Berawal dari keinginan untuk tampil lain dari yang lain, Subhan Apriyandi menjadikan musang sebagai teman dalam kesehariannya. Lama-kelamaan, kepincut. Jatuh cinta beneran.
Suci Murdini Setyowati, Pontianak
eQuator.co.id – Kecintaan Aan, karib Subhan Apriyandi disapa, terhadap hewan eksotis bernama latin Paradoxurus ini berujung kepemilikan 5 musang. Semuanya diberi nama berakhiran Meyer.
“Awalnya hanya karena ingin beda dari orang-orang untuk peliharaan, dan penasaran bagaimana sih rasanya bisa pelihara hewan eksotis. Seperti musang, tapi jinak dan bisa berdampingan dengan manusia. eh lama-lama jadi betul-betul suka,” tutur Aan, ditemui Rakyat Kalbar, Selasa (6/3).
“Profesi” sampingan yang antimainstream, “pawang musang”, ini dilakoninya sejak lima tahun lalu. Setakat ini, 5 ekor musang yang dipawangi Aan disebutnya sebagai Meyer Squad. Pasukan Meyer yang beranggotakan Marissa Meyer, Jack Meyer, Naomi Meyer, Moly Meyer, dan Jerry Meyer. Nama Meyer ini diberikannya seperti nama akun Facebooknya dulu: Andi Meyer.
“Tak ada sebab khusus dinamakan begitu, spontanitas saja,” terangnya.
Buah hati Aan adalah Jack Meyer. Jack sering juara ketika mengikuti kontes. Diantara nama-nama di Meyer Squad, Jack pun memiliki kemampuan paling baik dalam beradaptasi dengan manusia.
“Sebenarnya si Jack tidak terlalu istimewa, hanya warna bulunya lebih gelap dibanding Musang Pandan lainnya. Di ujung ekornya, berbulu putih. Yaa…, pada intinya bulunya terawat dan postur badannya ideal. Selain itu, karakter si Jack juga bagus kalau di atas meja juri,” papar Aan.
Menurut teknisi di salah satu instansi vertikal di Kota Pontianak ini, perlakuannya kepada Meyer Squad biasa-biasa saja. Yang paling diperhatikannya adalah nutrisi dan kebersihan mereka.
“Sebenarnya sih, gak ada perlakuan khusus. Sama dengan musang lainnya, paling hanya dikasih vaksin dan obat cacing. Vaksinnya antibodi agar kebal terhadap virus, obat cacing ya untuk mencegah cacingan. Kadang-kadang diberi vitamin juga,” jelasnya.
Imbuh dia, “Terus kebersihan kandang dijaga, 2 hari sekali dibersihkan, dan mandi sekali seminggu pakai sampo hewan. Terus dikasih minyak ikan di bulu dan di makanannya, biar sehat dan bulunya makin bagus”.
Hal lain yang tak kalah penting, kata dia, menjaga berat badan musang agar tetap ideal. Jangan diberi makan berlebihan. Untuk kisaran pengeluaran setiap bulan untuk Meyer Squad, Aan merogoh kocek sekitar Rp900.000. Didominasi pembelian makanan yang berupa pisang, minyak ikan, dan cat food.
Lantas, apa suka duka memelihara musang? Dukanya, jawab Aan, kalau musangnya sakit. Apalagi jika sampai mati.
“Itu sedih benar, kalau digigit musang itu bukan hitungan duka. Sukanya, bagi saya pribadi, punya nilai tersendiri saat jalan bersama musang. Bisa menambah kawan, pengetahuan, apalagi sekarang paradigma masyarakat tentang musang sudah mulai berubah. Gak seperti dulu yang menganggap musang sebagai hewan buruan,” ucapnya.
Dari ketekunannya memelihara musang ini, sejumlah gelar kampiun diraih Meyer Squad. Diantaranya, Juara 1 Pandan Adult dan Juara 1 Kelas Open di Kontes Kulminasi Tugu Khatulistiwa 2016. Kemudian Juara 1 Kelas Pandan Adult dan Harapan 1 di kelas Perang Bintang di Kontes Aniversary Keluarga Musang Lovers Pontianak (Kamulop) 2017. Juga Juara 1 Kamulop Competition 2017 sesi 1- sesi 4, dan Juara 1 Kelas Pandan Adult di Aniversary Kamulop 4 Strike Back.
Prestasi terbaru di dunia musang diraihnya belum lama ini. Aan dan Meyer Squad kembali jawara di kelas Pandan Adult dan Juara 2 kelas Perang Bintang. Masih dari kontes yang diadakan Kamulop.
“Senang banget, saya berharap akan ada banyak lagi event seperti ini. Tetap menjaga dan memperhatikan nilai-nilai dan hak musang sebagai makhluk hidup,” pintanya.
Kontes tersebut berlangsung di Hotel Dangau, Jalan Arteri Supadio, Kubu Raya. Event berlangsung dua hari.
“Hari pertama kita melakukan seminar mengenai kesehatan hewan dan cara pengembanganbiakannya,” tutur Ketua Panitia Kontes Musang Kamulop 2018, Adeng Hernando, di Hotel Dangau, Senin (5/3).
Seminar mendatangkan narasumber nasional. Yaitu dr. Ridwan, spesialis hewan eksotis.
“Beliau menjelaskan mengenai penyakit musang dan cara mencegah serta merawatnya, kemudian Ray Chairuddin, Ketua Umum MLI (Musang Lovers Indonesia). Beliau menjelaskan pengembangbiakan musang, karena musang termasuk hewan yang sulit untuk dikembangbiakkan,” jelasnya.
Hari ke dua, barulah kontes musang diadakan. Acara tersebut sebenarnya bertujuan untuk mengubah paradigma masyarakat mengenai musang. Kini musang bukan hanya merupakan hama pemakan hewan ternak.
“Tapi juga dapat menjadi hewan peliharaan, dan dapat dijadikan hewan yang memiliki nilai lebih. Dengan membudidayakannya. Kita juga mengundang para pecinta musang, meskipun tidak tergabung dalam Komulop, mereka boleh datang. Ada yang dari Jakarta, Tanggerang, Bandung, dan Singkawang,” beber Adeng.
Kontes yang diadakan Komulop itu mempertandingkan 5 kategori. Yakni open baby musang (musang anakan), musang pandan adult (musang pandan dewasa), musang akar adult (musang akar dewasa), open class (kelas gabungan), dan perang bintang (musang yang cantik dan bertalenta). Dengan kriteria penilaian anatomi tubuh, kebersihan, keunikan, dan karakter bersahabat dengan manusia.
“Selanjutnya Kamulop akan mengadakan kembali lomba ini di tahun depan dengan lebih baik dan meriah, rencananya mungkin di PCC (Pontianak Convention Center),” tutupnya. (*)