eQuator.co.id – JERUSALEM –RK. Serangan militer besar-besaran Israel di Jalur Gaza bisa dicegah sebelum mengakibatkan kerusakan yang lebih besar. Israel dan Hamas yang merupakan penguasa Palestina di Gaza mencapai kesepakatan gencatan senjata dalam pertemuan yang dimediasi Mesir.
Israel pun sudah menarik status siaga satu di sekitar wilayah konflik tersebut. Dalam AP, pemerintah Israel sudah membuka blokade pantai di Gaza. Sementara itu, warga-warga Israel dipersilakan untuk kembali beraktivitas setelah sebelumnya dilarang keluar.
Hal tersebut terjadi sehari setelah agresi besar-besaran pada pekan lalu. Armada serangan udara yang dikirimkan Israel Sabtu (14/7) merupakan yang terbesar. Kekuatannya hanya kalah oleh serangan pada 2014. Sementara itu, militan Hamas pun melepaskan roket ke wilayah permukiman Israel.
Konflik tersebut mengakibatkan terlukanya dua pemuda Palestina dan empat warga Israel. ”Militer Israel mengeluarkan kekuatan paling besar melawan Hamas sejak 2014. Saya harap mereka bisa mengerti pesan kami,” ujar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Dia menegaskan, gencatan senjata bisa berjalan selama tidak ada gerakan provokatif dari Palestina. Selama beberapa minggu ini, Palestina dinilai Israel melakukan serangan provokatif dengan mengirimkan layang-layang dan balon yang dilengkapi petasan. Benda-benda itu disebut Israel telah merusak kebun dan sawah mereka.
Sementara itu, Juru Bicara Hamas Fawzi Barhoum mengatakan kepada CNN bahwa mereka memang mencari cara untuk menjaga perdamaian di Gaza. ”Sejak awal serangan Israel, berbagai upaya mediasi telah dilakukan untuk menghentikan agresi. Kami telah setuju untuk menghentikan serangan jika mereka (Israel) tidak melanjutkan agresi,” tegasnya.
Selama dua pekan ini, suasana di perbatasan Gaza memang menegangkan. Pemerintah Israel telah menetapkan siaga satu dan menutup perbatasan menuju wilayah yang dihuni warga Palestina. Semua itu berawal dari protes warga Palestina dengan menerbangkan layang-layang dan balon.
Salah seorang pemimpin demonstrasi Palestina yang identitasnya tak mau dibuka mengatakan, bentuk serangan kreatif itu dimulai saat para pemuda yang bosan mulai menerbangkan bendera Palestina dalam layang-layang. ”Kami ingin menarik perhatian lebih. Karena itu, kami ikatkan petasan di sana. Lalu, kami potong supaya bisa menjadi api di sisi lain,” ungkapnya.
Benda-benda tersebut memang tak membahayakan nyawa. Namun, bisa memicu api yang mengakibatkan kebakaran di kebun dan sawah di wilayah Israel. Aksi yang dimulai pada Mei itu menciptakan 450 kasus kebakaran. Membakar 2.800 hektare tanah dan mengakibatkan kerugian hingga USD 2 juta atau Rp 28 miliar. Israel sampai harus mengalokasikan pajak dari Palestina untuk membayar ganti rugi kepada para petani.
Selama penerbangan layang-layang yang dibarengi dengan demonstrasi sejak 30 Maret lalu, aparat Israel telah membunuh 120 orang dan melukai sekitar 3.800 demonstran. Puncaknya adalah aksi besar-besaran pada Sabtu (14/7). (Jawa Pos/JPG)