eQuator.co.id – Aktivitas sebuah email untuk mengakses email lain sebenarnya sesuatu yang wajar. Sepanjang tahu password-nya.
Meski demikian, tidak semua email bisa dibuka dengan mudah. Walau sudah tahu password-nya. Contohnya email yang saya ceritakan ini.
Email dibuat pada tanggal 7 Maret 2013. Digunakan untuk membuka kanal Youtube 7 Juni 2013. Digunakan untuk mengunggah konten tanggal 17 Agustus 2013. Setelah itu tidur panjang. Tidak ada konten baru, tidak ada aktivitas baru.
Begitu ada yang mengakses dengan memasukkan password lama saat itu, system memberi notifikasi untuk memasukkan kode ke nomor selular xxxxxxxx11. Itulah satu-satunya metode pemulihan yang diberikan si pembuat email. Pembuat tidak memberi pilihan lain, meski Google menyediakan fasilitas pemulihan ke alamat email dan telepon selular.
Gagal sekali, coba lagi. Gagal lagi, coba lagi. Karena terjadi berkali-kali, Google pun memberi notifikasi ‘’email Anda tidak bisa digunakan untuk mengakses. Tunggu beberapa jam lagi.’’
Rupanya mengakses email lain yang terlalu sering, sistem keamanan Google menyimpulkan ada upaya peretasan. Karena itu, email tersebut langsung diproteksi.
Dari semua mantan teman kerja pada masa 2013 – 2014, ada satu orang yang belum saya kontak. Namanya Soehartono Sanjoto. Teman sekampung. Teman sekampus.
Saya sengaja tidak menghubunginya. Sebab beberapa hari sebelumnya, dia masuk rumah sakit di Purwokerto. Rupanya terkena serangan jantung.
Ketika menerima kabar itu, saya segera memesan tiket kereta api. Selasa malam saya berangkat. Rabu subuh saya tiba. Hartono ternyata sudah pulang dari rumah sakit. Tinggal sementara di rumah kerabatnya, sampai benar-benar sembuh.
Rupanya selama di rumah sakit, Hartono mengikuti persoalan video itu. Juga persoalan gagalnya akses ke email itu. Rupanya kawan-kawan yang saya minta bantuan, banyak yang berkomunikasi ke Hartono.
Dari pagi hingga petang, kami berdua mengutak-atik laptop dan handphone. Mencari-cari informasi masa lalu sembari mencoba akses ke email tersebut.
Tepat satu jam sebelum jadwal kereta dari Purwokerto ke Jakarta, Hartono mendapat notifikasi Google: Anda terlalu sering mengakses email ini. Tunggu beberapa jam lagi.
Nasibnya sama dengan saya dan kawan-kawan lainnya: diblokir Google. Saat saya ke Purwokerto, bagian finance menempuh upaya lain: lapor ke kantor Google Indonesia.
Tempatnya di Gedung Sentral Senayan II. Saya tulis selembar surat kepada pimpinannya agar bisa mengakses email itu.
Surat itu dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung. Mengantisipasi pertanyaan: Anda siapa? Apa hak Anda membuka email orang lain?
Satu berkas dokumen pun saya lampirkan. Ada akta perusahaan, surat penjelasan tentang logo dan izin usaha. Lengkap.
Ternyata kunjungan ke kantor Google Indonesia tak membawa hasil. Kantor itu hanya mengurus pemasaran saja. Tidak melayani urusan lainnya.
Surat dan dokumen tertulis pun tak ditolak. Sebab tidak ada prosedur yang bisa dijalankan secara manual.
Petugas Google Indonesia hanya memberi saran untuk mengikuti prosedur online. Petunjuknya ada di Google Support. Tidak ada metode lain untuk menyelesaikan masalah konten. Buntu. (jto/bersambung)
Admin www.disway.id dan blogger