Melihat Peluang Tanpa Penglihatan

Bang Jap, Tunanetra Penghasil Pohon Bunga Cantik

KREATIF. Japriansyah dan Adi pada saat mengolah batang pohon yang akan menjadi bahan dasar pembuatan pohon bunga hias, kemarin. Rizka Nanda-RK
KREATIF. Japriansyah dan Adi pada saat mengolah batang pohon yang akan menjadi bahan dasar pembuatan pohon bunga hias, kemarin. Rizka Nanda-RK

Ramadan bulan bertaburan berkah. Momen ini menjadi pundi-pundi rupiah. Bagi yang jeli memanfaatkan peluang.

Rizka Nanda, Pontianak

eQuator.co.id – Japriansyah merupakan penyandang tuna netra. Umurnya saat ini 40 tahun. Tanpa penglihatan, ia begitu jeli memandang peluang.

Diketerbatasan fisiknya, pria yang karib disapa Bang Jap ini mahir merangkai pohon bunga. Bagi dirinya, keterbatasan bukan sesuatu yang dapat memperhambat kreativitas. Pekerjaan ini sudah dilakoninya lima tahun berturut-turut memanfaatkan momentum Idul Fitri. “Merangkai pohon bunga untuk hiasan rumah ini kan kita musiman,” ujar Japriansyah kepada Rakyat Kalbar, kemarin.

Pekerjaan ini dilakoni Bang Jap karena hobi. Bersama seorang karibnya Adi, dia menjual rangkaian pohon bunga. Yang dapat dijadikan hiasan ruangan.

Bang Jap menuangkan ide-ide yang bertaburan diotaknya. Makanya pohon-pohon bunga yang dihasilkan dalam berbagai bentuk dan ragam unik. Kemudian disulap menjadi sebuah karya yang memiliki nilai jual. “Unik karena tidak sama dengan yang lain,” ujar pria beralamat di Jalan Tanjungraya II Kecamatan Pontianak Timur ini.

Menciptakan sebuah rangkaian pohon hias ini dibutuhkan ranting dan akar pohon. Bahannya diambil dari hutan sekitar rumah. Dikeringkan lalu diamplas dan dirangkai. Kemudian diberi bunga kertas sebagai pelengkap.

Dalam pengerjaannya, Bang Jap bersama Adi berbagi tugas. Pembagian tugasnya pun secara fleksibel. Siapa yang bisa, dia yang mengerjakan.

Ada bertugas membersihkan ranting dengan amplas. Mengebor serta menghias pohon dengan berbagai bunga dan daun. Supaya terlihat cantik dan menarik.

Hiasan yang diciptakan berbeda tiap tahunnya. Tahun kelima kali ini mereka mencoba berkreasi dengan bentuk daun Bonsai. “Jenisnya banyak. Ada jenis bunga sakura, bunga terompet dan matahari,” jelasnya.

Kreasi bongsai dipilih karena melihat perkembangan pasar. Di mana saat ini sedang ramai diminati kaum ibu. Sebab kaum ibu adalah peminat utama dari hiasan bunga-bunga. Lebih dari 20 pohon dengan beragam jenis pohon pun telah dihasilkan. “Kalau tahun ini ibu-ibu agak senang bunga yang warnanya ngejreng-ngejreng. Dan kita coba dengan daun Bonsai,” beber Bang Jap.

Bang Jap berupaya menekan kenaikan harga. Pohon bunga yang dibuat dalam bentuk mini. Tentu saja pengerjaannya agak rumit. Terpenting baginya, harga jual tidak melonjak tinggi. “Jadi modal kecil, tapi pengerjaannya rumit,” jelasnya.

Harga yang ditawarkan bervariatif. Tergantung bahan dan tingkat kesulitan. “Kalau bonsai mulai dari Rp 250 ribu sampai Rp1 juta lebih,” ungkapnya.

Kesulitan pengerjaan dalam proses pemilihan bahan. Bentuk dan kreasi harus sesuai dengan ukuran pohon atau akar kayu yang akan dipergunakan. Begitu juga modelnya. Apakah tumbang atau miring. Barulah dicocokkan dengan bunga sebagai hiasan. “Jadi tidak bisa mengikuti ego kita sebagai perangkai. Tapi kita harus melihat model pohonnya itu gimana,” paparnya.

Selain ukuran, jenis pohon dan akar yang digunakan pun tak sembarangan. Untuk pohon, biasanya digunakan batang pohon sempur. Bisa juga batang pohon jambu tukal. Pohon yang digunakan dipilih yang sudah cukup tua, kurang lebih sudah berumur satu tahun. Supaya bertahan lama.

“Kalau pohon sempur jika sudah direndam dan dijemur lumayan seratnya halus.  Kalau kita cat juga agak sedikit lebih ngejreng dari yang lain,” jelasnya.

Sedangkan akar biasanya dari pohon gaharu. Mendapatkannya dengan cara beli dari masyarakat pedesaan. Akar yang dibutuhkan berasal dari pohon tumbang. Setahun dua tahun atau enam bulan dan tidak tumbuh lagi.

Biasanya seminggu jelang lebaran, Bang Jap dan Adi membuka lapak di Pasar Tengah, Pontianak. Lebaran tahun lalu sekitar 100 pohon bunga hias yang laku dijualnya. Tahun ini dirinya berharap bisa meraup keuntungan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan Idul Fitri nanti. (*)

 

Editor: Arman Hairiadi