Auman knalpot racing sudah seperti nyanyian syahdu di sirkuit balap Pasir Panjang, Singkawang, Minggu (24/6). Dalam ajang “Jurnalis Matic Race Cup 2018”.
Rizka Nanda, Singkawang
eQuator.co.id – Puluhan spanduk bertuliskan nama media, lokal maupun nasional, tertempel di sepanjang pagar sirkuit. Para peserta yang berada di garis start sudah seperti kelaparan. Siap “memakan” aspal dengan sepeda motor kebanggaan masing-masing.
Saya belum pernah berpengalaman liputan balap motor. Memilih berdiri di pojok tribun penonton. Memperhatikan setiap gerak-gerik para pembalap itu. Sambil sesekali mengabadikan momen yang dianggap penting.
“Saya sangat mendukung sepenuhnya kegiatan jurnalis cup ini. Karena baru pertama kalinya jurnalis membuat event race dan sangat bermanfaat untuk menambah jam terbang atlet kita di Kalbar,” ungkap Ketua KONI Kota Singkawang, Lily Andri, kepada saya.
Lily menyatakan, Jurnalis Matic Race Cup juga dapat dianggap sebagai pembuka acara Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Kalbar pada September mendatang. Yang akan diselenggarakan di sirkut lebih kurang serupa. Yang menjadi tuan rumahnya: Kabupaten Sintang.
“Event ini bagi saya sangat menarik. Sekarang jurnalis sudah turun tangan di dunia otomotif. Mereka berani dan komunitas lain harus bisa seperti para jurnalis ini. Kalau untuk insan otomotif dan olahraga kita junjung sportifitas tinggi,” tukasnya.
Pada ajang Jurnalis Matic Race Cup ini, ia mengikutsertakan dua orang putranya: Andrea Aprillia dan Rafli. Masing-masing baru berusia 14 dan 6 tahun.
“Andre itu baru main (balapan,red) satu tahun setengah, sudah 2 kali juara umum kemarin di mp5 dan mp6 pemula tingkat Kalbar. Karena andre itu main region 4, ia sudah banyak jam terbang,” tutur Lily. “Kalau si Rafli, kalau abangnya latihan, ia juga ikut latihan,” sambungnya.
Sebagai mantan pembalap, meneruskan bakat kepada anak adalah sesuatu yang lumrah. Pun itu berlaku bagi setiap orangtua. Asalkan si anak sendiri juga memiliki kemauan yang sama.
Hingga saat ini, ada 10 unit motor balap yang sudah dimodif (modifikasi) di rumahnya. Saya pun penasaran dengan dua orang putra Lily. Sehingga meminta untuk dipertemukan.
Oalah.., ketika melihat Rafli, rasa gemas tak terelakkan. Bagaimana tidak, bocah berumur 6 tahun itu sedang asik mengendarai motor berukuran mini dengan tinggi sekitar lutut orang dewasa. Tubuhnya mungil. Dengan wearpack warna ungu dan rambut jabrik. Menambah kegemasan setiap orang yang melihatnya.
“Rafli gak takut naik motor?” tanya saya.
Pertanyaan itu hanya mendapat jawaban sebuah gelengan kepala. Tidak, ia tidak takut.
“Siapa yang ngajarin naik motor?” tanya saya lagi. “Om Nain,” jawabnya membuka suara.
Kata sang ayah, Om Nain itu adalah saudaranya. Dari bibir sang ayah pula didapat informasi bahwa harga motor mini yang digunakan oleh Rafli di kisaran Rp3.000.000.
Sedangkan sang abang, Andre, bercita-cita jadi seorang pembalap handal sejak kecil. Hal tersebut juga diakuinya karena termotivasi ayahnya.
Selama setahun bergelut di bidang balap, diakuinya, banyak kisah di balik setiap perlombaan. Yang paling tidak bisa dilupakan Andre adalah final kejurda balap di Pontianak.
“Berebutan poin dengan pembalap Pontianak, terus jatuh, kaki gak bisa gerak nginjak rem, dan tetap paksakan diri main, tapi Alhamdulillah, bisa dapat juara satu,” kenangnya.
Bagi Andre, jika ingin terus menjadi pembalap yang handal, harus rajin dan tekun berlatih. Serta tetap rendah diri.
Ditemui di kesempatan berbeda, Wakil Wali Kota Singkawang, Irwan menegaskan, Pemerintah Kota (Pemkot) Singkawang sangat mengapresiasi dan mendukung acara ini. Sebab, secara tidak langsung jadi ajang untuk mempopulerkan atau mempromosikan Singkawang sebagai kota kunjungan wisata. Yang nyaman bagi semua orang.
“Prinsipnya kami akan selalu mensupport, namun kami ingatkan komunikasi itu penting sehingga kami dapat membantu apa yang bisa kami lakukan untuk kelancaran acara ini, tidak hanya ini, semua acara juga,” papar Irwan.
Ia senang dengan konsep kegiatan yang mengemas promosi muatan budaya Kalbar, khususnya Kota Singkawang, dalam balutan balapan. “Hal tersebut bisa dilihat dari umbrella girl (wanita pembawa bendera masing-masing pembalap,red) yang mengenakan baju adat. Yang menggambarkan keberagaman suku dan etnis di Kalbar,” paparnya.
Rasa senang itu berlanjut, karena pada waktu yang sama pihak penyelenggara bersama dengan aparat dan Pemkot Singkawang melaksanakan deklarasi pilkada damai. Bersama masyarakat yang menonton pula.
“Dari kegiatan ini juga bisa membuka mata publik yang lain, bahwa kita sepakat, yang tadinya dianggap sebagai daerah rawan konflik Pilkada, melalui kegiatan olahraga ini kita bisa mengusung Pilkada damai,” jelas Irwan.
Ia berharap kegiatan serupa terus berlanjut. Dan berjanji Pemkot Singkawang akan mensupport.
“Mudah-mudahan semakin tahun semakin baik,” harapnya.
Roadrace akbar ini pun mendapat apresiasi tinggi dari pengelola objek wisata Palapa Beach, Singkawang, Sukartaji. Ia menginginkan kegiatan ini tidak hanya dilakukan sekali saja.
Pria berusia 60 tahun itu berharap persiapan panitia penyelenggara bisa lebih matang pada event selanjutnya. Caranya, kata dia, dengan sering berkomunikasi dengan pihak pengelola yang sudah 40 tahun mengelola objek wisata ini.
“Ini kan baru pertama, jadi wajar jika ada yang kurang dikit. Tapi saya tetap bangga karena kegiatan ini bisa berjalan dan meriah,” tuturnya.
Setelah bincang-bincang ringan tersebut, saya memutuskan berkeliling di sekitar area sirkuit. Walau cuaca hujan rintik-rintik, area sekitar sirkuit ramai. Dipenuhi anggota klub motor dan penonton dari seluruh Kalbar. Warna-warni pakaian serta rambut menjadi penghias mata.
Kegiatan akbar ini sepertinya juga memberikan lapangan rezeki bagi para pedagang kaki lima. Yang sudah setia berjejer dengan rapi mencari tempat mangkal masing-masing. Ketika asyik mutar-mutar, saya pun bertemu dengan satu di antara peserta asal Pontianak. Namanya Achmad.
Ia menuturkan dirinya sudah sering mengikuti berbagai roadrace. Ia pun datang membawa sepeda motor matic beat. Sepeda motor itu sudah dimodifikasi sesuai standar.
“Kalau saya, stangnya saya setel berat. Karena bisa menghindari goyang di jalan yang tidak rata. Begitu juga bisa tetap seimbang ketika tersenggol lawan dijalan,” ungkap Achmad.
Pernyataan Achmad ternyata tak main-main. Karena penasaran, saya pun sempat mencoba menggunakan motor yang sudah siap ngeng-ngeng di sirkuit. Bukan main beratnya, kalau tak terbiasa bisa jatuh. Bisa terpelanting.
Tarikan gasnya pun lumayan berat. Mungkin berfungsi agar suara knalpot racing yang dipasang bisa lebih membahana.
Kembali ke Achmad. Dibutuhkan waktu 2 bulan latihan untuk melaju di sirkuit balap Jurnalis Matic Race Cup 2018 ini. Dibina oleh club Andi Start Racing (ASR). Ia memiliki jadwal tetap latihan di sirkuit GOR Pangsuma, Pontianak. Pada Senin, Selasa, Kamis, dan Minggu sore.
“Dua bulan itu latihan terus, jadi kalau motor rusak perbaiki dulu. Untuk modal dari modif motor, perbaikan dan kebutuhan lain, habis-habisnya sepuluh jutaan lah. Uang itu juga didapat berkat dukungan kawan-kawan ASR,” terang dia.
Pria berusia 22 tahun itu mengaku sudah menggemari dunia balap sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sebelum bergabung dengan klub motor resmi, ia telah puas melewati masa-masa balap liar di jalan raya.
“Dulu itu saya sering ikut balap liar di Ayani 2 dan depan Masjid Mujahidin. Sering kali berkeliaran,” beber Achmad.
Menurut pengalamannya, balap liar itu biasanya dilengkapi juga dengan taruhan sebagai hadiah. Pahit manis dunia balap liar pun telah dirasakannya. Seperti dikejar aparat kepolisian kemudian diberi peringatan.
Ketika ditanya, tidak takut mati kah? Achmad ringan menjawab, kalau sudah waktunya mau diapakan lagi.
“Ya semua orang pasti takut yang namanya jatuh, berani berbuat harus berani tanggung jawab juga,” tegasnya.
Setelah melalui jalan yang cukup panjang, Achmad pun akhirnya meluruskan niat dengan ikut ajang balapan resmi. Ajang balap resmi pertamanya yakni kejuaraan drag bike 201 meter tingkat provinsi. Mulai dari situlah, hingga kini pria berambut klimis itu meneruskan hobinya di jalan yang benar.
PEMBALAP PEREMPUAN
UNDANG DECAK KAGUM
Usai berbincang dengan Achmad, saya lanjut berkeliling. Pusing-pusing, kata Orang Malaysia. Tampak para mekanik sedang sibuk mengotak-atik motor pembalap mereka. Namun, ada yang menarik perhatian saya ketika berjalan di depan selasar kamar hotel.
Seorang pembalap wanita tampak sibuk mengenakan wearpack. Namanya Nursafila. Tak tanggung-tanggung, Fila, sapaan karibnya, membawa dua unit motor untuk dua jenis lomba yang berbeda sekaligus.
“Saya bawa motor dua, satu untuk main kelas cewek, satunya lagi untuk main kelas 125,” ujar Fila.
Ketika ditemui, ia sedang mengenakan wearpack. Paduan seragam balapnya itu berwarna merah, hitam, biru, dan putih. Plus jilbab berwarna ungu muda dilapisi helm warna kuning. Mereka adalah teman setia Fila di setiap tarikan gas yang dihelanya dalam setiap balapan.
“Dengan Jurnalis Matic Race Cup ini. Sudah tiga kali saya ikut kejuaraan balap motor resmi. Sebelumnya itu saya pernah ikut Kejurnas dan ajang lomba YCR. Meski belum pernah menang tapi saya tetap terus berlatih,” ungkapnya.
Siapa sangka, wanita tangguh ini baru berumur 14 tahun. Usianya memulai balapan lebih dini dari itu. Hal pertama yang memotivasi Fila, ternyata menonton balap melalui siaran televisi.
“Inspirasi saya dari pembalap perempuan itu Silvia Ubey,” lugasnya.
Perempuan asal kabupaten Mempawah ini mengakui hobi yang dilakoninya saat ini terbilang ekstream. Untuk itulah, ia memilih untuk menyalurkan hobi ini pada ajang yang sudah memiliki izin resmi.
Tempat menyalurkan yang tepat sudah ditemui, ada tantangan lainnya. Izin orangtua. Ia mengaku sempat kesulitan untuk mendapatkan itu. Terutama dari sang ibu. Alasan terbesar orangtua melarang adalah karena dirinya seorang perempuan. Dan, tentu saja, risiko balapan yang besar.
“Meski begitu, saya tetap kekeuh memberikan penjelasan kepada mama saya. Jadi saya juga bilang, dari pada adek balap di jalan, mending balap di sirkuit. Lumayan lama mereka menimbang, akhirnya mendapat dukungan penuh juga,” cerita siswi SMP Negeri 3 Sungai Kunyit itu.
Untuk persiapan Jurnalis Matic Race Cup, Fila membutuhkan waktu latihan selama dua minggu terakhir. Sebelum hari-h pencoblosan. Eh, perlombaan.
Tak hanya latihan fisik saja. Dia dibantu tim mekanik. Dua unit motor yang akan digunakan dalam ajang perlombaan pun harus dimodif sesuai dengan aturan balap.
“Saya tetap optimis pada setiap perlombaan. Apapun hasilnya itulah yang terbaik. Intinya kalau orang bise, ngape kite tadak?,” tuturnya.
Berbicara modal, diakui dia, memang cukup merobek isi kantong. Merogohnya cukup dalam. Seperti harga wearpack yang dikenakannya saat itu bernilai kurang lebih Rp5.000.000. Sedangkan untuk harga modifikasi motor, ia mengaku tidak mengetahui harganya.
“Kalau untuk persiapan motor, kita tau terima bersih saja, hehe..” jelasnya.
Di akhir cerita, siswi yang sedang duduk di bangku kelas dua SMP ini berpesan kepada para anak sebayanya yang masih gemar balapan liar di jalan raya, untuk berhenti. Karena keselamatan dalam berkendara adalah hal utama untuk sebuah ajang balap.
“Cobalah sadar, seandainya kite masih sayang nyawe, kite berpikir, seharusnya kite tu ndak usah balap ke jalan, tak osah kebut-kebutan, kalau kite mau bebalap, ade lapangannye sorang,” pungkasnya Fila.
Kehadiran Fila dan pembalap wanita lain itu juga menambah takjub Wakil Walikota Singkawang Irwan. Saat berbincang sebelumnya, Irwan sempat mengungkapkan kekagumannya terhadap salah satu mata lomba yang mengikutsertakan pembalap wanita di dalamnya.
“Kami dengan Forkopimda agak kaget dan merasa itu luar biasa. Ini adalah kejutan banget. Mudah mudahan, harapan kita, dengan tampilnya gender selain lelaki yang mengikuti race, bisa memotivasi yang lain,” ungkapnya.
Ia mengatakan, ajang balap ini adalah kegiatan yang positif dan harus didukung oleh semua pihak. Karena tidak menutup kemungkinan di Kalbar masih banyak anak-anak muda yang pergaulannya di luar batas. Seperti narkoba, seks bebas, serta ikut bergabung dalam kelompok tidak terpuji.
“Dengan adanya hal ini, kita harap hobi mereka dapat tersalurkan di jalur yang benar, kita tidak boleh menganggap ajang balap ini adalah hal yang tidak lumrah,” pungkas Irwan. (*)
Editor: Mohamad iQbaL