eQuator.co.id-JAKARTA. BLIBLI Indonesia Open (BIO) 2018 sejauh ini masih menjadi turnamen terbaik di BWF World tour. Tahun ini, panitia penyelenggara BIO, masih mengawinkan konsep entertainment dengan olahraga (sportainment). Bahkan, dengan renovasi yang cukup signifikan di Istora Senayan, panpel lebih leluasa dalam menggeber konsep sportainment.
Pada evaluasi pasca pertandingan final rampung, Darren Parks, Event Director BWF menyampaikan BIO 2018 masih menjadi event terbaik. “Ini turnamen yang fantastik, semua fans datang menyaksikan, juga dukungan mereka,” terangnya.
Sejak 2015 silam, Indonesia Open selalu didapuk sebagai turnamen terbaik. Kemasan sportainment menjadi andalan panpel untuk bisa menarik perhatian penonton yang datang. Selain itu, konsep seperti ini akhirnya juga banyak diduplikasi negara lain dalam menggelar turnamen.
Meskipun dalam perjalannnya, ada beberapa catatan yang terjadi. Seperti laga Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo menghadapi Mads-Conrad Petersen/Mads Pieler Kolding yang berujung kartu kuning pada Kevin. Selepas pertandinganpun, Kevin mendapatkan ancaman kartu hitam yang berarti harus didiskualifikasi.
Atas kejadian tersebut, Achmad Budiharto, Ketua panpel BIO 2018 menyebutkan bahwa itu akan menjadi catatan penting untuk menggelar turnamen serupa di kemudian hari. “Semua kami ambil saksi-saksi dari pemain, kami (PP PBSI, Red) dan BWF,” terang pria yang juga menjadi Sekjen PP PBSI itu.
Gimmick thumbs down Kevin kepada pasangan Denmark pada 8 besar juga menjadi catatan buat PP PBSI. Budi menyampaikan perilaku yang kurang sopan itu akan menjadi perhatian bagi tim pelatih hingga Kabidbinpres PP PBSI, Susy Susanti, agar tidak terulang lagi. (Jawa Pos/JPG)