eQuator.co.id – Bengkayang-RK. Sedang berdakwah di Masjid Al-Taqwa Dusun Kendaik Desa Cempaka Putih Kecamatan Suti Semarang Kabupaten Bengkayang, rombongan Jamaah Tabligh (JT) diangkut polisi ke Mapolsek Bengkayang, Jumat (1/6). Mereka diangkut lantaran adanya laporan warga setempat mengenai keberadaan warga India dalam rombongan JT tersebut.
“Atas adanya laporan warga terkait kehadiran WNA asal India yang melakukan dakwah di Masjid Al-Taqwa kami segera melakukan pemantauan di lapangan. Petugas kita pun menemukan WNA Asal India, sehingga segera kita amankan,” ungkap Kabag Ops Polres Bengkayang Kompol Paino kepada Rakyat Kalbar di Mapolres Bengkayang, Sabtu (2/6).
Bersama delapan warga India itu, diperiksa pula H. Khoiril, asal Sanggau Ledo Bengkayang dan Hamzah asal Kota Pontianak selaku penterjemah. Termasuk Uray Lia, warga Dusun Kendaik Desa Cempaka Putih selaku pemilik motor air yang membawa rombongan JT.
Pada pemeriksaan, delapan warga India dilengkapi dengan pasport dan identitas kelengkapan lainnya. Mereka sudah 20 hari berada di Kalbar. “Kami telah mintai keterangan dan kami sudah melakukan pengecekan kelengkapan administrasinya berupa paspor dan identitas lainnya,” ujarnya.
Selanjutnya kata Paino, warga asing tersebut diberi pembinaan. Bahwa setiap kegiatannya di Indonesia agar terlebih dahulu melapor. Baik di tingkat RT, dusun, desa dan kecamatan.
Sebelum di Bengkayang, rombongan JT ini terlebih dahulu melakukan kegiatan yang sama di Kabupaten sambas. Setelah ini, mereka rencananya akan ke Kota Singkawang.
“Setelah dilakukan pemeriksaan, mereka dipersilahkan melanjutkan dan berdasarkan keterangan dari penterjemah yang saat pemeriksaan mereka akan melanjutkan aktivitasnya ke Kota Singkawang,” terang Paino
Terkait ini dia mengimbau masyarakat Bengkayang tetap tenang dan menjalankan aktivitas seperti biasa. Laporkan segala sesuatu yang dicugai kepada aparat kepolisian. Pihak Kepolisian tetap akan memberikan perlindungan dan rasa aman kepada masyarakat.
“Jangan ada warga yang bertindak sendiri tanpa mengetahui persis permasalahan yang terjadi dan sebaiknya berkoordinasi dengan aparat terdekat,” tutup Paino.
Sementara itu, Khoiri menuturkan, delapan warga India tersebut sudah 20 hari berada di Bengkayang. Tujuan mereka ke Bumi Sebalo tidak lain sekedar berdakwah. “Kami tidak melakukan kegiatan yang bertentangan. Tujuan kami dakwah,” tegasnya.
JT kata dia, tidak boleh bicara politik, khilafiah atau perbedaan antar ulama. Kemudian tidak boleh meminta sumbangan atau derma dan bicarakan aib masyarakat setempat.
“Itulah inti ajaran yang sering kita sampaikan kepada jamaah dan perbedaannya dengan yang lain,” lugas Khoiri.
Terpisah, ditemui Masjid Quba Jalan Parit Haji Husin 2 Kota Pontianak, salah seorang anggota JT, Kosim mengaku tidak tahu pasti mengenai kejadian rekan mereka yang sempat diamankan polisi di Mapolres Bengkayang. “Kami tidak begitu tahu tentang berita itu,” jawabnya kepada Rakyat Kalbar, Minggu (3/6).
JT yang berpusat di Masjid Quba itu tidak pernah melakukan kegiatan selain dakwah keliling dan mengajarkan agama. Dicurigai bahkan ditolak oleh kelompok masyarakat sudah biasa pihaknya alami. “Bila keadaannya sudah demikian, kami pilih mundur saja. Kami tidak ingin membuat masyarakat menjadi resah,” tuturnya.
Namun kata Kosim, ada kalanya masyarakat tertarik dengan kehadiran mereka. Terlebih apa yang mereka bawa tidak mengatas namakan aliran atau jamaah lain. Tetapi benar-benar dakwah Islam. Dengan metode itu, mereka mampu mengubah paradigma masyarakat yang beranggapan JT adalah kelompok yang tertutup.
Namun saat diajak bicara politik, jawaban Kosim enggan berkomentar. Pasalnya, mereka tidak diperbolehkan bicara mengenai politik atau masalah-masalah khilafiyah.
“Yang begitu-begitu cukup tahu saja, nggak perlu dibahas di muka publik. Karena hal itu justru akan memecah umat nantinya. Kami nggak mau seperti itu,” paparnya.
Pantauan Rakyat Kalbar, apa yang dikerjakan anggota JT hanya sekedar melakukan amaliyah. Mengisi bulan puasa seperti Salat Sunnah, Tilawah dan Tadabbur Alquran serta diskusi-diskusi kecil mengenai program kerja mereka untuk melakukan Safari Dakwah. Tidak ada membicarakan hal-hal kekinian, seperti peristiwa bom di Surabaya atau penangkapan anggota JT oleh kepolisian Bengkayang.
“Yah, kita tau sendiri lah bahwa para teroris itu memang bukanlah bagian dari jamaah mana pun yang menjalankan Sunnah Rasulullah. Kalau mereka bagian dari kami, tentu kegiatan kami ini tidak diapresiasi oleh masyarakat bahkan Kapolda Kalbar sekali pun,” tukas Kosim.
Di akhir wawancara, Kosim mengajak masyarakat untuk sama-sama datang dan melihat sendiri bagaimana kegiatan mereka di masjid dan luar masjid.
“Silahkan saja datang ke sini. Lihat sendiri bagaimana kami menjalankan aktivitas. Ada kajian Ta’lim, pembahasan kegiatan dakwah keliling dan juga manajemen bagi anggota yang hendak dakwah keliling mengenai pengaturan nafkah bagi keluarga yang ditinggal sementara. Lengkap semuanya,” demikian Kosim.
Laporan: Kurnadi, Bangun Subekti
Editor: Arman Hairiadi