Armina.

Selain jemaah, petugas kesehatan yang mendampingi Kloter (TKHI) dibekali dengan obat-obatan juga semenjak dari embarkasi. ”Tahun ini paket obat untuk petugas sebanyak 511 paket. Jumlah ini lebih banyak dari jumlah Kloter yaitu 507 kloter,” tutur Eka. Kelebihan paket obat ini disiapkan bila ada penambahan Kloter gabungan.

Menurut Kepala Bidang Kesehatan Arab Saudi Melzan Dharmayuli, TKHI tidak perlu cemas kekurangan obat. ”Bila obat-obatan tersebut sudah habis maka TKHI dapat meminta di Depo Farmasi yang ada di klinik kesehatan haji Indonesia di Madinah,” katanya.

 

Laporan: Kiram Akbar, Rizka Nanda, Jawa Pos/JPG

Editor: Arman Hairiadi