Pengusaha Malaysia Sumbangkan Mushaf Sulaman Pertama untuk Indonesia

Karena Hubungan Baik dengan Din dan Muhammadiyah

MUSHAF SULAMAN. Din Syamsuddin (kiri), bersama pengusaha Malaysia, Tan Sri Lee Kim Yew, menunjukkan mushaf Alquran sulaman yang diberikan untuk Indonesia, di Jakarta, Senin (4/6). Miftahulhayat-Jawa Pos

eQuator.co.idMushaf Alquran yang diperlihatkan Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaraagama dan Peradaban, Prof Din Syamsuddin, itu begitu spesial. Dibuat dengan teknik sulaman Hui tingkat tinggi berbahan sutera oleh pengrajin Tiongkok.

Penggagas pembuatan Alquran itu adalah seorang pengusaha Malaysia bernama Tan Sri Lee Kim Yew, penganut Konghucu yang taat. Mushaf itu jadi lambang hubungan erat antara budaya dan agama.

Sore kemarin di sela-sela dialog Islam-Konghucu di Hotel Mandarin Oriental, salah satu musaf itu diperlihatkan. Mushaf itu lembaran kain warna hijau untuk sisi luar.

Sedangkan sisi dalam berwarna dasar putih campuran soft satin dan 50 persen sutera. Tulisan arab dibentuk dari sulaman benang hitam dengan bentuk khat naskh tebal yang biasa dipergunakan dalam mushaf Pakistan. Tiap satu juz dibuat dalam satu gulung sepanjang 17 meter dengan lebar 50 cm.

Din Syamsuddin menuturkan, awalnya Tan Sri Lee berniat untuk menghibahkan mushaf tersebut kepada umat Islam melalui Raja Arab Saudi. Karena hubungan yang sudah terjalin dengan baik, ia menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Akhrnya, Tan Sri Lee sepakat untuk menyerahkan kepada Indonesia.

”Ini sungguh yang pertama dan satu-satunya di dunia,” ujar Din. Rencananya penyerahan itu secara langsung akan diberikan kepada Presiden Joko Widodo dalam acara Nuzulul Quran di Istana Negara.

Setelah Alquran tersebut diterima, Din berharap mushaf itu tidak akan disimpan begitu saja.  Tapi akan ditempatkan di ruangan pamer sehingga bisa dilihat oleh masyarakat umum.

”Kalau bisa jangan disimpan dalam gulungan-gulungan ndak dibuka-buka,” pintanya.

Tan Sri percaya bahwa Islam adalah salah satu agama yang sangat penting di dunia. Ajarannya yang bersumber dari Alquran bukan hanya baik untuk muslim. Tapi juga untuk dunia.

”Bagi saya Alquran  sebenarnya itu adalah sebuah obat. Bukan hanya bagi muslim tapi juga non muslim,” ujar pria yang punya usaha di bidang properti, pendidikan, dan kesehatan itu.

Dia menuturkan, memberikan hadiah itu kepada Indonesia karena hubungan yang baik dengan Din dan Muhammadiyah. Tan Sri mengungkapkan, seni sulam dipilih karena punya nilai seni yang begitu tinggi di Tiongkok. Karena sudah berusia ratusan tahun. Dia juga memahami filosofi di lingkungan muslim, tuntutlah Ilmu sampai ke negeri China.

”Kesulitan pembuatannya karena harus benar-benar teliti. Dicek berulangkali. Tidak boleh keliru,” ungkap Tan Sri.

Dibutuhkan sekitar 40 orang penyulam yang bekerja selama sekitar 3 tahun. Setiap hari tiap pekerja menyulam tiga baris. Dr. Ghilmanul Wasath, dosen UIN Syarif Hidayatullah, yang hafal Alquran diminta oleh Din untuk mengecek sulaman Alquran yang telah selesai.

”Kita lihat bagaimana mereka komunitas muslim ini menyulam., Sekalipun pengetahuan mereka tentang Alquran itu terbatas tapi ada semangat dari mereka,” ujar Ghilman. (Jawa Pos/JPG)