Demi Anak, Adu Nasib ke Saudi

Kantor BP3TKI Pontianak Diselimuti Haru

AKHIRNYA KETEMU KELUARGA. Sejumlah TKI asal Kalbar yang pulang dari Arab Saudi tengah menunggu jemputan keluarganya di Kantor BP3TKI Pontianak, Kamis (12/11) . OCSYA ADE CP-RK

“Sekarangkan kalau kita disuruh nangkap-nangkap, sementara orang kita lapar, lalu bagaimana? Jadi menyelesaikannya itu jangan menyuruh polisi nangkap saja, seharusnya siapkan lapangan kerja yang banyak, pasti mereka tidak akan keluar”—

Kapolres Sanggau, AKBP Donny Charles Go

eQuator –  Tiba di Kantor BP3TKI Pontianak, Kamis (12/11), sebelas Tenaga Kerja Indonesia (TKI) wanita asal Kalbar menitikkan air mata. Rindu akan kampung halaman terpapar jelas di wajah mereka, bertahun-tahun tak pulang tentu membuat rindu keluarga. Hanya saja, keberangkatan mereka secara ilegal ke Arab Saudi bukan tanpa alasan. Sebagai manusia, tentu butuh pekerjaan untuk hidup yang justru tidak bisa disediakan Pemerintah Indonesia.

Sebelas TKW ini merupakan bagian dari pemulangan 450 Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah puluhan tahun tinggal di Arab Saudi, seperti dilansir Jawa Pos pada Rabu (11/11). Sebagian besar dari mereka berasal dari Jawa Timur dan sudah banyak yang menikah dengan penduduk setempat atau sesama pekerja ilegal dari negara lain (Baca berita halaman utama Rakyat Kalbar terbitan 12 November 2015 berjudul ‘450 WNI Pulang dari Saudi, Bawa Anak Bermuka Arab’).

Kepala Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Pontianak, Kombes Pol Aminudin menjelaskan, langkah kedepan yang diambil pihaknya adalah meminta keterangan secara intensif kepada 11 TKI yang dipulangkan dari Saudi Arabia tersebut. “Kita akan interogasi, kita akan tanyakan kepada mereka, dari mana berangkatnya dan lewat siapa. Tentunya oknum yang mengirim mereka ini akan kita selidiki,” ungkap Aminudin kepada sejumlah wartawan, di Kantor BP3TKI Pontianak, Jalan Uray Bawadi, Kamis (12/11).

Sebab, ia menyatakan, mekanisme keberangkatan 11 WNI itu ilegal. “Mereka berangkat dengan visa kunjungan atau umroh. Dan, kemudian kerja di sana. Nah, orang yang mengirim mereka seperti inilah yang kita cari,” tegasnya.

Hanya saja, untuk sementara ini, ditambahkan Aminudin, sebelas WNI tersebut diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing. “Mereka kita data dulu, kemudian bagi mereka yang sudah dijemput keluarganya, kita persilakan pulang,” tutup dia.

Setakat ini, sudah 5 penyalur atau pengirim TKI ilegal diproses hukum. Termasuk, temuan terbaru pada Selasa (10/11) lalu, ketika BP3TKI Pontianak dan Polda Kalbar menggagalkan pengiriman 8 TKI pria asal Jawa Tengah ke Malaysia.

Sementara itu, suasana di Kantor BP3TKI Pontianak begitu mengharukan. Berbondong-bondong keluarga sebelas TKI itu datang ke sana. Tawa, senyum, dan air mata, bercampur jadi satu di tengah peluk rindu antara mereka.

Suniah, warga Desa Sungai Asam, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Raya, mengaku menjadi TKI ilegal di Arab Saudi demi menghidupi buah hatinya. Sejak berumur 17 tahun, Suniah memilih mengadu nasib di Negara Orang. Kala itu, anaknya masih berusia 3 tahun.

“Sudah 13 tahun saya tak pulang. Saya ingin melihat wajah anak saya. Anak saya sudah besar. Saya rindu,” tutur wanita berusia 30 tahun ini kepada Rakyat Kalbar.

Ia mengaku tak punya pilihan lain selain menjadi seorang TKI. “Saya orang susah. Saya tak punya. Suami saya meninggal, tinggal saya dan anak saya saat itu. Di sini tak ada pekerjaan, diajak ke Arab Saudi saya mau. Dan akhirnya bekerja di sana. Terpaksa anak saya titipkan kepada keluarga,” ungkap Suniah.

Awalnya, upah kecil didapat Suniah menjadi pembantu rumah tangga di Negeri para Pangeran itu. Hingga akhirnya upah tersebut mencapai Rp7 juta per bulan.

“Uang saya kirim kepada keluarga setiap bulannya. Untuk anak saya. Alhamdulillah, anak saya sekarang sudah duduk dibangku SMP. Ini saya sedang menunggu jemputan. Anak saya yang jemput, tak sabar ingin melihat wajahnya. Dulunya masih kecil,” lirihnya, menitikkan air mata.

Bagaimana caranya bisa pulang ke Indonesia? Suniah mengaku mendatangi Kedutaan Indonesia di Saudi.

“Demi anak saya pergi, demi anak saya pulang. Saya minta bantu Kedutaan Indonesia untuk dipulangkan. Alhamdulillah, kedutaan membantu saya sampai dipulangkan ke Kalbar. Saya senang tiba di Indonesia. Rindu yang begitu besar dengan Negara kita, keluarga, dan lingkungan yang ada. Terima Kasih ya Allah,” ujar dia.

Rasa haru tak hanya dirasakan Suniah saja. Orangtua salah seorang TKI bernama Fitri, Abdul Malik, pun tidak bisa menahan air mata ketika menjemput anaknya yang 6 tahun bekerja di Arab Saudi.

“Baru kali ini pulang, selama ini hanya bisa bicara lewat telepon. Saya benar-benar bersyukur anak saya bisa pulang ke Pontianak,” ungkapnya.

Malik mengatakan, 6 tahun lalu, Fitri bisa menjadi seorang TKI di Saudi lantaran diajak seseorang. “Beruntung dia bisa pulang. Sudah lama keluarga tidak berjumpa dengannya,” tutur dia.

ORANG KITA LAPAR,

PEKERJAAN MINIM

Ratusan kilometer dari Pontianak, Kapolres Sanggau, AKBP Donny Charles Go, mengaku lagi fokus merazia jalur perbatasan untuk mengantisipasi keluar-masuknya TKI ilegal dari dan ke Malaysia. Tak sendirian, mereka menggandeng BP2TKI dalam operasi itu.

“Itu untuk pencegahannya, karena memang sekarang seperti itu yang bisa kita lakukan,” katanya.

Di Border sendiri, lanjut Donny, anggota Polres juga bekerja sama dengan pihak Bea dan Cukai (BC) mengantisipasi hal tersebut. Mereka yang legal alias melalui PJTKI dengan dokumen lengkap tentu dapat lenggang kangkung.

“Yang kita takutkan inikan, mereka sepertinya berwisata atau mengunjungi, tetapi malah bekerja di sana,” ungkap dia.

Yang menjadi dilema kepolisian adalah di dalam negeri sendiri kurang menyediakan lapangan pekerjaan. “Sekarangkan kalau kita disuruh nangkap-nangkap, sementara orang kita lapar, lalu bagaimana? Jadi menyelesaikannya itu jangan menyuruh polisi nangkap saja, seharusnya siapkan lapangan kerja yang banyak, pasti mereka tidak akan keluar,” tutur Donny.

Laporan: Achmad Mundizrin, Ocsya Ade CP, dan Kiram Akbar

Editor: Mohamad iQbaL

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.