BPJS Kesehatan Rusak Pelayanan

Tunggak Pembayaran Klaim Rumah Sakit

Ilustrasi - NET

eQuator.co.idJakarta-RK. Tunggakan pembayaran klaim Rumah Sakit dari BPJS Kesehatan di banyak daerah yang besarannya mencapai triliunan rupiah, dinilai men­jadi persoalan serius. Hal tersebut tentu berdampak ke­pada pelayanan pasien.

Hal ini disampaikan Koordinator Nasional Masyarakat Peduli BPJS (Kornas MP BPJS) Hery Susanto, usai mengunjun­gi sejumlah pasien di berbagai rumah sakit. Dia pun mendesak BPJS Kesehatan segera meram­pungkan problem tunggakan klaim di Rumah Sakit.

“Jangan sampai rumah sakit menjadi kambing hitam karena tidak bisa memberi obat dan berimbas pada pelayanan ke­pada pasien,” tegasnya.

Hery menjelaskan, sejak Oktober 2017 hingga Pebruari 2018, tunggakan terjadi di banyak daerah. Di Yogyakarta, BPJS Kesehatan menunggak hingga Rp 23,5 miliar, Kota Cirebon Rp 55 miliar, Provinsi Jawa Timur menunggak hing­ga Rp 384 miliar.

“Banyak wilayah lainnyaala­mi masalah serupa. Tunggakan pembayaran klaim itu yang berimbas pada pelayanan bagi para pasien Rumah Sakit ter­ganggu,” ujarnya.

Hery mengatakan, uangnya ada di BPJS Kesehatan, den­gan rumitnya proses adminis­trasi internal BPJS Kesehatan, padahal pihak rumah sakit terus mengeluarkan anggaran-anggaran setiap harinya.

Anggaran pelayanan JKN itu dikeluarkan setiap hari untuk belanja obat-obatan, untuk op­erasional pegawai, operasional perawatan gedung dan lainnya. “Prihatin banyak rumah sakit jadi korban bulan-bulanan BPJS Kesehatan. Kalau obat tidak ada, pasien bagaimana, BPJS kesehatan harus sehat untuk rakyat,” tegasnya.

Hery juga mempertanyakan skala prioritas BPJS Kesehatan dalam membayar klaim ke RS/faskes I. Apakah tidak utama­kan RS/faskes yang skala me­nengah ke bawah atau justru utamakan RS korporasi kelas atas/besar?

“BPJS Kesehatan banyak menunggak bayaran klaim ke RS, terutama kelas menengah ke bawah yang rata-rata milik pribumi, dan menjadi sarang pelayanan peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan. Jelas ini membuat pelayanan kesehatan rakyat menjadi tidak sehat,” ujarnya.

Dalam kunjungannya lang­sung ke RS yang komplain klaimnya belum dibayar BPJS Kesehatan, Hery menemukan proses pembayaran yang ber­masalah.

Menurut dia, pelayanan RS jalan terus. Sementara, RS milik pribumi yang kelas menengah bawah pembayaran klaimnya dilakukan dengan cara dicicil. “Jika tata kelola BPJS Kesehatan begitu, bisa gulung tikar dong semua ru­mah sakit pribumi yang keban­yakan golongan menengah ke bawah,” ujar Hery.

Selain pola pembayaran klaim yang diskriminatif kepa­da RS pribumi kelas menengah bawah, menurut Hery, proses kolapsnya sebuah rumah sakit pun akan terjadi karena ke­habisan tenaga atau uang. “Kalau pinjam duit di bank malah kena bunga rente­nir, bahkan BPJS Kesehatan harusbayar denda karena telat bayar klaim dan tak mampu menutupi pinjaman bank plus bunganya.” (RMOL)