Lain Surabaya, Lain Bandung

Migo, Persewaan Sepeda Hijau (3)

eQuator.co.id– Bila di Surabaya ada Migo, di Bandung ada Banopolis. Sama-sama persewaan sepeda, tapi sejarahnya berbeda.

Banopolis sebenarnya sebuah singkatan: Bandung Metropolis. ‘’Artinya Bandung yang dikeren-kerenin biar seperti kota beneran,’’ kata Imam.

Banopolis berangkat dari gerakan para volunteer. Annurah Nurrewa tercatat sebagai motor penggeraknya. Biasa dipanggil Aso.

Meski gerakan sukarela, Aso berusaha mengelola Banopolis dengan serius. Saking seriusnya, sarjana desain itu sampai harus kuliah S2 mengambil jurusan transportasi.

‘’Aso ingin mewujudkan mimpinya mengelola Banopolis secara professional agar bisa melayani publik dengan skala kota,’’ papar Imam Wiratmaja, teman kerja Aso.

Kegigihan Aso berbuah manis. Pemerintah Kota Bandung memberi dukungan penuh. Pemda membantu Banopolis dari sisi desain dan teknis. Konsep bikesharing pun terwujud.

Dari waktu ke waktu, Banopolis terus berkembang. Kian diterima masyarakat. Pada 2012, Bandung menjadi kota pertama di Indonesia yang memiliki sistem bikesharing.

Sepedanya juga bertambah. Sekarang sudah 300 unit. Semuanya single speed. Onthel. Bukan sepeda listrik.

Setelah bergabung dengan Aso di Banopolis, Imam punya pemikiran: bikesharing bisa dikembangkan menjadi lebih besar. Tidak hanya di Bandung. Banopolis bisa diadopsi di berbagai kota besar.

Tapi mengembangkan konsep Banopolis tidak semudah membalik telapak tangan. Konsep shelter yang diadopsi saat itu menjadi kendala tersendiri.

Beruntung, pada saat yang sama muncul model bikesharing di China. Yang tanpa stasiun. Dockless.

‘’Konsep ini kami ketahui dari artikel Pak Dahlan Iskan,’’ papar Imam.

Untuk menggunakan sepeda di Bandung, Bandopolis menetapkan tarif yang sangat murah. Untuk 30 menit pertama gratis. Untuk 30 menit berikutnya Rp 4.000. Selanjutnya 30 menit ketiga bertarif Rp 8.000.

Proyek Banopolis rupanya menarik banyak pihak. Beberapa kepala daerah mengundang untuk berdiskusi. ‘’Dari diskusi itu, kami tahu. Semua kota punya masalah transportasi.’’

Banyaknya masalah transportasi di kota tentu sebuah peluang baru. Termasuk investor dari China. Mereka sudah melirik potensi itu. Bahkan sudah ada yang membuat ujicoba.

Tapi sistem pengendali yang tersedia saat ini masih belum bisa mendukung sepenuhnya. Ini bisa menjadi masalah baru. Misalnya, prilaku meminjam dan mengembalikan yang di mana saja itu.

Buat Bandopolis, kehadiran investor China yang akan membuka pesewaan sepeda di Indonesia justru menjadi kabar gembira. Investor baru bukan pesaing. Tetapi justru membuat masyarakat kota punya pilihan moda transportasi baru. Ramah lingkungan. Menyehatkan. Dan menghasilkan uang! (dis/bersambung)