Aktifkan Kebersamaan Meraih Keberkahan

Oleh: Agus Handini

Agus Handini
Agus Handini

eQuator.co.id – Bulan suci Ramadhan merupakan bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah dan merupakan bulan yang Allah Ta’ala utamakan. Dan istimewa dibanding dengan bulan-bulan yang lainnya.

Disebut juga dengan bulan al-Qur’an karena didalamnya Allah Ta’ala menurunkan kitab suci al-Qur’an. Sepanjang bulan ini umat Islam semakin intens melakukan berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan, dari mulai berpuasa, sholat tarawih, memperbanyak membaca al-Qur’an, mencari keutamaan malam Lailatul Qadar, hingga saat tiba dipehujung bulan umat Islam berkumpul bersama guna merayakan hari kemenangan, ‘Idul Fitri.

Sungguh Allah Ta’ala sangat memuliakan bulan suci Ramadhan, yang mana keberkahan dan kemuliaan bisa kita dapatkan dan Allah Ta’ala menjadikannya sebagai salah satu musim besar guna menggapai kemuliaan di akhirat kelak, serta menjadi kesempatan bagi hamba-hambanya yang bertakwa untuk berlomba-lomba dalam melaksanakan ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahuwata’ala.

Bulan suci Ramadhan, menjadi momen istimewa yang dinanti-nanti oleh umat muslim pada umumnya. Karena dengan adanya bulan suci Ramadhan yang penuh dengan keberkahan di dalamnya, kita bisa menjadikannya sebagai momen yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga dan merupakan waktu bagi umat muslim untuk meningkatkan segala bentuk ibadah ritual.

Dan juga bisa menjadi momen untuk mempererat kembali hubungan bersama keluarga. Ayah yang biasanya sibuk mencari nafkah, ibu yang begitu repot mengurusi rumah tangga, dan anak yang sibuk bermain dengan teman-temannya, pada saat datangnya bulan Ramadhan merupakan media untuk bersama dalam ibadah Ramadhan.

Momen kebersamaan ini bisa kita dapatkan pada saat menyiapkan menu bersama anak, yang mana akan terjalin komunikasi yang jarang dilakukan di hari-hari biasa. Setelah menyiapkan menu, seluruh anggota keluarga bisa duduk bersama dalam satu meja berbincang sambil menunggu waktu berbuka puasa. Hal ini sama juga bisa dilakukan ketika waktu sahur.

Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu :

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ.

“Bagi orang yang berpuasa itu ada dua kebahagiaan, berbahagia pada saat dia berbuka, berbahagia dengan puasanya itu dan pada saat ia berjumpa Rabb-nya.”

Selain itu, orangtua juga bisa mengajak anak untuk melakukan ibadah sholat tarawih bersama baik secara berjamaah di rumah maupun masjid tergantung situasi masing-masing keluarga. Dengan memanfaatkan berbagai aktivitas Ramadhan dengan kebersamaan di dalam keluarga menciptakan ikatan yang dulunya renggang menjadi erat kembali.

Allah juga berfirman,

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS Thaha [20]: 132)

Keluarga akan kian harmonis di bulan Ramadhan jika dapat meluangkan waktu untuk berkumpul menunaikan program Tadarus (membaca al-Qura’an) bersama. Bisa dilakukan pula dengan cara bergantian. Bukan untuk mengejar khatam (tamat) bacaan Alquran, tetapi sekedar untuk menumbuhkan kebersamaan dalam suasana relegius keluarga.

Dalam praktek keseharian, rasanya menikmati kebersamaan bersama keluarga menjadi suatu yang sangat sulit terjadi. Namun di bulan puasa ini, momen kebersamaan dapat dengan mudah terjalin kembali. Momen puasa dapat mengembalikan nilai-nilai keharmonisan dan keakraban keluarga. Hal tersebut  mudah terwujud bila dilihat dari ayah dan ibu yang biasanya sangat sibuk dengan rutinitas pekerjaan atau anak-anak yang juga sibuk dengan kegiatan sekolah, lewat kegiatan puasa, suasana kebersamaan itu dapat dengan mudah dibangun kembali.

Menjadi magnet tersendiri adalah pada saat sahur menjadi momen yang selalu dinanti, karena seluruh anggota keluarga bisa berkumpul dengan lengkap. Tanpa adanya paksaan, momen kebersamaan di waktu sahur tersebut seolah-olah menjadi magnet otomatis bagi seluruh anggota keluarga untuk berkumpul meraih keberkahan di tengah waktu sahur yang dilakukan secara bersama, berhimpun dalam satu meja, diawali dengan doa bersama dan membereskan meja makan setelah selesai makan sahur yang mana saat waktu sahur juga terbatas dan rutinitas kegiatan di luar rumah yang belum dimulai.

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda,

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً

 “Bersahurlah kalian karena pada setiap sahur ada keberkahan” (HR. Bukhari No. 1923, Muslim No. 1095)

Dari Salman RA, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

“Berkah itu ada pada tiga perkara: al-Jama’ah (makan bersama), ats-Tsarid (roti basah), dan makan sahur.” (HR. Thabrani dalam al-Kabîr 5127, Abu Nu’aim dalam Dzikru Akhbar AShbahan 1/57)

Dari sini bisa kita ambil kesimpulan, bahwa keberkahan dari menyantap sahur itu adalah bisa berkumpulnya anggota keluarga.  Kebersamaan tersebut terjalin dari rutinitas saling membangun dan mengingatkan setiap anggota untuk bangun sahur.

Setelah itu momen kebersamaan pun semakin terasa saat seluruh anggota keluarga berkumpul di meja makan untuk menyantap hidangan sahur yang nikmat. Selain itu, momen makan bersama saat sahur dan berbuka ini juga bisa dijadikan sebagai ajang untuk saling bertukaran pikiran, cerita, curhat, hingga berbagai inspirasi, untuk semakin meningkatkan rasa kebersamaan dengan keluarga.

Selain itu dapat dilakukan pembiasaan membuka doa berbuka dan niat sahur secara bergiliran. Menjadi titik balik untuk setiap manusia pada umumnya, bahwa untuk menjaga kebersamaan, menjaga Ukhuwah Islamiyyah antara setiap hubungan, baik orangtua dengan anak, suami dengan istri dan teman dengan teman, itu sangat lah penting.

Dan dengan adanya bulan suci Ramadhan inilah kita bisa kembali mengaktifkan silahturahim serta mengembalikan kebersaman yang telah lama renggang dan nyaris hilang, karena hakikatnya dalam suatu kebersamaan jika di ikat dengan tali silahturahim akan mendatangkan keberkahan. Wallahu A’lamu Bishawab.

 

* Dosen FTIK IAIN Pontianak