eQuator.co.id – Sebuah jurnal ilmiah bidang kedokteran saya temukan tidak sengaja. Mengulas peristiwa gempa bumi dahsyat tahun 2006 yang mengguncang Jogja dan Klaten. Yang menyebabkan lebih dari 5.000 jiwa melayang. Juga lebih dari 10.000 orang luka berat dan ringan.
Jurnal itu berjudul Lessons Learned from Earthquake, May 27th 2006. Karya Dr Bambang Suryono S Sp, An, KIC, Mkes, KNA. Jurnal dalam bahasa Inggris dan Indonesia yang bagus.
Ada beberapa fakta menarik yang terungkap dalam jurnal itu. Misalnya ini: …korban jiwa semakin banyak karena gempa telah menyebabkan terjadinya ‘’bencana internal’’. Istilah bencana internal merujuk pada tidak berfungsinya pelayanan medis. Karena rumah sakit, klinik, dokter dan perawat, juga turut menjadi korban.
Selanjutnya: … situasi semakin memburuk. Karena koordinasi lintas sektor tidak bisa berjalan akibat putusnya jaringan telekomunikasi dan listrik PLN.
Lanjutannya: … kondisi itu membuat pertolongan baru bisa dilakukan pada hari ketiga. Selama tiga hari itu, korban yang luka berat, terlambat mendapat pertolongan.
Gara-gara membaca jurnal itu, saya mengajak beberapa kawan untuk mendiskusikan rancangan ‘’pembangkit listrik’’ kelas portable. Sejenis genset yang bersifat independen. Yang tidak bergantung pada jaringan listrik PLN. Yang tidak bergantung pada bahan bakar minyak.
Bila listrik PLN masih hidup, jaringan internet masih bisa diandalkan. Radiolink masih bisa dihidupkan. Tapi listrik PLN putus. Padahal listrik PLN merupakan satu-satunya sumber energi.
Solar power. Genset tenaga sinar matahari. Genset ini merupakan pilihan satu-satunya yang paling masuk akal. Bila terjadi kondisi darurat di mana saja.
Genset tenaga sinar matahari bisa didesain dengan compact. Dengan konstruksi container berukuran mini hingga sedang. Dilengkapi inverter berdaya 5.000 watt peak (WP) hingga 10.000 WP. Mudah dibongkar pasang. Mudah dimobilisasi.
Genset berdaya 5.000 WP hingga 10.000 WP, bisa menghidupkan beberapa peralatan medis di klinik pertolongan darurat. Juga bisa untuk menghidupkan beberapa perangkat telekomunikasi seperti internet, computer, lampu penerangan dan fasilitas air bersih serta sanitasi.
Selayaknya semua lembaga penolong korban bencana memiliki solar power. Agar bisa melakukan pertolong pada korban bencana alam tanpa bergantung PLN dan BBM. Sumber energinya berasal dari sinar matahari.
Solar power tak beda dengan genset BBM. Fungsinya sama. Kemampuannya setara. Bedanya solar power tidak membutuhkan suplai logistik. Selama matahari masih bersinar, solar power bisa terus bekerja.
Selain listriknya langsung digunakan (siang hari), solar power juga bisa dihubungkan dengan sistem penyimpan daya. Berguna untuk malam hari. Melalui arus listrik yang disimpan dalam aki atau baterai.
Benarlah kata para tetua: sedia payung sebelum hujan. (jto)