Tolak Harga BBM Naik di Bawah “Tatapan Jokowi”

Khawatir Barang Pokok Segera Ikut Naik Harga

CATATAN UNTUK JOKOWI. Mahasiswi-mahasiswi ini tengah menujukkan kalimat-kalimat penolakan kenaikan BBM yang tertulis di karton dalam aksi damai di Taman Digulis Untan Pontianak, Jumat (30/3) sore. Saat karton itu diangkat, Jokowi tampak sedang ‘menatapi’ aksi itu dalam sebuah videotron iklan di lokasi aksi—Ocsya Ade CP
CATATAN UNTUK JOKOWI. Mahasiswi-mahasiswi ini tengah menujukkan kalimat-kalimat penolakan kenaikan BBM yang tertulis di karton dalam aksi damai di Taman Digulis Untan Pontianak, Jumat (30/3) sore. Saat karton itu diangkat, Jokowi tampak sedang ‘menatapi’ aksi itu dalam sebuah videotron iklan di lokasi aksi—Ocsya Ade CP

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Jelang akhir pekan, organisasi-organisasi kemahasiswaan di Pontianak masih terjaga dari eforia weekend. Mereka menolak harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite yang naik tanpa ribut-ribut atau tanpa sosialisasi yang masif.

“BBM dunia tidak naik, tetapi BBM di Indonesia naik 200 rupiah, tidak ada keadilan lagi di negeri ini, ketika pemerintah dengan kekuasaannya seenaknya menaikkan harga BBM,” tutur seorang orator di depan rekan-rekan unjuk rasanya di Bundaran Tugu Digulis Untan, Jumat (30/3) sore.

Imbuh dia yang disambut riuh peserta demonstrasi, “Ketika kita (mahasiswa) diam, maka habislah bangsa ini, ketika pemuda diam, maka hancurlah bangsa ini”.

Massa berasal dari sejumlah organisasi kemahasiswaan. Unjukrasa itu intinya menolak kenaikan Pertalite dan mempertanyakan ketersediaan Premium yang langka di Pontianak. Massa berasal dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Kalbar, Persatuan Mahasiswa Melayu (PMM) Kalbar, dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Kalbar.

Dan, seperti jamaknya demonstrasi, para mahasiswa membawa poster bertuliskan  penolakan kenaikan BBM. Uniknya, di bawah “tatapan Presiden Joko Widodo” dan di tengah lalu lintas padat, teriakan demi teriakan keluar dari mulut mahasiswa maupun mahasiswi yang tergabung dalam aksi damai penolakan kenaikan BBM terebut.

Orasi yang disampaikan dilakukan secara bergantian dari masing-masing perwakilan organisasi mahasiswa. Intinya, mereka menganggap alasan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM seiring dengan naiknya harga minyak dunia merupakan sebuah kebohongan.

Mereka juga berteriak kompak menyebutkan bahwa Indonesia dalam kepemimpinan Jokowi tidak membuahkan terobosan baru. Tak sedikit dari mereka yang dalam orasinya berteriak meminta Jokowi turun jabatan. Setiap ujung orasi disambut dengan teriakan massa ‘Hidup Mahasiswa dan Takbir’.

Di sela-sela orasi, mahasiswa ini juga menggelar teatrikal yang menggambarkan kebijakan pemerintah menaikan harga BBM telah menyengsarakan rakyat. Salah satu mahasiswa mengenakan topeng kertas yang bergambar wajah Jokowi. Lalu, mahasiswa ini memegang ujung tali yang menjerat leher beberapa mahasiswa yang seolah rakyat.

Saat aksi damai ini berlangsung, tiba-tiba Jokowi nongol dalam videotron iklan mengenai pajak di lokasi aksi. Kejadian ini sontak membuat massa berorasi sambil menunjuk ke arah Jokowi di layar lebar tersebut. Tak sedikit petugas, dari Polri dan TNI, yang tersenyum melihat kebetulan ini. Begitu juga awak media yang bergegas merekam momen singkat tersebut.

“Pemerintah hari ini seolah-olah lepas tangan,” tutur Heri, ketua KAMMI Kalbar, kepada wartawan, di sela aksi unjukrasa.

Selain mengangkat isu nasional kenaikan harga Pertalite, pihaknya juga mengangkat isu lokal. Langkanya pasokan Premium di Kalbar.

“Yang kita lihat kenyataan di lapangan terjadi kelangkaan,” tegasnya. Imbuh Heri, “Kami menuntut Pemerintah Kota Pontianak untuk menghilangkan kebijakan pembelian Premium menggunakan kartu”.

Jika tuntutan ini tak didengar, kolega Heri, Isra Nur Hidayat, menyebut mahasiswa akan mendatangi DPRD Kalbar. Tidak menutup kemungkinan konvoi pula ke Kantor Pertamina.

“Kami telah sepakat, aksi ini bukan akhir, biar tuntutan kami diambil tindakan khususnya DPRD Kalbar untuk mengawal ke pemerintah pusat,” ujar Ketua PMM Kalbar ini.

Sementara itu, Koordinator BEM Kalbar, Muhammad Al Iqbal, mengatakan pemerintah telah mengambil keputusan yang salah. “(Presiden) Jokowi telah membuat kebijakan salah, saya rasa, dengan menaikkan harga BBM berarti melanggar janjinya,” terangnya.

Ia berpendapat, pemerintah seharusnya membawa rakyatnya ke arah kesejahteraan. Namun, dengan naiknya BBM, kenyataannya berbanding terbalik.

Sebagai pemerintah yang baik, lanjut dia, harus mendengar suara mahasiswa. “Mahasiswa tidak akan diam ketika itu salah,” tegas Iqbal.

Sebab, kenaikan BBM merugikan rakyat. Akan berpengaruh terhadap setiap sendi kehidupan sehari-hari. Diterangkan Iqbal, rakyat kecil yang berpendapatan kecil bertambah sengsara. Toh, menurut dia, masih banyak kebijakan lain yang bisa diambil daripada kebijakan yang menambah penderitaan rakyat.

“Sekali lagi kami menuntut turunnya kembali harga BBM,” tandasnya.

Dalam aksi yang dimulai pukul 16.00 ini, kepolisian disiagakan untuk mengantisipasi ketegangan. “Kami hanya mengawal. Selagi mereka melakukan aksi damai, kami biarkan aksi mereka,” ujar Kasat Sabhara Polresta Pontianak, Kompol Edi Haryanto. Dan, aksi pun berakhir damai tanpa masalah pada pukul 17.15.

Tak hanya di Pontianak, di Mempawah pun masyarakat dibuat riuh dengan hilangnya Premium di SPBU. Yang ada hanya Pertalite.

Nah, naiknya harga Pertalite dari Rp7.800 perliter menjadi Rp8.000 perliter kontan mengkhawatirkan masyarakat setempat.

“Pada intinya ini kebutuhan masyarakat, terlebih BBM jenis bensin saat ini sudah sulit dijumpai di SPBU-SPBU yang ada,” ungkap tokoh pemuda Mempawah, Mohlis Saka.

Kenaikan tersebut, menurutnya, harus diimbangi dengan tidak naiknya kebutuhan masyarakat. Terutama kebutuhan pokok yang kesehariannya dikonsumsi.

“Sebab, faktanya  pendapatan masyarakat saat ini masih diam di tempat alias tak menapaki kenaikan yang signifikan setiap tahunnya,” ucapnya.

Mohlis juga menganalisa bahwa kemampuan warga tiap daerah tak sama. Sedangkan kenaikan Pertalite dipukul rata.

“Mungkin bagi provinsi ataupun daerah yang sudah maju dalam segala hal menyikapi hal itu tidaklah terlalu bagaimana, namun tidak seperti kemampuan daerah yang masih masih berproses. Tentu kenaikan tersebut sangatlah berpengaruh,” jelasnya.

Ia meminta kenaikan harga BBM bisa mempertimbangkan masyarakat di daerah yang berpendapatan kecil. Agar pendapatan masyarakat bisa menggapainya. Di luar itu, Mohlis berharap kenaikan pertalite yang beberapa kali terjadi tersebut dapat memberikan sumbangsih nyata kepada masyarakat.

Tak cukup sampai di situ, ia mengkritisi kenaikan BBM yang terkesan mendadak. Membuat masyarakat terkejut karena perencanaan dan kenaikannya berjarak waktu sangat dekat.

“Yang terpenting kan sosialisasi kepada masyarakat, jangan terkesan menaikkan secara tiba-tiba. Seharusnya pemerintah memberikan gambaran terhadap kenaikan tersebut, agar masyarakat tak cemas memikirkan kenaikan yang terjadi beberapa kali dalam kurun waktu berdekatan,” pungkas Mohlis.

Keterkejutan itu dirasakan seorang pengendara yang mengisi BBM di SPBU Desa Pasir Mempawah. Dimas namanya.

“Saya dapat informasi kenaikan dari media sosial, jujur saja walaupun kenaikan itu 200 perak, namun efeknya terhadap barang-barang pokok yang kita khawatirkan,” keluhnya.

Kenaikan tersebut, dikatakannya, belum saatnya. Di tengah upah minimum yang masih belum mengalami kenaikan yang berarti setiap tahunnya.

Seperti fakta yang sudah-sudah, kenaikan BBM akan dibarengi dengan kenaikan sejumlah harga barang pokok. “Sedangkan pendapatan kita masih berjalan di tempat, bukankah itu semakin buat kita terjepit, belum lagi menunaikan kebutuhan lainnya. Semoga pemerintah memikirkan itu,” tandas Dimas.

Dikonfirmasi, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Tenaga Kerja Kabupaten Mempawah mengungkapkan, hingga saat ini pascakenaikan Pertalite, harga sejumlah bahan pokok yang beredar di pasaran belum terdampak.

“Sejauh ini dari harga bahan pokok yang kita pantau, harga-harga barang masih stabil dan tidak mengalami kenaikan jika melihat pada kenaikan Pertalite,” ujar Kasi Pengawasan dan Perlindungan Konsumen, Disperindagnaker, Kabupaten Mempawah, Hendri K.

Ia sendiri berharap tidak terjadi kenaikan pada sejumlah bahan-bahan pokok yang setiap harinya digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Mungkin saja masih baru (naik), tapi tetap kita berharap harga sembako akan terus normal seperti ini yang berada di pasaran,” harapnya. Imbuh Hendri, “Dari pantauan juga, stok sembako masih dalam kategori aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Mempawah”.

Ia meminta masyarakat tidak khawatir terhadap kenaikan Pertalite. Karena dirinya berpendapat, ketika masyarakat masih berbelanja sesuai dengan kebutuhan, alias sesuai dengan konsumsi sehari-hari, maka stok bahan pokok di pasaran akan stabil dan tidak terjadi kenaikan.

“Kenaikan mungkin saja terjadi ketika konsumsi masyarakat meningkat. Ketika permintaan meningkat biasanya harga juga turut naik. Maka dari itu, berjalanlah seperti biasanya,” pungkasnya.

Sesal akan kenaikan harga BBM ini juga datang dari mahasiswa Sambas. Presiden Mahasiswa Politeknik Negeri Sambas (Poltesa), Pahmi Ardi, menyebut kenaikan BBM terlalu mendadak, sedangkan harga minyak dunia standar-standar saja.

Terang saja, aktivis HMI cabang Sambas ini merasa sangat kecewa dengan kenaikan BBM. “Pemerintah kami nilai terlalu terburu-buru tentang kebijakan untuk menaikkan BBM dan ini sangat bertolak belakang sekali dengan janji-janji Presiden di saat kampanye dulu,” tegas Pahmi.

Ia mengatakan bahwa naiknya Harga BBM ini tentu semakin menyengsarakan rakyat. “Jelas ini adalah kebijakan yang kembali membuat beban rakyat semankin berat, kemarin penggunaan BBM subsidi diganti menggunakan BBM nonsubsidi untuk meringankan beban negara, namun sekarang malah harga BBM nonsubsidi dibuat meroket naiknya,” paparnya.

Imbuh dia, seharusnya pemerintah itu punya pertimbangan dan alasan yang jelas terhadap kebijakan yang dibuatnya. “Jangan sampai dengan banyaknya kebijakan-kebijakan yang tidak jelas seperti ini, akan mencoreng image pemerintahan RI saat ini,” tutur Pahmi.

Terlalu banyak memang kebijakan pemerintah saat ini yang sangat mencekam rakyatnya. “Kemarin listrik 3 kali naik, saat ini BBM lagi yang naik, tentu kebijakan yang secara sepihak ini sangat menyusahkan masyarakat menengah dan miskin,” pungkasnya.

 

 

Laporan: Ambrosius Junius, Ocsya Ade CP, Ari Sandy, Sairi

Editor: Mohamad iQbaL