eQuator.co.id-Stunting di sejumlah kabupaten/kota di Kalbar, menjadi persoalan yang kedepannya harus terus ditekan. Berbagai pihak, tidak cuma pemerintah tapi juga masyarakat, harus ikut berperan aktif dalam mengatasi masalah gizi buruk akut ini.
Di sela aktivitasnya berkampanye di Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya baru-baru ini, calon gubernur (cagub) Kalbar Karolin Margret Natasa, mengajak masyarakat setempat untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat.
“Terkait dengan stunting, adalah masalah anak-anak yang tinggi badannya kurang. Masyarakat harus memahami hal ini, bukan hanya sekadar masalah tinggi anak yang kurang, namun yang perlu diwaspadai adalah daya pikir anak yang juga akan berkurang dan ini dapat menyebabkan tingkat kecerdasan anak berkurang,” kata Karolin saat berdialog dengan masyarakat Desa Padang Tikar 1, Kecamatan Batu Ampar.
Latar belakang pendidikan sebagai seorang dokter, membuat mantan PNS di Puskesmas Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak memaparkan, dari data hasil pemantauan status gizi tahun 2016, Provinsi Kalbar prevalensi balita stunting sebesar 32 persen. Artinya, 3 dari 10 balita mengalami stunting. Gizi buruk 26 persen dan kurus 14,2 persen serta gemuk 4,7 persen, ibu hamil mengalami energi kronis sebesar 18,7 persen.
“Sedangkan Kubu Raya prevalensi sebesar 25,3 persen. Artinya, 2-3 balita Kubu Raya mengalami stunting, gizi kurang 20 persen dan kurus 12,9 persen serta gemuk 6,6 persen dan ibu hamil mengalami energi kronis 5,6 persen dan ibu hamil anemia 11,2 persen,” ungkapnya.
Ia menyarankan, apabila orang tua menemukan umur anak tidak sesuai dengan tinggi badannya, maka orang tua harus bisa cepat mengambil langkah, salah satunya dengan berkonsultasi dengan petugas pustu atau puskesmas terdekat.
“Umumnya, masalah stunting lebih diakibatkan oleh ketidaktahuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan gizi anaknya. Dan perlu diketahui, stunting tidak bisa diobati, namun bisa dicegah,” terang dia.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, salah satu cara untuk mengantisipasi stunting adalah dengan menjaga kesehatan dan memenuhi gizi anak dari satu hari dalam kandungan sampai 1.000 hari pertama kehidupan.
“Dengan menjaga asupan gizi anak, jelas menjadi hal yang sangat penting bagi pertumbuhan anak kedepan,” tutur cagub nomor urut 2 berpasangan dengan Suryadman Gidot ini.
Karolin menerangkan, stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi, dimana stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Selain pertumbuhan terhambat, lanjutnya, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk.
“Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi,” kata dia.
Adapun penyebab stunting dikarenakan beberapa faktor antara lain, kurang gizi kronis dalam waktu lama, retardasi pertumbuhan intrauterine, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, perubahan hormon yang dipicu oleh stres, sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak. (RILIS MEDIA CENTER KAROL-GIDOT)