Celengan yang Membawa Terang

Melihat Hasil Gerakan “Filantropis Cilik” Muhammadiyah

INDONESIA TERANG. Tim TNP2K bersama Roy Babys anggota DPRD Timor Tengah Selatan seusai seminar Indonesia Terang di Jakarta pekan lalu. Joko intarto for RK
INDONESIA TERANG. Tim TNP2K bersama Roy Babys anggota DPRD Timor Tengah Selatan seusai seminar Indonesia Terang di Jakarta pekan lalu. Joko intarto for RK

Ratusan rumah di desa tertinggal itu sekarang terang-benderang pada waktu malam. Semua berasal dari gerakan ‘’Filantropis Cilik’’ yang dimotori ribuan siswa-siswi taman kanak-kanak dan sekolah dasar Muhammadiyah, di Jakarta. Dampak kegiatan itu sungguh di luar dugaan!

Joko Intarto, Jakarta

eQuator.co.id – Ada pemandangan yang berbeda di rumah Ahmad, pada hari pertama Ramadan, tahun ini. Untuk kali pertama, mereka bisa menikmati buka dan sahur bersama-sama, diterangi cahaya lampu listrik.

Ahmad adalah salah satu warga Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, yang ‘’beruntung’’. Rumahnya mendapat bantuan satu set lampu tenaga surya, bersama 500 rumah lainnya, pada tahap pertama. Masih ada 1.500 rumah yang harus menanti bantuan tahap kedua dan ketiga.

Siapa pihak yang berbaik hati itu? Bantuan itu ternyata berasal dari anak-anak sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar Muhammadiyah di Jakarta.

Sebanyak 10 ribu siswa bergotong-royong. Menyisihkan sebagian uang jajannya. Ditabung melalui gerakan ‘’Filantropis Cilik’’. Gagasan lembaga amil zakat Muhammadiyah, Lazismu, pada bulan Ramadan tahun lalu.

Dalam program ‘’Filantropis Cilik’’, setiap siswa mendapat sebuah celengan kaleng. Setiap hari, para siswa memasukkan uang ke dalam celengan itu. Dua minggu kemudian, celengan dikumpulkan melalui guru kelas masing-masing. Lalu dihitung bersama-sama. Dana yang dikumpulkan kemudian diserahkan kepada Lazismu.

Dari 10 ribu kaleng, terkumpul dana Rp 480 juta. Berarti rata-rata per siswa menyumbang sebesar Rp 48 ribu. Setiap siswa menabung per hari antara Rp 4 ribu hingga Rp 5 ribu.

Oleh Lazismu, dana tersebut dibelanjakan paket lampu tenaga surya dan paket alat sekolah. Seperti tas, buku dan alat tulis lainnya. Semua dikirimkan kepada masyarakat kurang mampu di beberapa desa tertinggal di Timor Tengah Selatan. Yang 98 persen penduduknya beragama Nasrani.

Distribusi paket bantuan lampu energi surya melalui skema yang ditetapkan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Tim kerja di bawah Kantor Staf Wakil Presiden. Nama programnya: ‘’Indonesia Terang’’.

Menurut riset TNP2K, listrik merupakan sarana dasar untuk mengentas kemiskinan. Masalahnya, ada beberapa daerah yang belum bisa dilayani jaringan listrik PLN. Bahkan hingga 10 tahun mendatang. Salah satunya, beberapa desa di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Sebagai solusi, TNP2K menginisiasi program listrik tenaga surya. Melibatkan berbagai unsur masyarakat seperti lembaga amil zakat dan perusahaan yang memiliki program corporate social responsibility (CSR). Lazismu menjadi lembaga zakat pertama, yang berpartisipasi dalam program itu. Yang dananya, sebagian berasal dari para filantropis cilik itu.

Hasil implementasi tahap pertama tahun 2017, diseminarkan pekan lalu. Banyak eksekutif perusahaan besar yang hadir. Mereka ingin mengetahui, dampak positif program ‘’Indonesia Terang’’. Setelah dilaksanakan selama setahun.

Seperti rekomendasi hasil penelitian, ‘’Indonesia Terang’’ menghasilkan peningkatan produktivitas masyarakat dalam berbagai sektor. Di bidang ekonomi, masyarakat bisa meningkatkan jam kerja di ladang. Hasil menenun juga lebih banyak karena bisa dilakukan hingga tengah malam.

Di bidang pendidikan, kehadiran lampu listrik tenaga surya menyebabkan anak-anak bisa belajar pada malam hari. Semangat belajarnya meningkat. Prestasi di sekolahnya juga membaik.

Di bidang religi, lampu listrik tenaga matahari juga membuat takmir masjid dan mushola bisa mendirikan jamaah salat magrib, isya dan subuh. Termasuk, kegiatan buka Bersama dan salat tarawih.

Sebagai program latihan berderma, ‘’Filantropis Cilik’’ bisa dibilang sukses. Karena itu, tahun ini ‘’Filantropis Cilik’’ dijadikan program nasional. Dijalankan hampir semua kantor Lazismu di seluruh Indonesia. Dengan target 100 ribu siswa. Dengan sasaran lebih luas: pulau-pulau terpencil di Indonesia bagian timur. (*)