Pilot Garuda Kembali Ancam Mogok

Dirut: 100 Ribu Penumpang per Hari Bisa Terimbas

Ilustrasi : Internet

eQuator.co.idJAKARTA-RK. Ketua Umum Serikat Pekerja Garuda Indonesia (Sekarga) Ahmad Irfan mengungkapkan karyawan dan para pilot sudah menggelar pertemuan lanjutan pada Rabu (30/5). Pertemuan dari sore sekitar pukul 16.00 hingga pukul 21.00 di Pilot House itu diikuti tak kurang dari 250 orang karyawan dan pilot.

“Pertemuan itu untuk menindaklanjuti tuntutan kami pada awal Mei lalu. Serta soal rencana mengadakan mogok,” ujar Irfan yang dihubungi Jawa Pos, Kamis (31/5).

Tapi, rupanya pertemuan itu didengar oleh pemerintah. Kemarin siang hingga sore para pengurus Sekarga pun diajak wakil dari pemerintah untuk membicarkaan persoalan-persoalan yang dirasakan para karyawan dan pilot. Semuanya berkaitan dengan perbaikan pengelolaan Garuda Indonesia agar lebih baik lagi.

“Sore tadi (kemarin, Red) sudah bertemu. Pemerintah sudah mendengar dan persoalan akan diselesaikan satu persatu. Akan ada pertemuan-pertemuan lanjutan,” imbuh dia.

Pria yang juga ketua Federasi Serikat Pekerja Sinergi BUMN itu menuturkan bahwa memang mereka berencana untuk menggelar mogok massal. Tapi, tujuan utama mereka sebenarnya bukan untuk mogok. Melainkan, untuk perbaikan Garuda Indonesia. Kalaupun benar-benar akan mogok, maka aka nada pemberitahuan sebelumnya.

“Perkiraan (rencana mogok) pas arus balik. Tapi, kalau itupun jadi kami seminggu sebelumnya akan memberitahukan kepada publik lewat media dan ke Kementerian Tenaga Kerja,” tegas Irfan.

Pada 2 Mei lalu, Sekarga dan Asosiasi Pilot Garuda (APG) menggelar konferensi pers di Restoran Pulau Dua, Jakarta. Pada saat itu mereka memberikan waktu 30 hari kerja kepada pemerintah untuk memenuhi tuntutan para karyawan dan pilot. Tuntutan utamanya adalah perbaikan manajemen Garuda Indonesia.

Sementara itu Presiden APG Capten Bintang Hardiono menuturkan pihaknya juga masih menunggu tanggapan dari pemegang saham atau pemerintah untuk memenuhi tuntutan para pilot. ”Karena sesuai pres release  tertanggal 2 Mei menunggu 30 hari kerja, dengan harapan Pemerintah bisa menyelesaikan Permasalahan GA,” ujar dia.

Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Pahala N Mansury mengatakan, pihaknya masih terus berkomunikasi dengan pilot Garuda untuk menghindari adanya upaya pemogokan.

Sebab, menurutnya sebagai maskapai Garuda Indonesia memiliki tugas utama untuk melayani masyarakat sebaik-baiknya. Terutama saat masa peak season. Selain itu, adanya pemogokan otomatis akan berpengaruh terhadap 75 ribu hingga 100 ribu penumpang yang setiap hari terbang bersama Garuda.

“Apalagi sudah pasti masyarakat punya tuntutan yang tinggi. Kita yang paling utama di direksi dan manajemen memastikan bahwa masyarakat mendapatkan pelayanan yang sebaik-baiknya. Dan ini yang terus kita komunikasikan dan disampaikan kepada mereka ayo sama-sama kita coba cari jalan keluarnya,” urai Pahala.

Dari sisi kinerja, Garuda Indonesia memang terus melakukan upaya efisiensi untuk menekan tren negatif neraca keuangan perseroan. Hingga triwulan pertama 2018 perseroan berhasil memangkas nilai kerugian sebanyak 36,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kerugian Garuda pada triwulan pertama 2018 mencapai USD 64,3 juta atau Rp 868 miliar (kurs Rp 13.500,00) turun dari periode sama tahun lalu sebesar USD 101,2 juta atau Rp 1,366 triliun.

Perusahaan dengan kode dagang GIAA ini menargetkan dapat meraih laba sebesar USD 8,7 juta pada 2018. Pendapatan perseroan pun mengalami peningkatan sebesar 7,9 persen (YoY) dari USD 910,7 juta menjadi USD 983 juta pada triwulan pertama 2018. Pertumbuhan positif ditunjang oleh capaian peningkatan anak usaha seperti Citilink maupun Garuda Maintence Facility (GMF) sebesar 28,4 persen. Serta capaian pendapatan kargo yang tumbuh sebesar 9,1 persen menjadi USD 61,3 juta (YoY).

Pihaknya juga membidik pendanaan dari global bond sebesar USD 750 juta pada tahun ini. Selain penerbitan global bond perseroan juga akan melakukan sekuritisasi terhadap rute-rute tertentu yang diproyeksikan terus meraup untung dalam beberapa tahun ke depan. Sekuritisasi maupun global bond dilakukan untuk merefinancing beberapa utang yang akan jatuh tempo. “Fokus kami melakukan pencarian cost of fund yang lebih murah,” ujar Pahala.

Pihaknya mencatat, perseroan memiliki utang jatuh tempo pada tahun ini senilai Rp 2 triliun. Serta pada 2020 mendatang akan ada utang jatuh tempo senilai USD 500 juta. Respon terhadap kenaikan harga minyak dunia juga dilakukan oleh Garuda beserta Inaca (Indonesia National Air Carriers Association) dengan mengusulkan kenaikan tarif batas bawah untuk maskapai penerbangan.

Sebab, kenaikan harga minyak mentah dunia yang mendorong kenaikan harga avtur dan terdepresiasinya nilai tukar Rupiah. Pada Januari 2016 ICP (Indonesia Crude Price) mencapai USD 27,49 per barel. Sedangkan saat ini ICP sudah menembus USD 67,43 per barel. Apalagi porsi bahan bakar terhadap seluruh biaya operasional Garuda mencapai 30,1 persen.

Biaya operasional Garuda sendiri pada triwulan pertama 2018 mengalami kenaikan sebesar 2,5 persen dari USD 1,023 miliar menjadi USD 1,049 miliar. Peningkatan biaya operasional terdongkrak oleh kenaikan biaya perawatan dan bahan bakar. Biaya bahan bakar Garuda pada periode tersebut mengalami kenaikan 8,1 persen dari USD 292,3 juta menjadi USD 316 juta. “Jadi, pendapatan kita naiknya tidak diimbangi dengan kenaikan biaya kita yang lebih besar,” imbuh Pahala.

Ia mengaku jika Garuda bersama dengan Inaca (Indonesia National Air Carriers Association) telah menyampaikan usulan tersebut kepada Kementerian Perhubungan. Saat ini, pihaknya masih menunggu keputusan dari Kementerian Perhubungan terkait usulan kenaikan tarif batas bawah tersebut.

Sedangkan untuk mengantisipasi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, Garuda meningkatkan porsi hedging (lindung nilai) dari 12 sampai 15 persen menjadi 26 hingga 28 persen. “Untungnya Garuda Indonesia memang mata uang pelaporannya Dolar. Kalau misal kita terdepresiasi Rupiahnya, secara umumnya bahwa kita akan membubuhkan keuntungan kalau Rupiah terdepresiasi,” terang Pahala.

Meski demikian, Garuda Indonesia tetap harus berhati-hati dalam mengatur cashflow perseroan. Sebab, keuntungan dalam bentuk Dolar cuma 30 persen. Sementara biaya kita 90 persen dalam Dolar. Termasuk maintenance, fuel, sewa pesawat. (Jawa Pos/JPG)