eQuator.co.id – Pontianak-RK. Muhammad Iin begitu ramah ketika disambangi jurnalis Rakyat Kalbar pada Jumat (22/6) sore. Ia mengatakan bahwa sebelum bertemu dirinya sedang mengerjakan beberapa agenda.
“Kegiatan sehari-hari lagi susun skripsi. Lalu ada buka orderan bikin kartun wajah dan lain-lain,” ujar Iin saat ditanya mengenai kesehariannya.
Pemuda ini dikenal sebagai Koordinator Relawan Nusantara yang berafiliasi dengan lembaga amil zakat Rumah Zakat. Karena kedekatannya dengan lembaga zakat tingkat nasional itu, maka orang-orang banyak mengenalnya sebagai Relawan Rumah Zakat.
“Sebenarnya dulu beberapa kali ganti nama. Terakhir ya Relawan Nusantara alias Relawan Rumah Zakat. Tim ini bergerak di bidang kemanusiaan serta penanggulangan bencana,” ucap Iin sambil tersenyum.
Sedangkan ketika pertama kali bergabung dengan komunitas ini pada 2015 silam, Iin menuturkan bahwa dirinya telah banyak ikut serta dalam kegiatan relawan. Terutama saat terjadi banjir di Kapuas Hulu pada Desember 2017.
“Saat itu, kami sampai disuruh balik lagi. Karena ada beberapa titik di sana yang belum mendapatkan bantuan,” kenangnya.
Sementara itu, ketika disinggung ihwal apa saja program Relawan Rumah Zakat, Iin menjelaskan ada program dari pusat serta ada pula program yang dibuat oleh cabang.
“Untuk program dari pusat kami menitikberatkan pada dukungan untuk cabang Rumah Zakat. Kalau program tetapnya ada program bagi-bagi nasi bungkus. Tapi untuk saat ini lagi vakum dulu, karena masuk bulan Ramadan dan sedang mengalami perubahan mekanisme program,” ulasnya.
Sedangkan program berikutnya adalah rekrutmen. Untuk proses perekrutan sudah ada prosedurnya. Yaitu, usia minimal 18 tahun dan maksimal 35 tahun serta diutamakan beragama Islam. Tapi, ada juga calon relawan yang mendaftar ternyata berusia lebih dari 35 tahun dan beragama non Islam.
“Contoh relawan yang bukan beragama Islam itu ada di Manado. Muslim di sana memang sedikit,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Iin menambahkan, program relawan berikutnya adalah Indonesia Mendongeng. Kegiatan ini dilakukan setiap 25 Desember. Tujuannya untuk mengisi waktu libur dengan kegiatan yang positif.
“Mendongeng itu sebenarnya bagus dan positif. Dengan itu, ada pesan moral yang bisa kita sampaikan. Tentunya kita juga bisa memasukkan muatan-muatan dakwah di dalamnya. Sayangnya mendongeng kini mulai ditinggalkan. Untuk kegiatan ini biasanya kami adakan di Kantor Balai Kajian Sejarah,” jelasnya.
Untuk program relawan dari Cabang Pontianak, Iin mengatakan bahwa timnya tengah menggalakkan program yang bernama Gerakan Masjidku Bersih, Sehat dan Rapi (Gema Bersih Hati). Gerakan ini berupa kegiatan membersihkan masjid-masjid terutama yang berada di bantaran Sungai Kapuas.
“Dalam waktu dekat kami akan turun lagi untuk Gema Bersih Hati,” imbuhnya.
Reporter: Bangun Subekti
Redaktur: Andry Soe