Sedih Kalau Diusir, Bahagia Jika Ada Request Lagu

Tersiram Air Keras, Jadi Pengamen Tuna Netra

Tersiram Air Keras, Jadi Pengamen Tuna Netra
Tersiram Air Keras, Jadi Pengamen Tuna Netra

Keterbatasan fisik bukan halangan untuk mencari nafkah. Bahkan bagi mereka yang tidak bisa melihat sekalipun.

Suci Nurdini Setiowati, Pontianak

eQuator.co.id – Edwin merupakan penyandang tuna netra. Warga Gang Muria Jalan Komyos Soedarso Kecamatan Pontianak Barat ini kehilangan penglihatannya sejak empat tahun lalu. Penglihatannya hilang lantaran tersiram air keras oleh temannya.

“Ndak tau lah. Die (temannya) ndak sengaje buka air keras, lalu saya tekena,” ungkap Edwin kepada Rakyat Kalbar saat ditemui sedang mengamen di Jalan Gusti Hamzah, Pontianak, Jumat (6/7).

Lelaki 55 tahun ini awalnya sebagai pemain musik di grup band. Spesialisnya bermain keyboard. Dia juga bisa bernyanyi.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sejak tiga tahun terakhir Edwin memutuskan jadi pengamen jalanan. Selama mengamen, banyak suka duka yang dialaminya. Dukanya ketika diusir dan dicemooh. Sedangkan yang membahagiakan ketika orang mengajaknya duduk dan request lagu. “Kadang diusir orang, kadang toko-toko ndak boleh masuk,” lirihnya.

Edwin mengamen dari pagi hingga sore. Dituntun saudara iparnya, Ahmad, mereka berjalan mengelilingi Kota Pontianak. “Kalau ndak hujan kerjanya sampai sore. Biasa ke Sudirman, Flamboyan,” tutur Edwin.

Edwin juga pernah mengamen hingga ke luar Kota Pontianak dan Kalbar. Sekitar satu tahun lalu, dia diajak temannya ke Sintang, Ketapang dan Palangkaraya. Asal ada penginapan,” ucapnya.

Edwin memegang prinsip, menjadi pengamen lebih baik daripada minta-minta atau mengemis. Jadi pengamen tidak sekedar menyanyi lagu yang ia sukai, namun juga harus mengikuti kemauan para pendengar. “Bawa lagu dangdut kadang lagu pop juga. Ikutin zaman karena orang kan suka lagu dangdut,” tuturnya.

Penghasilan yang didapatnya dari mengamen tidak menentu. Sehari bisa Rp100 ribu, Rp200 ribu. “Kalau hari-hari besar bisa sampai Rp400 ribu-Rp.500 ribu,” ungkap Edwin.

Edwin merupakan duda. Ia dengan istrinya sudah bercerai sejak lima tahun lalu. Dia pun mengaku sedih di masa tuanya tidak memiliki keturunan.

Harapannya kini cukup sederhana. Dia berharap bisa mendapatkan teman hidup yang baru. Agar kelak ada yang mengurusnya.

“Udah banyak contohnya, ndak ada anak, jadi ga ada yang ngurusin. Ponakan dah kawin semua, nanti ga ada yang tungguin.” Tutup Edwin. (*)

 

Editor: Arman Hairiadi