eQuator.co.id – Pontianak-RK. Surabaya dibuat panik. Sejumlah gereja di Kota Pahlawan itu dikejutkan teror ledakan bom. Indonesia pun dibikin berduka.
Di kota Pontianak, suasana kondusif. Namun, polisi tak mau kecolongan. Keuskupan cepat mengeluarkan imbauan kepada umatnya dan pemerintah.
“Saya mengutuk keras tindakan kekerasan yang menimbulkan korban jiwa terhadap orang yang tidak berdosa itu,” ucap Uskup Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus Pr., kepada Rakyat Kalbar, melalui pesan WhatsApp, Minggu (13/5) sore.
Ia menambahkan harapannya, agar pemerintah memberikan jaminan rasa aman dan damai kepada warga Indonesia. Tanpa pandang bulu.
“Kepada umat Kristiani, khususnya umat Katolik, terutama di Kalimantan Barat, saya mengajak untuk tetap menjadi pewarta kedamaian, serta kasih terhadap sesama,” pinta Uskup.
Lanjut dia, peristiwa pemboman gereja memprihatinkan. Sangat menciderai nilai-nilai kemanusiaan. Mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara yang Pancasila merupakan salah satu pilar utamanya.
“Hendaknya tidak membuat keimanan umat Kristiani menjadi goyah, mari mendoakan orang-orang yang masih berpikir untuk melakukan aksi kekerasan tersebut agar kembali ke jalan yang benar,” tuturnya. Sambung Uskup, “Kita doakan agar bangsa dan negara Indonesia tetap tegar dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian dalam semangat Pancasila, menghargai kebinnekaan, setia kepada UUD 1945, serta menempatkan NKRI sebagai harga mati”.
Dari pantauan awak koran ini, bertepatan hari Minggu yang merupakan waktu peribadatan umat Kristiani, kondisi di sejumlah gereja kota Pontianak kondusif. Seperti Gereja Paroki Maria Ratu Pencinta Damai (MRPD) yang terletak di Jalan Pancasila, Pontianak Barat. Gereja Katolik itu dipenuhi umat yang beribadah.
Seperti biasa, terdapat sekitar 4 orang polisi yang memang bertugas untuk mengatur alur lalulintas supaya tidak menyebabkan kemacetan. Sedangkan sebelum ibadah sore kemarin, tampak aparat keamanan dari TNI-Polri berjaga-jaga di halaman gereja. Namun tidak ada pemeriksaan ketat saat jemaat memasuki halaman dan gereja.
Menejelang petang, jemaat mulai berdatangan. Kebanyakan bersama keluarga masing-masing. Misa dimulai pukul 18.00, umat Katolik di Gereja yang biasa disebut MRPD Pancasila ini menjalankan peribadatan dengan khusyuk. Kursi di dalam gereja terisi penuh.
Frans, salah seorang jemaat, mengaku walaupun ada ledakan di Surabaya, tidak mempengaruhi niatnya untuk beribadah. “Kita jalani seperti biasa, tenang-tenang saja, ndak takut. Kita harap sih aman-aman saja,” tuturnya.
Beranjak ke Jalan Gajahmada, Pontianak Selatan. Atmosfir peribadatan di Gereja Kristen Kalimantan Barat (GKKB) tetap normal seperti jamaknya.
Sedangkan Gereja Katedral Pontianak, Jalan Pattimura, Pontianak Kota, benar-benar dikawal ketat aparat keamanan. Penjagaan dari TNI-Polri mencakup mulai dari gerbang masuk, di seluruh area lantai dasar luar gereja, hingga di lantai 2 bagian luar. Tiga unit mobil polisi terparkir rapi di dekat gereja. Tepatnya di halaman parkir Supermarket Kaisar.
Kapolresta Kota Pontianak, AKBP Wawan Kristyanto, turun langsung memonitor giat pengamanan gabungan itu. Ia ditemui Rakyat Kalbar di tengah-tengah monitoring tersebut.
“Misa dan pengamanan sejauh ini berjalan aman dan lancar,” tegasnya.
Dijelaskannya, selama ini setiap kegiatan ibadah agama apapun selalu dipantau. Agar aman.
“Baik ibadah muslim maupun nonmuslim kita juga lakukan pengamanan,” tutur Wawan.
Kata dia, maraknya aksi teror belakangan ini di Jakarta dan Surabaya telah menjadi atensi pihaknya. “Kita sudah tingkatkan personil keamanan, sebelum kejadian pengeboman tadi (kemarin) pagi di Surabaya, pengamanan dilakukan tidak hanya melibatkan Polresta, Polsek, Brimob, tetapi kita juga kita libatkan TNI,” tukasnya.
Meski masih terpantau aman, kata Wawan, pihaknya tidak boleh lengah. Atas insiden yang terjadi di Surabaya, dia mengimbau masyarakat tetap tenang. Tidak usah terpancing, sama sama menjaga keamanan. Polisi akan bersama masyarakat.
“Saling membantu dan saling memberikan informasi apabila mendapatkan hal yang mencurigakan,” pintanya.
Senada, Kasat Sabhara Polresta Pontianak, Kompol Edy Harianto. Dia menuturkan, sebanyak 400 personil dari Polresta Pontianak disiagakan di berbagai gereja. “Yang di-back up juga dari TNI dan Brimob,” terangnya.
Dari Markas Polda Kalbar, Kapolda Irjen Pol Didi Haryono, melalui Kabid Humas Polda Kalbar, Kombes Pol Nanang Purnomo, menyampaikan turut berduka atas insiden pengeboman yang terjadi di Surabaya. Kapolda yang sedang berada di luar kota telah memerintahkan seluruh jajaran meningkatkan pengamanan gereja-gereja.
“Termasuk penambahan personil untuk mengantisipasi kejadian serupa terjadi di Kalbar,” tuturnya.
Masyarakat Kalbar diimbau tidak larut dengan kedukaan yang akhirnya bisa menjadi ketakutan. “Karena salah satu target teroris adalah menciptakan situasi rasa takut di tengah masyarakat,” pungkas Nanang.
Pengamanan yang tampak tak biasa ini memang dilakukan untuk mengantisipasi agar kejadian pengeboman yang menyasar Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Ngagel, GKI Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Arjuna (ketiganya di Surabaya, Jawa Timur), tidak terjadi di Kota Pontianak. Aksi pengeboman yang membuat belasan nyawa meninggal dan puluhan korban luka-luka tersebut menuai banyak kecaman dari berbagai pihak.
Duka cita disampaikan oleh jemaat gereja di Pontianak. “Saya pribadi mengucapkan turut berduka cita dan prihatin atas kejadian yang menimpa bangsa Indonesia pagi tadi (kemarin) di beberapa gereja di Surabaya,” tutur jemaat Fransiska Enalia.
Sebagai umat beragama, ia mengutuk keras aksi pengeboman di beberapa gereja tersebut. “Kita mengutuk perbuatan ini, mari kita lawan rasa takut, dan kita harus berani melawan terorisme dengan kesatuan,” tegas wanita empat puluh dua tahun itu.
Insiden itu, dia berharap jadi yang terakhir kalinya. Menurut dia, sangat mengganggu toleransi antarumat beragama dan dapat meresahkan masyarakat.
“Semoga kedepan aman-aman saja,” harap Fransiska.
Terpisah, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Kalbar, Pendeta Paulus Ajong, juga mengutuk aksi biadab teroris di Surabaya dan di Mako Brimob Jakarta. “Peristiwa-peristiwa yang sangat memilukan mengusik rasa nasionalisme, kebangsaan, ke-Indonesia-an dan kemanusiaan kita,” ujarnya. Atas ledakan bom yang sampai memakan korban jiwa tersebut, maka PGI Wilayah Kalbar menyampaikan sikap (lihat grafis).
Sependapat, Wakil Ketua DPRD Kalimantan Barat, Suriansyah. Ia juga mengimbau masyarakat Kalbar untuk tidak terpancing dengan aksi terorisme lewat bom di tiga lokasi gereja Surabaya itu.
“Saya turut prihatin dengan peristiwa ini. Imbauan saya ke masyarakat Kalbar, jangan terpengaruh dan jangan terhasut oleh terorisme yang mengatasnamakan agama dan lainnya,” ungkapnya.
Menurut dia, tujuan dari aksi terorisme adalah membuat kegaduhan dan ketakutan bagi masyarakat Indonesia. Terorisme juga ingin mengadu domba antarumat beragama agar terjadi perpecahan.
“Masyarakat jangan takut terhadap aksi terorisme. Walaupun ada kemungkinan potensi gesekan pasca kejadian ini, saya mengimbau khususnya masyarakat Kalbar untuk tetap kompak,” terangnya.
Selama ini, lanjut dia, masyarakat Kalbar telah hidup harmonis dan saling berdampingan antar etnis dan agama. Ia berharap kondisi ini harus diapresiasi, dijaga dan semakin diperkuat agar Indonesia menjadi bangsa kuat dan menghargai perbedaan.
“Kita adalah bangsa Indonesia. Kita adalah warga Kalimantan Barat yang merupakan satu kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita wajib menjaga persaudaraan dan kekerabatan yang sudah berjalan harmonis selama ini,” pungkas Suriansyah.
Pjs. Wali Kota Pontianak, Mahmudah, ikut menyesalkan peristiwa menyedihkan di Surabaya itu. “Saya secara pribadi dan Pemkot Pontianak menyesalkan kejadian ini, kita berduka sedalam-dalamnya kepada korban ledakan baik yang meninggal, maupun yang terluka,” ujarnya.
Menurut dia, peristiwa ini merupakan perbuatan yang keji, dimana korban merupakan orang yang tidak tahu apa-apa. Sekalipun tindakan tersebut merupakan kekejaman, ia mengajak seluruh lapisan masyarakat, khususnya di Kota Pontianak, agar tetap tetap tenang dan menahan diri agar tidak terprovokasi oleh kejadian yang sangat melukai umat ini.
“Kita hendaknya tetap menjaga persatuan dan merawat kebhinnekaan, kita mengutuk atas peristiwa yang dilakukan oleh oknum-oknum yang sengaja memprovokasi bangsa Indonesia dan menebarkan ketakutan,” tukasnya.
Di sisi lain, ia mengimbau agar masyarakat yang mendapat informasi akurat lengkap dengan foto-foto, video, maupun bukti lain, agar tidak menyebarluaskannya. Karena hal itu bisa berdampak bagi masyarakat.
“Apabila masyarakat menyebarkan dan membagikan, maka itu justru tujuan dari para teroris, yakni menebarkan rasa takut di tengah-tengah masyarakat,” imbuh Mahmudah.
Semestinya, menurut dia, masyarakat seharusnya menebarkan kasih sayang dan rasa damai melalui berbagai wadah. “Saya berharap pula agar masyarakat tetap tenang menghadapi semua kejadian ini. Mari menyerahkan sepenuhnya kepada aparat keamanan dan masyarakat dapat membantu kerja aparat keamanan dengan melaporkan hal-hal yang mencurigakan di sekelilingnya,” lugasnya.
Laporan: Ambrosius Junius, Rizka Nanda, Andi Ridwansyah, Zainuddin, Gusnadi
Editor: Mohamad iQbaL